Dikisahkan, perjalanan etnis Batak dimulai dari seorang raja yang bernama Siraja Batak , yang turun di Pusuk Buhit dan mempunyai dua orang putra yaitu Putra sulung diberi nama Guru Tatea Bulan dan kedua diberi nama Raja Isumbaon. Guru Tatea Bulan mempunyai isteri yang bernama Si Boru Baso Bolon , dan mempunyai keturunan 5 orang putra dan 5 orang putri, Putra (sesuai urutan): 1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan 2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu) 3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong). 4. Sagala Raja (keturunannya Sagala) 5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning) Putri 1. Si Boru Biding Laut, (Diyakini sebagai Nyi Roro Kidul) 2. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona) 3. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon 4. Sinta Haumasan 5. Si Boru Nan Tinjo (tidak kawin). Ketika Sibaso Bolon hendak melahirkan Raja Uti, terjadi kejadian yang aneh, berki...
Asal Mula - Tungkot Tunggal Panaluan Tungkot Tunggal Panaluan adalah salah satu seni dari suku Batak yang sudah terkenal diseluruh dunia, yang diukir menurut kejadian sebenarnya dari kayu tertentu yang juga memiliki kesaktian. Inilah kisah singkat tentang asal mula Tungkot Tunggal Panaluan. Zaman dahulu di huta Sidogordogor Pangururan tinggallah keluarga yang sudah lama tidak mempunyai keturunan 7 tahun lamanya, Guru Hatahutan dan istrinya Nasindak Panaluan. Akhirnya keluarga inipun dikaruniai keturunan setelah selama 7 tahun penantian berdoa kepada Ompu Mula Jadi Na Bolon. Setalah 13 bulan lamanya mengandung lahirlah anak dari mereka Linduak (=kembar) laki-laki dan perempuan. Kemudian diadakanlah pesta Martutu Aek (memberi nama) kepada kedua anak itu yang saat itu upacara atau pesta ini dipimpin oleh Agama Parbaringin. Setelah diadakan ritual untuk dalam acara Martutu Aek tersebut, dinamailah anak laki-laki Aji Donda Hatautan dan anak perempuan itu Siboru Tapi Nauasan. Penat...
Marga Lumbantoruan adalah marga keturunan Bursok Sirumonggur. Bursok sirumonggur (Lumbantoruan) mempunyai dua orang anak yaitu Raja Hutagurgur dan Hariara, kemudian Hariara mempunyai dua orang anak yaitu Sangkudoli dan Palti sabungan, kemudian Paltisabungan mempunyai dua orang anak Raung Nabolon dan Inar Naiborngin (Datu Galapang), Raung Nabolon mempunyai dua orang anak yaitu ompu sampak dan Namora Pujion dan Inar Naiborngin (Datu Galapang) mempunyai tiga orang anak yaitu Guru sinomba, Ompu Lobi dan satu lagi tidak diketahui keberadaannya. Menurut W.M. Hutagalung, anak mangulahi (cicit) Namora Pujion mengawini putri dari keturunan Borsak Bimbinan (Hutasoit), yaitu putri datu naualu. Perkawinan itulah sebagai pemula diperbolehkannya perkawinan sesama keturunan Sihombing. Anak bungsu Namora Pujion Bernama Ompung Binjora. Ompung Binjora ini adalah generasi ke-12 dari si Raja Batak sebab ayahnya Namora Pujion generasi ke-11. Ada yang menyatakan bahwa marga Binjora adalah K...
Pada zaman dulu di sebuah desa , ada seorang perempuan yang sangat cantik jelita, karena kecantikannya banyak anak raja datang untuk melamarnya sebagai isteri . Di antara anak raja-raja tersebut hanya satu yang berhasil menundukkan hati perempuan tersebut , yaitu anak Raja Sinaga dari daerah Sirait .dan perempuan itu bernama Siboru Naitang. Untuk memeriahkan pesta perkawainan itu, Raja Sinaga membuat pesta yang sangat meriah selama tujuh hari tujuh malam. Jika dilihat dari segi ketampanan dan kegagahan memang anak Raja Sinaga pantas mendapatkan seorang istri yang cantik ,tetapi jika dilihat dari segi sifat dan tingkah laku memang mereka kurang serasi. Setelah mereka menikah, sering Siboru Naitang sering melamun, dan terbawa arus pikirannya , sudah sering anak Raja Sinaga memperingati isterinya supaya lebih terbuka menerima dirinya sebagai suami, namun hal ini tidak digubris oleh isterinya .Lama kelamaan sikap anak Raja Sinagapun berubah dan sering menjadi kasar dan akhirnya dia mulai...
Di desa Sisuga-suga tinggallah seorang tua bernama Ompu Guasa. Dia mempunyai seorang adik bernama Amani Buangga. Namun sang adik tidak seperti abangnya yang sudah lama memiliki banyak harta. Konon pada masa mudanya Ompu Guasa rajin berniaga ke daerah Barus serta punya banyak kenalan. Sekarang uban mulai menjadi mahkota di kepalanya. Sehari-hari pun ia lebih suka berdiam di rumah untuk merenungkan perjalanan hidup. Tiba-tiba pikiran Ompu Guasa terantuk kembali pada kenyataan bahwa dirinya belum memiliki seorang anak lelaki untuk mewarisi semua hartanya. Istrinya pun sudah lama meninggal. Dua orang putrinya, bernama Siboru Tumbaga dan Siboru Buntulan, tak mungkin mewarisi semua harta kelak. Adat selama ini seperti memastikan hak waris hanya dapat diteruskan oleh anak laki-laki. Kenyataan itulah yang sering membuat Ompu Guasa gelisah meskipun adiknya mempunyai keturunan laki-laki Kegelisahan Ompu Guasa sangat terkesan dalam batuknya. Namun selalu beliau menyembunyikan perasaan dengan men...
Pustaha laklak sering juga dikatakan buku Laklak. Buku Laklak ialah suatu buku pustaha dimana isinya berisi aksara Batak. Buku Laklak ini terbuat dari kulit kayu. Jika dilihat sekilas akan sangat mirip seperti buku dengan ukuran yang agak besar namun disusun dengan rapi berupa lipatan-lipatan kayu. Dan sampul dari Pustaha Laklak ini digorga atau ditambahkan gambar-gambar ornament yang menggambarkan isi dari bukunya. "Boja" digunakan sebagai tintanya dan ujung pisau atau "tarugi" yang digunakan untuk menuliskan aksara Batak tersebut di kulit kayu. Boja ialah sejenis "gota" atau getah kayu. Pustaha Laklak, Buku Aksara Batak Pustaha Laklak, Buku Aksara Batak Dahulu kala, sering kali orang mengoleskan getah ini ke gigi mereka, karena menurut mereka gigi mereka akan terlihat lebih bagus dan lebih kuat. Tentu buku Laklak ini juga memiliki fungsi tersendiri bagi orang Batak dan ini tergantung dari penulisnya. Pada umumnya Pustaha Laklak menuliskan ilmu seperti Parhalaan yaitu ilmu perbinta...
Pusuk Buhit, adalah gunung yang awalnya bernama Gunung Toba memiliki ketinggian 1.500 meter lebih dari permukaan laut dan 1.077 meter dari permukaan Danau Toba. Ada tiga kecamatan yang berada langsung di bawah gunung tersebut yakni Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Pangururan, dan kecamatan Harian Boho. Berawal dari Siboru Deak Parujar yang turun dari langit. Dia terpaksa meninggalkan kahyangan karena tidak suka dijodohkan dengan Siraja Odap-odap. Padahal mereka berdua sama-sama keturunan dewa. Dengan alat tenun dan benangnya, Siboru Deak Parujar yakin menemukan suatu tempat persembunyian di benua bawah. Alhasil, dia tetap terpaksa minta bantuan melalui burung-suruhan Sileang-leang Mandi agar Dewata Mulajadi Nabolon berkenan mengirimkan sekepul tanah untuk ditekuk dan dijadikan tempatnya berpijak. Namun sampai beberapa kali kepul tanah itu ditekuk-tekuk, tempat pijakan itu selalu diganggu oleh Naga Padoha Niaji. Raksasa ini sama jelek dan tertariknya dengan Siraja Odap-odap melih...
Misteri di Balik Keindahan 'Sidihoni', Danau di Atas Danau Toba Danau ini diyakini sudah ada sejak tahun 1800-an. Bermula saat Ompu Sawangin Simalango pindah dari Huta Tinggi, Pangururan, ke Desa Sabungan Nihuta. Ompu Putri Simalango (78), generasi ke-9 dari Ompu Sawangin Simalango, menjelaskan kepada batakgaul.com bahwa Danau Sidihoni muncul karena kayu-kayu yang tumbuh di rawa-rawa ditebangi. “Danau ini pernah mengalami tiga kali kekeringan hebat,” kata Ompu Putri di lokasi danau, Senin (13/3) sore. Dia bercerita, kekeringan hebat pertama terjadi pada 1943 saat penjajahan Jepang, kemudian sekira 1958 saat pemberontakan Kolonel Simbolon, dan yang terakhir adalah saat gempa dahsyat di Aceh 2004 silam. Ompu Putri Simalango Menurut Ompu Putri, kekeringan terparah adalah pada tahun 1943. Sementara saat gempa di Aceh, danau tersebut terbelah. “Terdapat lubang berdiameter sekira 5 meter di bagia...
Aek Sipitu Dai, Cerita tentang Kehausan dan Pencarian 'Pariban' Aek Sipitu Dai atau Air Tujuh Rasa sudah menjadi lokasi wisata yang cukup ternama di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Bagaimana tidak, tujuh pancur dari mata air ini bisa mengeluarkan air dengan rasa yang berbeda-beda. Entah apakah ada pendapat yang masuk akal untuk menjelaskan fenomena tersebut, namun yang jelas ada dua cerita yang melatarbelakangi lahirnya Air Tujuh Rasa. Menurut Ompung Bona br Sihotang, yang rumahnya persis di depan Aek Sipitu Dai, sumber air ini sudah ada sejak zaman dulu. Cerita berawal saat Ompung Langgat Limbong, generasi ke dua dari Marga Limbong, sedang kehausan dan pergi mencari air. "Namun dia ini tak kunjung mendapatkan mata air untuk diminum. Ia lalu berhenti persis di lokasi mata air yang ada saat ini,” cerita Ompung Bona br Sihotang kepada batakgaul.com di rumahnya, belum lama ini. Aek Sipitu Dai, Samosir/s...