Tembuni/placenta dipandang sebagai saudara bayi karena itu tidak boleh dibuang sembarangan, tetapi harus diadakan upacara waktu menguburnya atau menghanyutkannya ke sungai. Bersamaan dengan bayi dilahirkan, tembuni (placenta) yang keluar biasanya dirawat dibersihkan dan dimasukan ke dalam pendil dicampuri bumbu-bumbu garam, asam dan gula merah lalu ditutup memakai kain putih yang telah diberi udara melalui bambu kecil (elekan). Pendil diemban dengan kain panjang dan dipayungi, biasanya oleh seorang paraji untuk dikuburkan di halaman rumah atau dekat rumah. Ada juga yang dihanyutkan ke sungai secara adat. Upacara penguburan tembuni disertai pembacaan doa selamat dan menyampaikan hadiah atau tawasulan kepada Syeh Abdulkadir Jaelani dan ahli kubur. Di dekat kuburan tembuni itu dinyalakan cempor/pelita sampai tali pusat bayi lepas dari perutnya.. Upacara pemeliharaan tembuni dimaksudkan agar bayi itu selamat dan kelak menjadi orang yang berbahagia. Sumber : https://enyho04.wordpress.com/2...
Upacara ini ditandai dengan berziarahnya masyarakat setempat ke makam Sunan Kalijaga, yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, karena waktu tersebut dianggap hari yang paling baik untuk menghilangkan bencana dan kemalangan dalam hidup manusia. Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan berbagai pertandingan seperti lomba mendayung dan sebagainya. Upacara ini biasa dilaksanakan di sungai Drajat, Kota Cirebon. Sumber : https://enyho04.wordpress.com/2010/02/25/kebudayaan-yang-berasal-dari-jawa-barat/
“Bengkel Tari ayu bulan berdiri sejak 1992 tapi untuk formalnya di Bandung pada tahun 1994,” ujar putri Minangsari pelatih dan juga pegiat dari komunitas Bengkel Tari Ayu Bulan. Bandung menjadi saksi bisu berdirinya komunitas yang didirikan oleh Ayu Bulantrisna Djelantik sang maestro penari legong Indonesia. Bulan sengaja membentuk komunitas ini di Bandung, sebab beliau sendiri sempat praktik dan menjadi dosen di UNPAD pada 1994 untuk meningkatkan ilmu para penari yang sudah menguasai dasar menari.“Legong awal tahun 90 an itu mulai meredup. Jadi jarang orang mulai mementaskannya lagi. Ia (Bulan) ingin legong kembali dicintai dan popular. Jadi ia ( Bulan) mengumpulkan penari-penari yang memang sudah jadi dalam artian semua penari yang terkumpul di bengkel tari ayu bulan adalah memang yang merupakan para penari Bali,” cerita Putri.Semua penari sudah siap berlatih, dengan cekatan mereka mulai mengikat sarung dan kain bali di pingganya. Tapi Biyang bel...
Naskah Kuno Layang Buana Wisesa Dari Garutpedia Nama Pemegang naskah : Adang. Tempat naskah : Kp. Cieunteung Desa Mekarluyu Kec. Sukawening. Asal naskah : warisan. Ukuran naskah : 16 x 21 cm. Ruang tulisan : 15 x 17 cm. Keadaan naskah : baik. Tebal naskah : 79 Halaman. Jumlah baris per halaman : 15 baris. Jumlah baris halaman awal dan akhir : 14 dan 17 baris. Huruf : Arab/Pegon. Ukuran huruf : sedang. Warna tinta : hitam. Bekas pena : tumpul. Pemakaian tanda baca : ada. Kejelasan tulisan : jelas. Bahan naskah : kertas bergaris. Cap kertas : tidak ada. Warna kertas : putih kecoklat-coklatan. Keadaan kertas : tipis halus. Cara penulisan : timbal balik. Bentuk karangan : puisi. Ringkasan isi : Konon ada dua orang kakak beradik bernama Buana dan Wisesa. Selam hidupnya antara keduanya selalu saling bertanya jawab masalah hidup dan mereka selalu berfikir mengenai nilai-nilai kehidupan. Buana bertempat tinggal di sebuah Kampung besar yang be...
Berasal dari Ciamis yang ditulis pada abad ke 18 M, dalam bahasa Jawa dan huruf Arab Pegon. NASKAH KARYA ORANG LUAR, YANG BANYAK MENCERITAKAN TENTANG SEJARAH SUNDA KLASIK Kidung Sunda / Kidung Sundayana Kidung Sunda adalah sebuah tulisan / naskah dalam bahasa Jawa pertengahan yang berbentuk syair (tembang), yang kemungkinan berasal dari Bali. Dalam kidung ini diceritakan tentang kisah pencarian seorang permaisuri Hayam Wuruk dari Majapahit, dan tragedi perang bubat yang memilukan. Kidung Sunda adalah sumber tertulis yang paling terinci dan paling penting dalam mengupas tentang peristiwa Bubat yang memilukan dan memalukan. Sebagai naskah kuno yang terdapat di Bali, Kidung Sunda memberikan yang relative adil dalam mengupas tragedy berdarah di bubat, penghianatan Gajah Mada dan kepahlawanan Sunda yang tanpa pantang menyerah. Dari kisahnya, dengan gaya bahasanya yang lugas dan lancar, tidak berbelit-belit seperti karya-karya sastra,...
Tradisi nyaeut . Dalam Bahasa Sunda berasal dari kata nyandeutkeun , yang berarti mendekatkan atau merekatkan. Tradisi ini merupakan kebiasaan minum teh hijau khas Garut, teh kejek, yang masih dalam Bahasa Sunda artinya diinjak. Pada prosesnya, daun teh diolah manual, diinjak-injak. Tujuannya menyempurnaan pengeluaran getah sehingga hasil fermentasinya bagus. Nyaneut biasanya digelar sebelum berangkat ke huma (ladang) dan usai kerja. Ada aspek sosial pada tradisi ini. Nyaeut menjunjung tinggi adat istiadat Sunda, s ilih asah, silih asih, silih asuh atau saling tenggang rasa nyaneut tidak hanya bicara soal kenikmatan teh, tetapi juga sarana silaturahim. Mengenai sejarah teh kejek sendiri, belum ada kepastian data. Namun, diperkirakan pembuatannya muncul seiring berjalanya usaha perkebunan teh Waspada di Cigedug dan Cikajang sekitar 1900-an. Perkebunan teh Waspada dirintis oleh Karel Frederik Holle, seorang kebangsaan Belanda yang tertarik mengembangkan potensi pe...
Kujang adalah senjata tradisional dari Jawa Barat yang merupakan oleh masyarakat Sunda disakralkan dan dianggap magis. Kujang berdasarkan masyarakat Jawa Barat berasal dari bahasa sunda kuno yaitu kata Kudi dan Hyang. Kudi yang bermakna Senjata dengan kekuatan gaib sedangkan Hyang berarti dewa atau masyarakat sunda mengartikannya berposisi yang di atas Dewa. Berarti Kujang adalah pusaka yang mememiliki kekuatan magis yang kekuatannya berasal dari para dewa. Bentuknya senjata kujang biasanya berkisar antara 20 sampai 25 cm dan digunakan sebagai perlengkapan peralatan pakaian laki-laki. Disimpulkan bahwasanya dari bentuk dan ukuran kujang, kira-kira senjata ini diperkenalkan oleh nenek moyang Sunda yaitu sebelum abad 8 dan 9, namun ada juga pendapat bahwasanya kujang dibuat pada abad 8 dan 9. Tipologi bilah kujang. Berbentuk seperti wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan.
Alkisah, Raja Giri Layang dibantu oleh adiknya Putri Giri Larang, memimpin sebuah kerajaan bernama Kerajaan Giri di Majalengka, Jawa Barat dengan adil bijaksana. Mereka berdua masih keturunan kerajaan Pajajaran. Baginda Raja sangat mengutamakan kepentingan kerajaan dan rakyatnya. Perhatian utama Raja dalam mensejahterakan rakyatnya adalah dengan mengembangkan pertanian. Untuk hal itu Raja menunjuk seorang patih sebagai tangan kanan beliau yaitu Patih Endang Capang. Patih Endang Capang memiliki jadwal rutin berkeliling ke penjuru negeri untuk memberikan penerangan mengenai bagaimana cara bertani yang baik, memeriksa pengolahan pertanian rakyat, mulai dari pemupukan, pengairan maupun membuka hutan untuk ditanami palawija. Jadi tidak heran jika hasil pangan sangat berlimpah. Dalam bertransaksi perdagangan, masyarakat biasanya menggunakan sistem barter atau saling menukar barang. Takaran yang digunakan untuk mengukur barang yang dipertukarkan ad...
Pakaian Adat Mojang Pakaian Mojang atau gadis yaitu berupa kebaya polos yang dihiasi sulaman atau manik – manik, kain kebat dilepe, kutang atatu kamisol. beubeur atau ikat pinggang, alas kaki memakai selop yang warnanya sama dengan kebaya, karrembong atau selendang sebagai pemanis. Sebagai pelengkap, rambut disanggul rapi memakai hiasan bunga dan tusuk konde, perhiasan berupa gelang. kalung, cincin dan bros. https://www.silontong.com/2018/08/02/pakaian-adat-sunda/