PISAU BELATI PAPUA Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki ragam suku, bahasa dan budaya paling banyak. Bicara mengenai senjata tradisional Indonesia, Pisau Belati Papua adalah senjata yang terbilang unik. Senjata ini terbuat dari tulang burung kasuari dan bulunya disematkan ke gagang pisau. Pisau belati Papua merupakan pelengkap dari busur dan panah yang menjadi senjata utama. Suku-suku di Papua biasanya menggunakan senjata ini untuk berburu dan perang.
Tari Suanggi adalah tarian yang berasal dari Papua Barat. Tarian ini mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian). Dari sekian banyak karya seni budaya di nusantara ini, masih sedikit referensi atau catatan yang merincikannya dengan detail, di antaranya adalah tentang keberadaan tari Suanggi. Jika kita lihat dari deskripsinya, tari suanggi adalah bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat tentang kekentalan nuansa magis di daerah tersebut. Beberapa tarian di Papua, cenderung terkesan berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Seperti halnya tari suanggi. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit. Karl Jaspers menyebut pengalaman-pengalaman yang bisa memunculkan krisis eksistensi ini sebagai situasi batas, di antaranya yang paling penting ialah pengalaman menghadapi peristiwa kematian. Dalam kepercayaan magis masyarakat Papua Barat, Suanggi ad...
Sagu adalah makanan khas Indonesia timur yang berasal dari tepung dan berasal dari batang pohon Sagu. Makanan karbohidrat ini mempunyai fungsi yang sama dengan nasi atau gandum yang menjadi makanan pokok Indonesia secara umum. Keberadaan sagu begitu penting bagi masyarakat Papua, termasuk suku Asmat yang mendiami wilayah pesisir selatan pulau Papua. Makanan ini seperti sumber kehidupan bagi sebagian besar warga dan sangat dibutuhkan dalam menunjang kehidupan harian mereka. Karena hal inilah, maka masyarakat Asmat pun mempunyai sebuah ritual yang berkaitan dengan keberadaan sagu sebagai makanan pokok mereka. Para wanita Asmat pun mulai merias wajah mereka dengan cat putih yang mereka buat dari zat kapur cangkang kerang sungai. Mereka mulai membuat lukisan-lukisan unik di wajah dan membiarkannya menutupi hampir seluruh permukaan kulit. Hiasan kepala yang berupa mahkota bulu burung kasuari pun mulai dipakai oleh beberapa orang wanita. Memang sebagian besar mereka masih memakai...
Papua, khususnya kota Jayapura sebagai ibukota propinsi memiliki pesona yang begitu beragam dan menarik untuk ditelusuri. Heterogenitas penduduk Jayapura justru membuat kota ini semakin kaya dan unik. Tidak hanya budaya, kesenian atau pesona panorama alam, Jayapura juga mempunyai daya tarik lain dari sisi kuliner. Ikan Asar pada dasarnya adalah sama seperti ikan asap. Namun, yang membedakan adalah cara mengasapinya. Jika ikan asap ditaruh di atas asap secara horizontal, maka ikan asar ditaruh diagonal di sisi bara yang menghasilkan asap. Hal ini dilakukan agar ikan benar-benar kering dan masak hingga ke dalam sisi-sisi daging. Artinya, tidak ada lagi kandungan air yang tersimpan dalam daging, karena sudah turun saat posisi ikan dimiringkan. Bahan dasar Ikan Asar umumnya adalah ikan Cakalang, ikan Ekor Kuning atau ikan Tongkol, yang jelas dibutuhkan ikan dengan tekstur daging yang cukup padat agar tidak rapuh saat diasapi. Proses memasaknya cukup sederhana, d...
Di suku Marin, Kabupaten Merauke, terdapat upacara Tanam Sasi, sejenis kayu yang dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari setelah kematian seseorang dan akan dicabut kembali setelah 1.000 hari. Budaya Asmat dengan ukiran dan souvenir dari Asmat terkenal hingga ke mancanegara. Ukiran Asmat memiliki empat makna dan fungsi, masing-masing: Melambangkan kehadiran roh nenek moyang; Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia; Sebagai lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain. Sebagai lambang keindahan dan gambaran memori nenek moyang. Sumber: https://evimelda.wordpress.com/2017/01/17/adat-istiadat-di-papua/
Bahan-bahan 8 porsi 500 g petatas (ubi) ungu 150 g tepung tapioka 250 g gula merah,disisir 125 g kelapa parut kukus secukupnya garam Langkah 30 menit Kukus pepatas smpai matang,haluskn selagi panas,dinginkan Campur pepatas halus dengan tepung tapioka, uleni smpai tercampur rata tambahkan sedikit garam Ambil sedikit adonan isi dengan gula merah yang sudah disisir,bentuk bulat, lakukan smpai bahan habis Masuk...
Makanan tradisional masyarakat Napan dan masyarakat Yaur adalah sagu. Sagu dalam bahasa orang Napan adalah Fi sedangkan untuk orang Yaur adalah Moore. Sagu adalah makanan pokok dan termasuk salah satu hal utama dalam setiap upacara adat masyarakat Napan dan masyarakat Yaur. Sagu diolah menjadi beraneka ragam makanan dan mempunyai sebutan yang berbeda sesuai dengan bahan yang campur atau digunakan. Sagu yang dikelola sering dikombinasikan dengan buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan dan daging babi, ikan, udang, daging penyu dan siput laut, makanan ini disebut Tananoko atau Papedah Biji-bijian. Masyarakat Napan dan masyarakat Yaur tidak mengenal bakar batu sebagai cara pengolahan makanan. Mereka mengolah makanan dengan cara dipanggang diatas bara atau diasar dan direbus. Bahan yang digunakan untuk pembuatan Tananoko adalah tepung sagu dan air. Kemudian Tepung sagu yang sudah disiapkan dicampur dengan air hingga mencair lalu diendapkan setelah itu diremas-remas kembali hingga...
Karirano adalah cara memasak tradisional suku-suku bangsa Gwenanggia (Moor, Mambor, Ariti, Arui, Keuw, Woa, Kuri, Koan, Wasi Wararei, Sanemarei, Banggatusui, Burate dan Makimi) di Kabupaten Nabire Papua. Cara memasak karirano dilakukan sebelum suku-suku bangsa tersebut mengenal alat memasak yang diintroduksi dari luar kebudayaan mereka seperti periuk, wajan dan sebagainya. Teknik memasak karirano dilakukan dengan cara ; Bahan makanan yang hendak dimasak terlebidahulu dibungkus dengan daun kemudian menggali tanah dengan kedalaman 20 cm s/d 40 cm, dan menguburkan bahan makanan yang telah dibungkus tersebut, setelah itu dinyalakan api tepat diatas tempat menguburkan bahan makanan tersebut dengan besar nyala api disesuaikan dengan banyaknya jumlah bahan makanan yang dimasak. Panas api dengan sendirinya akan mematangkan bahan makanan yang telah dikubur tersebut. Apabila diperkirakan bahwa bahan makanan sudah matang maka api dipadamkan dan bahan makanan diangkat dan siap untuk diko...
Wati adalah salah satu minuman tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Malind Animn di pesisir pantai selatan mulai daratan Selatan Kondo pertabatasn RI-PNG sampai di daratan pulau Kimaam, di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Wati (piperaceae misthycum) merupakan salah satu jenis tumbuhan, bagian yang digunakan adalah Akar dan batang. Wati dalam masyarakat Marind Anim mempunyai fungsi yang beragam antara lain; sebagai pembayaran mas kawin, sarinya disuguhkan dalam acara adat, upacara adat. Dalam acara ini mereka boleh menyediakan untuk tamu terhormat dan orang boleh minum dalam jumlah besar. Dahulu sarinya diperas lewat mulut gadis-gadis yang ditumpahkan dalam tempurung kelapa lalu diminum oleh laki-laki dan bisa tidur untuk beberapa hari lamanya. Sekarang wati bisa minum atau diolah oleh masing-masing individu. Keberadaan Magna Wati pada masyarakat Malind Anim merupakan salah satu benda yang sangat berharga, dapat dikatakan Wati sebagai maskawin orang Malind selain...