Tangkil adalah peralatan yang dipakai dalam tari Rabintir. Tari Rabintir adalah sebuah tari yang dianggap dari suatu tradisi berupa upacara pengobatan secara tradisional. Tangkil disebut juga dulang berne (dulang berkaki), yang dalam kehidupan sehari-hari biasanya dipergunakan untuk tempat buah. Tangkil dibuat dari bahan kuningan. di dalam Tangkil terdapat peralatan yang dipakai dalam tari Rabintir. Tangkil ini dibawa oleh penari Rabintir dan peralatan tari lain didalamnya dipergunakan sesuai urutan gerakan tari yang telah ditetapkan. Permukaan Tangkil dihiasi dengan ragam hias Sumbawa seperti lonto engal, kemang setange, dll. Tangkil pada umumnya tidak diproduksi lagi. kebanyakan tangkil dimiliki oleh keluarga-keluarga di sumbawa sebagai peninggalan jaman dulu (barang antik). Daftar Pustaka: Yaningsih, Sri. 1988. Peralatan Hiburan Dan Kesenian Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta : Proyek Inventarisasi dan Dokumtasi Kebudayaan Daerah. OSKMITB2018
Tari Empar Samawa adalah salah satu tari tradisional Indonesia yang khas dan unik. Empar berarti tameng sedangkan Samawa atau Tau Samawa adalah suku di Sumbawa. Tarian ini lahir dan berkembang pada masyarakat Sumbawa di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam gerak seni tari tradisional dari Sumbawa dikenal ciri khusus yaitu: linting sere, lunte, ngumang, tabe, geo polak, tanak eneng ujan dan tanak juran. Tari empar samawa memvisualisasikan gerak dinamik mengikuti alur kehidupan serasi, harmonis dan berazaskan kekeluargaan, yang mengacu pada motto daerah Kabupaten Sumbawa, Sabalong Samalewa. Tari Empar Samawa merupakan penggambaran masyarakat Sumbawa yang melindungi pandangan hidup dan nilai-nilai masyarakatnya. Pada mulanya tarian ini diiringi oleh perangkat musik Gong Genang yaitu alat musik yang terdiri dari gong, genang (kendang) dan serunai, yang kemudian dalam perkembangannya ditambahkan alat musik rebana rea (rebana besar), rebana ode (rebana kecil), palompong, santong srek,...
Kerotok adalah benda berbentuk lonceng yang dikalungkan pada leher sapi dalam permainan maleang . Permainan maleang adalah permainan rakyat daerah Lombok. Kalian tahu karapan sapi? Nah, maleang ini cukup mirip. Namun, berbeda dengan karapan sapi yang bertempat di tanah lapang, maleang diadakan di sawah yang berlumpur, yaitu pada saat sawah sedang begau (digaru). Benda ini disebut kerotok karena bunyinya 'tok tok tok.' Sebenarnya, kerotok berfungsi sebagai hiasan leher sapi atau kambing sekaligus sebagai tanda bagi pemilik untuk mengetahui ke mana ternaknya berjalan, terutama pada malam hari. Kerotok pada permainan maleang mempunyai keunikan karena ukurannya yang bisa dibilang raksasa. Kerotok raksasa ini terbuat dari kayu terep . Kayu terep adalah sejenis kayu yang tumbuh di Hutan Sesaot, Lombok Barat. Kayu jenis lain bisa juga dipakai misalnya kayu bal , n...
Budaya Bejariq Minyak Toaq adalah budaya nenek moyang yang masih lestari hingga kini di kalangan masyarakat Desa Songak, sebuah desa di kabupaten Lombok Timur. Jika ditilik dari asal katanya, Bejariq artinya membuat. sedangkan, Toaq artinya tua. Sehingga, secara harfiah Bejariq Minyak Toaq artinya proses pembuatan Minyak Tua. Dinamai demikian karena dalam proses pembuatannya banyak melibatkan penoaq (sesepuh), terutama untuk memimpin ritual berdoanya. Nama lain dari minyak ini adalah Minyak Songak sesuai dengan nama desa pembuatnya. Proses ritual pembuatan Minyak Toaq ini cukup unik. Keunikan tersebut dapat dirinci sebagai berikut : ritual ini hanya dapat dilakukan pada tanggal 12 rabiul awal bertepatan dengan maulid Nabi Muhammad SAW seperti minyak pada umumnya, minyak ini juga terbuat dari kelapa. Dari ratusan kelapa tersebut, ada satu kelapa yang dijuluki sebagai "ibunya kelapa". kelapa yang berpredikat "ibu" ini menurut adat setempat tidak boleh m...
Ansambel Ketong Kasalung merupakan ansambel asal Sumbawa yang seluruh instrumennya terbuat dari Bambu. Ansambel ini digunakan untuk mengiringi tembang yang dibuat secara khusus. Ansambel ini merupakan hasil eksperimantasi dari seniman Sumbawa yang berasal dari Kecamatan Lunyuk. Terdapat delapan jenis alat musik dalam ansambel ini, yaitu: 1. Ketong Salung Ketong Salung terdiri dari tujuh buah ketong, yaitu bambu yang besar dan tebal, dengan ukuran yang berbeda-beda. Cara memainkannya adalah dengan memukul bagian bawah ketong ke lantai sehingga menghasilkan suara yang berbeda-beda sesuai dengan ukurannya. Ketong kecil akan menghasilkan suara nyaring sementara ketong besar akan menghasilkan suara yang "ngebas". 2. Ketong Ngentong Ketong Ngentong adalah ketong yang digantung dan memiliki fungsi sebagai pembawa melodi. 3. Ketong Kosok Ketong Kosok adalah sebuah alat musik yang dimainkan seperti marakas. Alat musik ini terbuat dari...
Cecenge adalah makanan khas dari NTB, terutama Lombok Timur. Makanan ini seperti sayur lodeh, tapi terdapat perbedaan pada bahan yang digunakan. Makanan ini bukan merupakan makanan yang disajikan saat acara-acara adat atau acara penting lainnya, melainkan sebagai hidangan sehari-hari saja. Cara memasak Sediakan terung panjang/bulat, labu kuning, labu siam, kecipir, biji komak (biji komak di sini merupakan biji komak adalah bahasa Sasak, bukan komak bahasa Indonesia, saya tidak tahu bahasa indonesianya), cabai hijau, terasi, garam, bawang putih, cabai rawit hijau, santan kelapa dan bumbu penyedap lain. Cara memasak : Kupas terong, labu kuning, dan labu siam Potong terong,labu kuning, labu siam, kecipir, cabai hijau, dan cabai rawit hijau. Masukkan ke dalam panci bersama dengan biji komak. Haluskan garam, cabai rawit, bawang putih, dan terasi. Kemudian masukkan ke dalam panci. Masukkan santan ke dalam panci yang berisi bahan. Kemudian mulail...
Disebuah desa kecil, hiduplah sepasang suami istri yang baru saja dikaruniai anak.Telah lama mereka menanti kehadiran sang buah hati, Seorang bayi lelaki yang tampan dan lucu. Anak itu mereka beri nama La Golo, yang artinya adalah Pembuka Jalan. Kedua orangtua La Golo sangat berharap nantinya sang bayi mungil tumbuh menjadi pria dewasa yang gagah berani, membuka lahan untuk pertanian dan memimpin masyarakat dengan bijaksana. Sayangnya, La Golo tak seperti harapan ayah ibunya. Sejak kecil, sudah terlihat sifat manja dan pemalasnya. Ia suka menangis dan merengek ketika meminta sesuatu, dan merajuk jika keinginannya tidak terpenuhi. La Golo juga tidak mau membantu pekerjaan di rumah, kerjanya hanya makan dan bermalas-malasan saja. ‘’DahuIu kita beri ia nama La Golo dengan harapan agar saat dewasa nanti membawa golo atau golok keluh sang suami pada istrinya suatu malam. “Kita berharap ia mampu membuka lahan pertanian dan perkebunan baru agar sejahtera, tapi dia...
Di Desa Lekong, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa terdapat sebuah batu besar, tinggi, bundar bagian atasnya datar. Batu itu menggantung pada tebing bukit yang tinggi dekat sungai Lekong. Dari atas batu itu orang dengan leluasa dapat melihat ke bawah. Itulah sebabnya disebut “batu nong”. Kata “nong” dalam bahasa Sumbawa berarti “melihat ke bawah dari atas”. Jika batu nong itu dilihat dari kejauhan, kedudukannya sangat genting. Kalau ada getaran sedikit saja, rasa-rasanya batu itu pasti akan runtuh. Dalam kenyataan, telah beratus-ratus tahun batu itu tetap tidak bergeming. Bagaimana batu itu bisa berada di tempat tersebut, inilah ceritanya. Tersebutlah sebuah negeri di zaman dahulu kala. Negeri itu terkenal makmur, aman, dan damai. Tidak pernah terdengar perselisihan di antara penduduknya. Laki-laki dan perempuan kedudukannya sama, kecuali dalam satu hal, yaitu laki-laki tabu mencuci pantat anaknya yang habis buang air besar. Hal yang demikian d...
Ada sebuah ncuhi bernama Ncuhi Mawo, letaknya berdekatan dengan Ncuhi Jia. Ncuhi adalah nama daerah pemerintahan yang amat luas dan kepala pemerintahannya dipanggil menurut nama daerah yang diperintahnya. Kedua daerah ncuhi tersebut masuk daerah kekuasaan Sangaji Mbojo di Bima, Pulau Sumbawa. Ncuhi Mawo amat disegani dan ditakuti oleh ncuhi-ncuhi lain. Ia seorang ncuhi yang terkenal peberani, kebal, lagi sakti. Itulah sebabnya ia menjadi angkuh dan sombong serta suka merendahkan orang lain. Menurut adat, setiap tahun semua ncuhi yang ada di bawah kekuasaan pemerintahan Baginda berkewajiban ke istana dan menyerahkan upeti kepada Sangaji. Akan tetapi dalam tahun ini Ncuhi Mawo tidak mau menghadap. Bahkan ia menghasut rekannya ncuhi-ncuhi yang lain supaya tidak menghadap ke istana. Ia pernah berkata, “Martabatku sama saja dengan martabat Sangaji.” Ncuhi-ncuhi yang lain hanya diam saja saat mendengarnya. Namun tak ada seorang pun yang terpengaruh. Tentang pembang...