×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Pentas Seni

Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Wonogiri

Srandul

Tanggal 30 Dec 2015 oleh Alvipian .

Srandul

Srandul adalah sebuah wujud kesenian drama tari rakyat yang bernafaskan Islam. Apabila ditengok dari syair dan adegan yang di dalamnya menunjukkan adanya upaya dakwah untuk perbaikan pendidikan moral, agama, etika, dan estetika.  Dalam setiap tembangnya secara tersurat menggambarkan tentang tuntunan perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat sesuai dengan ajaran Islam.

Dari Wonogiri kesenian Srandul ini sempat menyebar ke beberapa daerah di sekitarnya antara lain Ponorogo, Klaten, Karang Anyar, Gunung Kidul, Sleman, Bantul, Temanggung, dan lain-lain. Kesenian Srandul ini juga sempat berkembang di Kota Gede, Yogyakarta. Hal ini diawali dengan pementasan kelompok Srandul dari Gunung Kidul di Kota Gede sekitar tahun 1941. Rombongan ini sempat menginap di kampung Bumen, Kota Gede dan melakukan gladi resik (latihan sebelum pertunjukan). Rakyat setempat  rupanya cukup tertarik dengan kesenian ini dan ikut berlatih. Rakyat Basen, sebuah kampung di Kota Gede lainnya, kemudian membentuk group Srandul sendiri yang dinamakan “Purba Budaya”.

Srandul adalah kesenian yang terbentuk di Wonogiri sekitar tahun 1920-an. Pertunjukan Srandul biasanya melibatkan adanya seni gamelan, suara, teater, dan tari. Gamelan yang digunakan biasanya berlaras slendro. Juga melibatkan alat musik lainnya seperti kendang, angklung, kenthongan, dan rebana (terbang). Dialog-dialog yang tercipta dalam cerita sebagian mengalir dalam wujud shalawat dan tembang Jawa yang berisi nasihat atau petuah tentang bagaimana menjadi orang Jawa yang baik, yaitu sesuai ajaran Islam. Dalam pentasnya, kadang kesenian ini dilaksanakan bersama pertunjukan “Kethek Ogleng” dan dilanjutkan dengan penampilan pelawak “badutan”. Oleh karena itu tidak heran, sebagian masyarakat ada yang menyebut wujud kesenian ini secara generalis sebagai “badutan”.

Penamaan wujud kesenian ini sebagai “Srandul” barangkali terjadi secara salah kaprah. Istilah Srandul awalnya berasal dari kata ‘pating srendul’ yang mengambarkan terjadinya pencampur adukan cerita drama dalam kesenian Srandul. Kisahnya sebagian mengambil setting jaman dari era Majapahit dan Pajajaran, namun sebagian besar diperkaya dengan inspirasi dari cerita rakyat dan rekaan pada masa selanjutnya. Nama “Srandul” juga dianggap berasal dari kata ‘pating srendul’ yang menggambarkan ketidak-fasihan dalam melafalkan doa-doa sholawat. Kesenian rakyat ini awalnya dibawakan oleh pemain oleh yang kurang fasih dalam melafalkan doa dan shalawat yang umumnya menggunakan Bahasa Arab. Menggunakan “ilat Jawa” (lidah Jawa), demikian ungkapan yang sering digunakan. Meskipun demikian semangatnya untuk menyampaikan tuntunan Islam kepada khalayak melalui kesenian tentu patut diapresiasi posisif. Kadang kala kesenian ini juga di sebut “Srandil” yang mungkin dihubungkan dengan keberadaan Gunung Srandhil yang ada dalam cerita.

Biasanya kesenian ini dimulai dengan memanjatkan doa kepada Gusti Allah dengan permohonan agar diberi ampunan dan pertunjukan bisa berjalan lancar hingga tuntunannya bisa diserap para pemirsanya. Doa ini dipanjatkan bersama iringan para penari yang berkeliling sambil membawa oncor (obor). Kesenian Srandhul yang berkembang di Kota Gede, Yogyakarta juga masih mempertahankan keberadaan oncor ini. Obornya dibuat dengan menggunakan lima sumbu dan diletakkan di tengah pertunjukkan sebagai penerang. Hal ini merupakan simbol bahwa cahaya terang telah datang dan siap menjamah jiwa manusia agar beriman. Selanjutnya obor tersebut digunakan sebagai penerangan selama pertunjukan.

Untuk mementaskan pertunjukan Srandul dibutuhkan pendukung sebanyak 15 orang, yaitu 6 orang untuk menjadi pemusik dan 9 orang menjadi pemain. Pemain Srandul ini ada yang terdiri dari pria dan wanita, tetapi ada pula yang hanya terdiri dari pria saja, dengan peran wanita dimainkan oleh pria.

Kostum yang dipakai dalam pertunjukan Srandul adalah pakaian-pakaian yang biasa dikenakan orang-orang pedesaan sehari-hari, ditambah dengan sedikit make-up yang bersifat realis. Dialog di atas pentas juga merupakan dialog dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan aktivitasnya diwujudkan dengan tarian.

Alat-alat musik yang dipergunakan adalah angklung, terbang dan kendang. Pertunjukan Srandul dipentaskan pada malam hari, dengan lama pertunjukan yang tidak tentu, tergantung pada permintaan. Sebagai pra-tontonan hanya diberikan tetabuhan. Srandul menggunakan tempat pementasan berbentuk arena dengan alat penerangan yang sampai sekarang tetap dipertahankan, yaitu obor.

 

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       

 

Sumber :

https://susiyanto.wordpress.com/2013/02/05/

http://ki-demang.com/index.php/kesenian-tradhisional/570-11-srandul

                                                             

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa dimulai dari keberadaan Jaka Tingkir/ Mas Karebet/ Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamongan. KERAJAAN...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...