Pada umumnya Kerajinan tradisional adalah proses pembuatan atau pengadaan peralatan dan perlengkapan hidup mencakup pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, alat-alat transportasi dan lain sebagainya. Proses pembuatannya harus berpedoman pada nilai dan norma budaya, sebab semua perlengkapan hidup yang dibuat, merupakan salah satu unsur budaya. Ketrampilan yang dimiliki oleh para pengrajin, diperoleh dari warisan leluhur, tanpa melalui pendidikan formal. Bermodalkan ketrampilan yanng dimiliki, mereka mampu membuat berbagai jenis barang, walau dengan peralatan yang sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan, mudah diperoleh disekitar lingkungannya, antara lain Tumbuh-tumbuhan, Logam, Batu-batuan, tulang dan Kulit hewan dan sebagainya. Kerajinan tradisional Mbojo kaya dengan jenis dan bentuknya. Bukan hanya tahan lama dan kuat, tetapi juga mengandung nilai seni budaya yang tinggi. Karena itu kerajinan tradisonal Mbojo harus dilestarikan oleh Pem...
Berdasarkan ketentuan adat, setiap wanita yang memasuki usia remaja harus terampil melakukan Muna ro Medi , yang merupakan kegiatan kaum ibu guna meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Perintah adat tersebut dipatuhi oleh seluruh wanita Mbojo sampai Tahun 1960-an. Sejak usia dini anak-anak perempuan dibimbing dan dilatih menjadi penenun “ Ma Loa Ro Tingi ” (terampil dan berjiwa seni). Bila kelak sudh menjadi ibu rumah tangga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Keberhasilan kaum wanita dalam meningkatkan mutu dan jumlah hasil tenunannya, memikat hati para pedagang dari berbagai penjuru Nusantara. Mereka datang ke Bima dan Dompu selain membeli hasil alam dan bumi, juga untuk membeli hasil tenunan Mbojo seperti Tembe (Sarung), Sambolo (Destar) dan Weri (Ikat pinggang). Sebagai masyarakat Maritim, pada waktu yang bersamaan para pedagang Mbojo, berlayar ke seluruh Nusantara guna menjual barang dagangannya, termasuk hasil tenunan seperti T...
Keris memiliki pesona tersendiri yang diwujudkan dalam ragam hiasan penuh dengan aneka batu berharga seperti bertahtakan batu lazuardi, batu pirus, akik, emas, intan dan berlian. Salah satu karya unik dan bernilai tinggi dari leluhur Bima adalah Keris kebesaran sultan yaitu Tatarapang berjuluk Samparaja yang bertahtakan intan dan berlian dengan sarung berlapis emas. Keris ini dibuat pada sekitar abad XVIV pada masa pemerintahan Raja Indera Zamrut dan digagangnya terdapat ukiran Sang Bima. Terdapat 6 lagi keris tatarapang istimewa yang semuanya terbuat dari emas. Keris tersebut meliputi dua keris Jena Teke ( Putera Mahkota) dan empat lagi berasal dari Reo NTT yang merupakan salah satu daerah kekuasaan kerajaan Bima hingga akhir abad XVIII. Tatarapang artinya keris jabatan sultan dan pejabat kerajaan. Terdapat 35 jenis keris Tatarapang yang dibuat disesuaikan dengan jenis dan tingkatan jabatan para pejabat di lingkungan Istana Bima. Aturan Tataparang kepangkatan dia...
Cila Mboko juga dikenal dengan nama Parang Bengkok. Bentuknya melengkung di ujungnya. Cila ini memiliki panjang sekitar 30 cm. Sedangkan gagangnya memiliki panjang sekitar 20 cm. Dalam Tradisi masyarakat Bima-Dompu, Cila merupakan senjata yang selalu dibawa kemana-mana terutama ketika menjaga kebun ataupun ladang. Karena dapat digunakan untuk memotong ranting-ranting pohon, semak belukar dan menjaga diri dari ancaman musuh maupun serangan binatang buas. Pembuatan cila mboko dilakukan selama 2 hari. Harga untuk satu buah Cila Mboko sekitar Rp. 60.000. Bahan pembuatan Cila Mboko adalah besi sektiar 1 kg dengan harga sekitar Rp. 12.000,-
Cila Gowa adalah salah satu Cila atau Parang khas Bima. Bisa jadi, cila ini merupakan pengaruh kebudayaan Gowa di masa lalu. Memang tidak ada aksesoris dan ornamen yang dapat membuktikan bahwa Cila ini merupakan pengaruh kebudayaan Gowa, tapi secara turun temurun masyarakat Bima-Dompu menyebutnya dengan Cila Gowa. Ukuran cila ini memiliki panjang 65 cm. Gagangnya memiliki panjang sekitar 45 cm lebih panjang daripada Cila Mboko. Oleh karena itu, Cila ini juga diberinama Cila Naru. Fungsinya juga sama dengan Cila Mboko di atas yaitu untuk menjaga diri dan keperluan pertanian dan berladang. Harga cila gowa sekitar Rp. 150.000. lama waktu pembuatan selama satu minggu. Bahan-bahannya adalah besi 1 kg sama dengan pembuatan cila mboko .
Cila ini bentuknya agak bundar. Oleh karena itu dinamakan Cila Mbolo. Cila ini memiliki panjang sekitar 30 cm. Sedangkan gagangnya memiliki panjang sekitar 20 cm. Dalam Tradisi masyarakat Bima-Dompu, Cila merupakan senjata yang selalu dibawa kemana-mana terutama ketika menjaga kebun ataupun ladang. Karena dapat digunakan untuk memotong ranting-ranting pohon, semak belukar dan menjaga diri dari ancaman musuh maupun serangan binatang buas. Harga cila mbolo sekitar Rp. 50.000,- lama pembuatan sekitar 2 hari. Bahan baku utamanya adalah besi 1 kg
Cila Golo sebenarnya hampir sama dengan Golo atau Golok. Bedanya Cila ini agak panjang daripada Golo. Cila ini memiliki panjang sekitar 15 Cm, gagangnya ada sedikit ukiran dengan panjang sekitar 10 cm. Harga Cila Golo sekitar Rp. 50.000. Lama pembuatan sekitar 2 hari. Dengan bahan baku utama besi sekitar 1 kg dan kayu jati dan sonokling untuk gagangnya.
Parang atau golok ini konon memiliki kesaktian terutama jika digunakan disaat-saat genting pada masa kejayaan kerajaan dan kesultanan Bima. Dijuluki La Nggunti Rante karena konon dapat memotong apa saja termasuk Baja dan Besi. Menurut Kitab BO (Kitab Kuno Kerajaan Bima) parang ini dibuat pada abad ke-14 yaitu pada masa Pemerintahan Batara Indera Bima. La Nggunti Rante merupakan Golok Pendek dengan panjang 25 cm dan lebar 10 cm. Menurut Muslimin Hamzah dalam bukunya Ensiklopedia Bima, ada penelitian dari oleh seorang ahli dari Sri Langka bahwa kembaran parang ini hanya ada di negerinya. Ini tentunya perlu sebuah penelitian yang mendalam karena dalam catatan sejarah Bima Sri Langka atau Sailon merupakan salah satu tempat pembuangan salah seorang Sultanah dari kesultana Bima yaitu Komalasyah atau dikenal dengan Kumala Bumi Partiga yang memerintah pada tahun 1748 – 1751). Bumi Partiga adalah sultan perempuan dari kesultanan Bima yang merupakan sultan yang ke-7. Paran...
Parang atau dalam bahasa Bima-Dompu disebut Cila adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa. Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik. Kegunaannya adalah sebagai alat potong atau alat tebas (terutama semak belukar) kala penggunanya keluar masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian. Parang juga merupakan senjata khas orang Melayu di kampung-kampung pada zaman dahulu. Sedangkan masyarakat Melayu di Jawa dan Sumatera menjadikan parang sebagai salah satu senjata pertempuran. Ada beberapa jenis Cila yang dikenal oleh masyarakat Bima – Dompu yaitu Cila Mboko, Cila Gowa, Cila Golo, dan ada satu lagi yang menjadi koleksi Museum Asi Mbojo peninggalan zaman kerajaan dan kesultanan Bima yaitu Cila La Nggunti Rante. 1. Cila Mboko 2. Cila Gowa 3. Cila Mbolo 4. Cila Golo 5. Cila La Nggunti Rante