Tugu setinggi 7 meter ini terletak di titik nol Kota Pekanbaru, tepatnya di bundaran Jalan Gadjah Mada. Tugu ini adalah peninggalan Gubernur Propinsi Riau Ke-11, Rusli Zainal, yang menggantikan Tugu Pesawat Tempur peninggalan Gubernur Propinsi Riau Ke-5, Imam Munandar. Tugu ini berbentuk sepasang Bujang dan Dara yang sedan menarikan tari yang sebagai icon Propinsi Riau, yaitu Tari Zapin. Tugu ini menggunakan APBD lebih dari Rp 4 Miliar, sedangkan menurut kajian seorang Design Engineer, tugu ini seharusnya hanya memakan biaya sekitar Rp 500 Juta untuk fisiknya, dan jika ditambahkan untuk biaya prosesnya akan menjadi kurang dari Rp 2 Miliar. Selain karena masalah pendanaannya, Tugu Zapin ini sempat fenomenal dengan sebutan "Tugu Bahenol", dikarenakan bentuk arsitekturnya yang dapat dikatakan tidak sesuai dengan kaidah - kaidah adat Riau. Tugu ini menampakkan lekukan tubuh si patung wanita yang sedan menari, lekukan tubuh ini bisa dilihat dari arah kanan Kantor Gubernur...
Bolu kemojo adalah kue bolu khas Kota Pekanbaru. Apa yang membedakan bolu ini dengan bolu-bolu yang lainnya? Jika bolu yang lainnya memiliki struktur seperti bolu pada umumnya, bolu kemojo berbeda, karena struktur bolu ini sedikit seperti bika ambon. Bolu kemojo memiliki sedikitnya dua varian rasa, yaitu pandan dan durian. Mengapa juga dinamakan bolu kemojo, karena bolu ini berbentuk seperti bunga kemboja. Oleh-oleh khas Riau ini tidak akan bisa ditemukan di daerah selain Provinsi Riau. Maka kalau main ke Riau, jangan lupa untuk mencicipi bolu kemojo ya!
Di adat melayu terdapat motif-motif unik yang sering dipakai masyarakat melayu dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk motif dari banyaknya motif di budaya melayu itu ialah motif "Lebah Bergantung". Jika kalian pernah jalan-jalan ke Riau, pasti pernah melihat motif "Lebah Bergantung" ini baik dari hiasan atap bangunan sampai hiasan dekoratif di kain songket yang juga merupakan salah satu aspek kebudayaan melayu Riau. Contohnya seperti ini. Motif ini bukan hanya sekedar motif yang sembarangan dibuat begitu saja melainkan motif ini memiliki artinya sendiri. Motif Lebah Bergantung ini mencerminkan tentang rumah lebah madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang kebanyakan dari mereka dijadikan tempat menggantungkan r...
Tari Makan Sirih atau juga disebut juga dengan Tari Persembahan merupakan salah satu tari khas Riau. Tari ini diciptakan pada tahun 1957 berdasarkan hasil musyarawah. Tari ini bertujuan sebagai persembahan bagi tamu. Tari ini diciptakan oleh para seniman-seniman dari Riau. Dalam tari ini, salah satu penari Tari Makan Sirih membawa sebuah kotak yang berisi sirih. Sirih tersebut kemudian diberikan kepada para tamu. Tamu yang pertama mengambil sirih dianggap sebagi tamu terhormat yang kemudian diikuti oleh tamu yang lainnya. Tak jarang pula tarian ini disebut dengan Tari Sekapur Sirih. Dalam budaya Riau, sirih merupakan suatu media pengikat pergaulan. Melalui tarian ini, masyarkat Riau telah menunjukkan kesadaran akan hubungan manusia yang satu dengan yang lain. Kesadaran sosial itulah yang mampu menumbuhkan rasa hormat pada sesama. Tari Makan Sirih ini juga berfungsi untuk menghibur para tamu. #OSKMITB2018
Candi Muara Takus merupakan salah satu candi peninggalan dari salah satu Kerajaan Buddha terbesar yang ada di Indonesia yaitu Kerajaan Sriwijaya. Candi Muara Takus terletak di Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.
pedang jenawi... mungkin kita jarang mendengar nama tersebut, selama ini kita hanya familiar dengan nama keris, mandau, dan lain-lain. pedang jenawi sendiri merupakan senjata tradisional khas riau. awalnya senjata ini diduga berasal dari jepang dikarenakan bentuknya yang mirip seperti katana. akan tetapi, setelah para ahli merundingkan ambigu pedang jenawi, mereka berpendapat bahwa pedang ini hasil akulturasi budaya jepang kuno dan melayu. konon panglima perang melayu kerapkali menggunakan pedang tersebut saat berperang, terutama berperang jarak dekat sebab pedang ini berukuran 1 meter. pedang jenawi juga biasa digunakan untuk melindungi diri. biasanya digunakan untuk melawan binatang buas karena faktor geografi. selain untuk melawan binatang buas, senjata ini digunakan untuk melawan suku-suku lain.
Ritual Bakar Tongkang atau singkatnya dalam Bahasa Hokkien dikenal sebagai Go Gek Cap Lak (Tanggal 16 bulan 5) adalah sebuah ritual tahunan masyarakat di Bagansiapiapi yang telah terkenal di mancanegara. Bakar Tongkang menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu dan salah satu wisata andalan Bumi Lancang Kuning. Di Riau, festival tahunan ini menjadi salah satu destinasi andalan dan masuk 10 besar agenda wisata Kementerian Pariwisata. Ritual ini sudah berlangsung selama 134 tahun silam. Seperti namanya, rangkaian dalam ritual ini berupa kegiatan membakar kapal yang disebut tongkang. Bakar tongkang berasal dari negara Cina. Ritual ini diawali karena adanya tuntutan kualitas hidup yang lebih baik di Negara Cina. Etnis Tionghoa dari Provinsi Fujian di Cina memulai perantauan menuju lautan dengan sebuah kapal kayu yang sederhana. Di saat mereka dalam keadaan bimbang mereka meminta pertolongan kepada dewa Kie Ong Ya untuk memandu mereka menuju suatu daratan. Suatu malam,...
pedang jenawi... mungkin kita jarang mendengar nama tersebut, selama ini kita hanya familiar dengan nama keris, mandau, dan lain-lain. pedang jenawi sendiri merupakan senjata tradisional khas riau. awalnya senjata ini diduga berasal dari jepang dikarenakan bentuknya yang mirip seperti katana. akan tetapi, setelah para ahli merundingkan ambigu pedang jenawi, mereka berpendapat bahwa pedang ini hasil akulturasi budaya jepang kuno dan melayu. konon panglima perang melayu kerapkali menggunakan pedang tersebut saat berperang, terutama berperang jarak dekat sebab pedang ini berukuran 1 meter. pedang jenawi juga biasa digunakan untuk melindungi diri. biasanya digunakan untuk melawan binatang buas karena faktor geografi. selain untuk melawan binatang buas, senjata ini digunakan untuk melawan suku-suku lain. #OSKMITB2018
Tanjung Pinang dulunya merupakan ibu kota provinsi Riau. Namun, dengan seiring berjalannya waktu, ibu kota Riau diganti menjadi pekanbaru. Sekarang, Tanjung Pinang merupakan pusat pengolahan atau sumber bahan baku. Buktinya, Pada tahun 2001, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam membangun perekonomian Kota Tanjungpinang yaitu sebesar 35,54% kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan 15,37%, sektor bangunan 13,29%, sektor jasa-jasa 12,51%, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 10,82%. Sedangkan sektor lainnya meliputi sektor listrik, gas, dan air bersih, keuangan, pertanian, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,47%. Tanjung Pinang terkenal dengan berbagai macam makanan yang menggunakan bahan-bahan yang tidak biasanya digunakan dalam masakan sehari-hari. Contohnya seperti; bambu (muda) dan siput. Siput seringkali diolah menjadi makanan gulai, yang dikenal dengan gulai siput. Meskipun banyak orang yang t...