Tari Rampak Yakso merupakan tarian kolosal dari Dataran Tinggi Dieng yang menggambarkan peperangan Raden Gatotkaca yang dibantu kera putih melawan para raksasa dari Kerajaan Giling Wesi. Tarian kolosal ini selalu dipertontonkan dalam Dieng CUlture Festival yang digelar setiap satu tahun sekali.
Tari Kukila merupakan tarian yang menggambarkan gerak-gerik burung. Baik irama maupun ragam gerak yang dinamis dan lincah disusun untuk menggambarkan kegesitannya dalam meluncur, hinggap dan kembali terbang. Tari Kukila adalah satu dari sekian banyak tarian tradisonal yang gerakannya diambil dari tingkah laku binatang. Dalam falsafah Jawa, Kukila termasuk ke dalam lima syarat paripurnanya hidup seorang lelaki, setelah wisma (rumah), wanondya (istri), turangga (kendaraan), dan curiga (senjata). Kukila dalam falsafah Jawa tersebut berarti burung peliharaan sebagai klangenan atau hobi. Esensi dari memiliki klangenan bertujuan untuk memberikan kesenangan, membuang penat dan menyegarkan pikiran pemiliknya. Sejatinya hubungan antara Tari Kukila dan falsafah Jawa tersebut menunjukan apa yang ingin dicapai oleh tarian tersebut. Rangkaian gerakan yang ditampilkan tersebut diharapkan dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi yang menontonnya. Karena tarian ini bersifat...
Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa khususnya Jawa Tengah . Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang . Tari ini menceritakan perang antara kesatria melawan raksasa. Kesatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan beringas. Di dalam pementasan wayang Kulit , adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga . Perang antara Kesatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan wayang. Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan dan keangkaramurkaan pasti kalah dengan kebaikan.
Tari serimpi merupakan tari klasik yang berasal dari Jawa Tengah. Tari klasik sendiri mempunyai arti sebuah tarian yang telah mencapai kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta lahir dan tumbuh di kalangan istana. Kebudayaan tari yang sudah banyak dipentaskan ini memiliki gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi, serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan serta anggun dengan diiringi suara musik gamelan. Tari serimpi Jawa ini dinilai mempunyai kemiripan dengan tari Pakarena dari Makasar, yakni dilihat dari segi kelembutan gerak para penari. Sejak dari zaman kuno, tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di keraton-keraton Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari pentas yang lain karena sifatnya yang sakral. Dulu tari ini hanya boleh dipentaskan oleh orang-orang yang dipilih keraton. Serimpi memiliki tingkat kesakralan yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang melambang kekuasaan ra...
Setiap daerah mempunyai kebiasaan mempertunjukan seni rakyat dalam menyambut tamu yang dihormati. Di Jawa Tengah terdapat beberapa bentuk kesenian yang sering ditampilkan untuk keperluan tersebut. Salah satu di antaranya adalah seni rakyat yang dikenal dengan kuda lumping, yaitu suatu tarian yang menggambarkan gerakan-gerakan kuda. Kuda lumping merupakan salah satu cabang kesenian yang sudah lama tumbuh dan berkembang di berbagai daerah kabupaten di Jawa Tengah. Yang tercatat masih memiliki kesenian kuda lumping ini antara lain Kabupaten Magelang, Semarang, Kendal, Pekalongan, Batang, Tegal, Pemalang, Wonosobo dan Temanggung. Masing-masing kabupaten mempunyai ciri khas. Kesenian kuda lumping semula dikenal sebagai kesenian jathilan yang selanjutnya dikenal dengan (kuda) jaran kepang. Kuda lumping menjadi nama yang lebih populer dibandingkan dengan kedua nama sebelumnya. Nama "kuda lumping" bukan saja dikenal di Jawa Tengah, melainkan sudah secara nasional. Jathilan &nbs...
Srandul Srandul adalah sebuah wujud kesenian drama tari rakyat yang bernafaskan Islam. Apabila ditengok dari syair dan adegan yang di dalamnya menunjukkan adanya upaya dakwah untuk perbaikan pendidikan moral, agama, etika, dan estetika. Dalam setiap tembangnya secara tersurat menggambarkan tentang tuntunan perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat sesuai dengan ajaran Islam. Dari Wonogiri kesenian Srandul ini sempat menyebar ke beberapa daerah di sekitarnya antara lain Ponorogo, Klaten, Karang Anyar, Gunung Kidul, Sleman, Bantul, Temanggung, dan lain-lain. Kesenian Srandul ini juga sempat berkembang di Kota Gede, Yogyakarta. Hal ini diawali dengan pementasan kelompok Srandul dari Gunung Kidul di Kota Gede sekitar tahun 1941. Rombongan ini sempat menginap di kampung Bumen, Kota Gede dan melakukan gladi resik (latihan sebelum pertunjukan). Rakyat setempat rupanya cukup tertarik dengan kesenian ini dan ikut berlatih. Rakyat Basen, sebuah kampung di K...
Tari Aplang merupakan kesenian khas dari Banjarnegara. Tarian ini ditarikan oleh remaja putra-putri sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Tari Aplang mempunyai ciri khas yang tidak terlepas dari unsur islami, diantarnya iringan rebana, bedug dan beberapa cerita serta syair puji-pujian yang dilakukan menggunakan bahasa Arab dan Jawa. Tari Aplang biasanya dipentaskan oleh sedikitnya lima orang penari putra atau putri sampai jumlah yang tidak ditentukan. Usia penari maksimal adalah 25 tahun, dimaksudkan agar penari lebih enerjik dan semangat dalam membawakan tarian. Tari Aplang juga memiliki keunikan dalam gerak-gerak tarian yang diambil dari gerak silat. Dalam penyajian tari Aplang terdapat atraksi gapyak yang dimainkan oleh penari sehingga menimbulkan suara yang harmonis. Gerak-gerak silat yang menjadi ciri khas dari tari Aplang membuat tarian ini terliaht lincah dan atraktif. Sumber: Andriani, A. (2009). Tari Aplang Di Sanggar...
Jathilan diponegoro disebutkan sebagai versi tari kuda lumping yang menggunakan properti kuda tiruan terbuat dari bambu berawal dari sebuah bentuk apresiasi serta dukungan rakyat terhadap pasukan berkudanya Pangeran Diponegoro, dimana pasukan berkuda tersebut teramat gigih melawan penjajahan Belanda. Waktu penjajahan itu, kesenian tari jathilan ini seringkali dipentaskan di dusun – dusun terpencil, selain sebagai hiburan ternyata pementasan jathilan ini juga digunakan sebagai media menyatukan rakyat demi melawan penindasan.
Unjungan adalah acara ritual tradsional untuk meminta hujan. Acara ritual tradisional untuk meminta hujan ini dilakukan dengan cara adu pukul pada bagian kaki yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dewasa dengan menggunakan peralatan berupa sebilah rotan sebagai untuk memukul. Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi Ujungan kini hanya berkembang sebagai seni pertunjukan hiburan biasa. Walaupun demikian, ketentuan-ketentuan peraturan permainan Ujungan masih tetap mengacu pada Ujungan zaman awal munculnya tradisi ini, baik rotan yang dipakai sebagai alat pukul maupun Wlandang pertunjukan. Rotan yang dipakai harus memiliki tingkat kelenturan yang cukup baik, dengan panjang sekitar 40.125 cm dan diameter sekitar 1,5 cm. Ketentuan rotan yang dipersyaratkan seperti ini bertujuan untuk mengurangi rasa pedih bila disabetkan ke tubuh. Sedangkan seorang Wlandang harus memiliki keterampilan ilmu beladiri yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar apabila suatu saat salah satu p...