Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta DKI Jakarta
Cerita Putri Keong
- 27 Desember 2018
Dahulu kala ada seorang janda yang sudah tua lagi pula sangat miskin. Dia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Ceceng. Janda tua tersebut tinggal di sebuah gubug yang sudah tua dan reot yang didirikan di atas tanah yang disewanya dari seorang Tuan tanah yang terkenal kikirnya. Setiap hari sebelum subuh mereka yaitu emak Ceceng dan si Ceceng sudah berangkat ke hutan mencari kayu bakar. Setelah kayu bakar tersebut terkumpul, sebagian besar dijual ke pasar sedangkan sebagian kecil ditinggal di rumah untuk persediaan sendiri. Emak si Ceceng pulang dahulu ke rumah sedangkan si Ceceng ke pasar untuk menjual kayu bakar tersebut. Hasil penjualan kayu itu dibelikan beras dan lauk pauk sedangkan sisanya ditabung yang nantinya dibayarkan kepada tuan tanah sebagai sewa tanah.

Hari itu udara sangat dingin, sebab semalaman hujan turun terus menerus. Si Ceceng berangkat ke hutan seperti biasanya untuk mencari kayu. Sedangkan emaknya karena baru tidak enak badan, dia tinggal di rumah. Karena semalaman hujan, maka kayunya basah, dengan sendirinya kurang laku untuk dijual. Uang hasil penjualan sangat sedikit. Setelah membeli beras lalu dia pulang. Sesampai di rumah dilihatnya ibunya tidur dan kelihatan pucat, hatinya sangat cemas. Didekatinya emaknya. Kiranya emaknya sakit betul-betul. Lalu dipanggilnya dukun untuk mengobatinya. Uang tabungan yang sedikit itu dibelikan obat dan sebagian untuk ongkos dukun tersebut. Esoknya dia bingung, sebab kalau tidak ke hutan untuk mencari kayu bakar dia tidak bisa makan, tetapi kalau pergi dia kasihan melihat ibunya yang masih sakit. Akhirnya dipaksanya hatinya untuk meninggalkan ibunya sebentar perlu ke hutan untuk mencari kayu. Setelah terjual kayunya di pasar, si Ceceng buru-buru pulang, dia amat terperanjat karena melihat amaknya menangis.

"Mak, mengapa mak menangis?" tanyanya.

"Tidak apa-apa nak, emak hanya merasa kasihan melihat kau membanting tulang sendirian saja. Emak tidak dapat membantumu nak," katanya.

"Janganlah Emak memikirkan Ceceng, Ceceng masih kuat. Tenangkanlah saja hati emap supaya lekas sembuh."

Emak si Ceceng tak sampai hati untuk memikirkan hal yang sebenarnya. Beberapa jam sebelum Ceceng pulang, tuan tanah datang untuk menagih uang sewa. Dijawab belum ada, uangnya baru untuk beli obat, untuk mengobati sakitnya. Diberi tahu seperti itu tuan tanah tidak mau mengerti, tetapi malahan marah-marah.

Hal itulah yang menjadikan emak si Ceceng menangis. Emak si Ceceng makin hari sakitnya makin keras. Badannya kelihatan sangat kurus. Si Ceceng merawatnya tiap-tiap hari dengan hati yang lapang. Namun demikian, sakitnya tidak berkurang, malahan makin bertambah. Kiranya Tuhan telah menentukan bahwa umatnya akan diambil kembali. Emak si Mamad sudah tidak bisa ditolong lagi, dia meninggal dunia. Tinggallah sekarang Si Ceceng seorang diri, menjadi anak yatim piatu.

Belum hilang sedih hatinya memikirkan kepergian emaknya, datanglah tuan tanah untuk menagih uang sewa sesuai dengan perjanjian dengan emaknya dulu. Dengan terus terang dijawabnya bahwa dia tidak bisa membayar. Bukan main marahnya tuan tanah mendengarnya. Maka si Ceceng disuruh mengerjakan sawahnya, sebagai ganti pembayaran sewa tanah. Permintaan tuan tanah disanggupinya. Memang tak ada jalan lain kecuali itu.

Hari itu udara kelihatan mendung. Namun dengan hati yang tabah dan gembira si Ceceng seperti biasanya pergi ke sawah. Sampai di sawah ia mulai mencangkul dengan rajinnya. Tidak berapa lama hujan mulai turun. Mulanya kecil-kecil saja, tapi makin lama makin deras. Ceceng tetap saja mencangkul. Tiba-tiba datang halilintar, geledeg mulai terdengar begitu kerasnya. Ceceng masih belum beranjak dari situ. Entah karena apa, seperti ada sesuatu yang menggerakkan dirinya untuk tetap mencangkul dalam keadaan hujan yang sederas itu.

Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sesuatu yang tak begitu jauh dari tempat dia mencangkul. Dia melangkah maju untuk mengamat-amatinya. Ternyata seekor binatang. Seekor keong. Ya seekor keong. Tidak seperti keong biasa, keong yang didapatnya itu adalah keong yang bercahaya. Kelihatan bercahaya seperti emas. Keong itu lalu diambilnya dan terus dibawa pulang. Sampai dirumah keong tersebut ditempatkan di dalam tempayan lalu ditutupnya. Dia kembali lagi ke sawah, meneruskan pekerjaannya. Baru sore harinya dia pulang. Sampai di rumah, heranlah ia melihat keadaan lain di dalam rumahnya. Halaman rumah, lantai rumah sudah disapu bersih. Di atas meja sudah tersedia makanan dan minuman yang enak-enak. Ditelitinya seisi rumah dengan diam-diam, kalau-kalau orang yang telah mengerjakan segalanya di rumahnya masih ada disitu. Tapi tak didapatinya. Bekas-bekas untuk masak pun tak tampak. Lalu dia menuju meja tempat disediakan makanan tadi. Mula-mula dia ragu-ragu mau memakannya. Tetapi berhubung lapar sekali, maka dilahapnya semuanya sampai habis.

Esok harinya dia berankat bekerja lagi. Sore hari baru dia pulang. Anehnya setiap dia pulang, seperti hari-hari sebelumnya pasti serba sudah rapi dan makanan sudah siap di meja. Tak habis-habisnya dia berpikir, siapakah gerangan orangnya. Maka dia bertekad untuk menyelidikinya. Pada suatu hari seperti biasanya dia membawa cangkul dan peralatan lainnya yang diperlukan di sawah, keluar rumah. Tetapi hari itu dia tidak berangkat ke sawah tetapi bersembunyi di balik rumah. Dari situ dia dengan hati penuh harap ingin tahu mengintip ke dalam rumah lewat lobang dinding. Di dalam rumah kelihatan sepi-sepi saja. Agak lama dia menunggu. Tiba-tiba dilihatnya sesuatu yang bergerak-gerak di dalam tempayan tempat keong diletakkan. Tutup tempayan itu bergerak tidak lama kemudian terbuka dan muncullah dari dalam tempayan itu seorang wanita yang sangat cantik parasnya. Segala gerak-gerik wanita tersebut selalu diikuti oleh si Ceceng. Mula-mula dia menyapu rumah dan membersihkan bangku dan balai-balai. Setelah rapi baru dia menuju ke dapur untuk memasak. Tidak tahu dari mana asalnya bahan-bahan masakan itu datangnya, setahu Ceceng semuanya sudah tersedia dan wanita itu mulai memasaknya.

Melihat itu semuanya Ceceng lalu masuk ke rumah. Begitu melihat orang masuk wanita yang sebetulnya penjelmaan bidadari itu melompat masuk ke dalam tempayan. Tetapi sudah didahului oleh si Ceceng dan terus saja tempayan itu dipecahnya. Menangislah wanita itu dan dengan masih tersedu-sedu dia menceritakan riwayat hidupnya kepada Ceceng. Dia adalah seorang bidadari yang kena kutuk oleh dewa dan dijadikannya seekor keong.

Cerita punya cerita akhirnya putri keong tadi menjadi istri si Ceceng. Mereka hidup rukun saling sayang menyayangi dan saling mencintai. Setahun kemudian dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat elok. Diberi nama Sri Nawangsih.

Pada suatu hari sewaktu ibu si Nawangsih membersihkan rumah, dibalai-balai tempat emak si Ceceng dulu tidur, di bawah tikar didapati seperangkat pakaian. Setelah diamat-amati ternyata pakaian tersebut adalah pakaian sendiri, yaitu pakaian bidadari. Mungkin sudah takdirnya bahwa sudah sampai masanya untuk kembali ke kayangan. Maka dipakainya pakaian itu dan dengan rasa berat ditinggalkannya anak dan suaminya. Dia terus terbang ke kayangan tempat bidadari-bidadari tinggal.

 

Sumber : Cerita Rakyat Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya