Di desa Silurah kecamatan Wonotunggal terdapat peninggalan cagar budaya berupa arca Ganesha, arca Siwa, dan yoni. Diperkirakan dibuat pada abad ke IX. sumber: https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2
Puri Taman Saraswati berfungsi sebagai tempat pemujaan keagamaan bagi Umat Hindu sekaligus sebagai obyek wisata, karena terletak di daerah hutan lereng utara Gunung Lawu yang sangat indah, dengan ketinggian 1.470 m di atas permukaan air laut. Titik fokus obyek wisata ini beupa keindahan Patung Dewi Saraswati, yang sengaja didatangkan langsung dari Gianyar Bali. Menurut kepercayaan umat Hindu, Dewi Saraswati adalah dewi yang berparas cantik, dengan perilaku yang lemah lembut, mengenakan busana nan indah, bersinggasana di atas Padma, kelopak bunga teratai yang diusung oleh sepasang angsa. Dewi Saraswati digambarkan bertangan 4 (empat), yang artinya meski ia seorang putri (wanita), namun dengan pengetahuannya yang berbudi luhur mampu mengemban 4 ilmu yang digambarkan dalam 4 alat yang dipegangnya, yaitu: Wina, Aksamala, Damaru dan Pustaka, yang artinya: Wina adalah simbol kekuatan yang indah, menarik, lemah lembut dan mulia, yang merupakan sifat dari ilmu pengetahuan, Damaru adalah sim...
Setiap pergantian tahun Jawa tepatnya awal bulan Suro yaitu tanggal 1 s/d 3 Suro masyarakat mengadakan kegitana ritual di Punden Jombaleko. Ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dilaksanakan 3 hari berturut-turut oleh masyarakat Dukuh Ngledok, Ngablak dan Talpitu. Pada malam harinya juga diadakan tirakatan sebulan penuh yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan para Peziarah dari luar daerah. Jalanya Upacara Adat Suran : Sore hari menjelang waktu Magrib pelakasanaan ritual, tokoh masayarakat dan Juru Kunci telah menyanggarkan kendi berjumlah tujuh (7) yang berisi air sumur setempat untuk di semayamkan di makam Arya Kusuma. Pagi harinya warga telah kambing di area punden, hewan yang di sembelih tidak boleh cacat dan harus Kambing kendit yaitu berbulu hitam dan begaris putih di badannya. Masakan yang untuk sesaji tidak boleh di cicipi dan yang masak tidak boleh dalam keadaan datang bulan (menstruasi). Siang hari sekitar jam 10.00 WIB, masyarakat berbondong-bondong dat...
Lokasi: Situs Planggatan memiliki total luas 4.460 meter persegi, diapit oleh perkampungan penduduk dan tanah tegalan (perkebunan). Kalau kita berada di lingkungan situs, terasa berada di puncak candi yang berpendar melingkar ke segenap penjuru. Kondisi situs pada saat ini, sebagian besar batu-batunya belum tergali secara utuh. Hanya tampak beberapa batu berelief yang masih setengah terpendam. Berdasarkan informasi, pada awalnya tempat keberadaan situs ini merupakan tanah kas desa/dusun yang ditanami rumput untuk pakan ternak. BP3 Jateng merngupayakan penyertifikatan tanah. Dengan demikian, tanah tempat situs ini sekarang resmi dibawah pengelolaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jateng dan ditetapkan sebagai cagar budaya. Bahkan hingga kini tidak ada restribusi. Dengan demikian sangat jarang wisatawan yang datang, kalau pun ada merupakan singgahan setelah dari Candi Sukuh. Relief: Yang tersisa dari Candi Planggatan yang dibangun pada ketinggian 910 meter di atas permukaan la...
Srawung Seni Candi yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2003 ini diharapkan sebagai sarana untuk menyatukan keinginan para pecinta seni dan para pujangga untuk mengekplorasi dan mengekspresikan nilai-nilai budaya dan tradisi dengan kolaborasi modern. Sehingga Srawung Seni Candi ini diharapkan menjadikan perhelatan yang dapat mewujudkan rasa kebersamaan, gotong royong, bowo roso, ngudo roso, ngobrol percakapan-percakapan antara penonton, kritikus maupun penyaji. Kata Seni Candi diharapkan mampu mereguk inspirasi cerita-cerita relief, arsitektur alam dan masyarakat setempat. Perhelatan Srawung Seni Candi ini setiap tahunnya diselenggarakan oleh Padepokan Lemah Putih Gondangrejo Karanganyar, di bawah pimpinan Suprapto Suryodarmo, atau lebih dikenal dengan panggilan Mbah Prapto, bekerjasama dengan berbagai pihak, menjadikan sebuah entertainment yang menarik,sangat langka dan sayang untuk tidak disaksikan. Di sela-sela pertunjukan, dilaksanakan pula Seminar/ Sambung rasa terbuka. Sedangka...
Dugderan merupakan sebuah tradisi yang diadakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881, sejak masa penjajahan kolonial. Untuk memeriahkan dugderan, biasanya muncul pasar tiban. Pasar ini menawarkan berbagai kuliner, pakaian, mainan, termasuk kerajinan tradisional selama seminggu sebelum bulan suci dimulai. Tepat sehari sebelum umat muslim menjalankan ibadah puasa, sebuah karnaval akan diadakan. Karnaval dimeriahkan dengan kirab, arak-arakan pasukan berpakaian tradisional, drumband, dan kesenian tradisional lainnya. Ada juga arak-arakan Warak Ngendok yang merepresentasikan keberagaman suku, budaya, dan agama di Semarang. Warak Ngendok sendiri merupakan perwujudan tiga unsur binatang; kepala naga, badan unta, dan kaki kambing. Mulainya acara dugderan ditandai dengan pemukulan beduk oleh pejabat setempat dan dilanjutkan dengan penyalaan meriam. Suara beduk dug dug dug dan diakhiri dentuman meriam der der der itulah yang mendasari penamaan trad...
Candi Angin merupakan situs purbakala yang berada di desa Tempur, kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dari data yang tersedia saat ini, Candi Angin diduga merupakan situs yang dibangun oleh penganut Hindu pada zaman Majapahit akhir, sebelum pengaruh Islam mulai muncul di tanah Jawa. Hingga saat ini, keberadaan Candi Angin masih berada dalam penelitian lebih mendalam oleh para arkeolog dan balai besar cagar budaya guna mendapatkan informasi yang lebih detil sehingga dapat membuka narasi sejarah masyarakat setempat sekaligus memperkaya sejarah bangsa. Candi Angin memiliki tiga situs yang diduga memiliki hubungan satu dengan lainnya. Situs tersebut adalah Candi Aso, Candi Bubrah dan Candi Angin itu sendiri. Dari pengamatan awal tiga situs ini merupakan bagian dari situs ritual, karena keberadaannya tidak dijumpai dalam kawasan pemukiman.
Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) atau biasa disebut Taman Budaya Surakarta (TBS) merupakan tempat yang menjadi wadah pengembangan, penelitian, dokumentasi, dan apresiasi seni budaya. TBJT terletak di Jl. Ir. Sutami No. 57, Kota Surakarta. Letaknya strategis berdampingan dengan Institusi Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Universitas Sebelas Maret (UNS). Berbagai pagelaran seni digelar di TBJT. Mulai dari modern, kontemporer, hingga pameran-pameran seni lainnya. TBJT didirikan sebagai pusat kebudayaan berdasarkan pada surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan RI No : 0276/0/1978 tanggal 16 Agustus 1978 dan mulai dirintis pembangunannya oleh almarhum SD. Humardani pada 1981 yang saat itu menjabat sebagai Direktur Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta dan Pimpinan Proyek Pengembangan Kesenian Jawa Tengah (PKJT) Latar belakang dibangunnya TBJT yaitu karena Surakarta merupakan kota budaya yang memiliki pusat kebudayaan Jawa yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton Mangku...
Bundengan: Sejarah dan Kisah Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang menjadi titik tengah pulau Jawa ini berkarakteristik lahan basah dan pegunungan. Wonosobo juga merupakan Kabupaten yang kaya akan budaya dan seni. Salah satunya adalah budaya pastoral seperti angon bebek (penggembala bebek). Sontoloyo atau sebutan bagi penggembala bebek ini biasa menggunakan alat semacam payung yang digunakan untuk berteduh dari panas dan hujan selama melakukan menggembala bebek. Tentu saja karena budaya itu sendiri, perkakas beradaptasi karena faktor lingkungan. 1. Sejarah Bundengan Kowangan merupakan alat yang berbentuk seperti payung besar yang karakteristik bentuknya mirip seperti tudung. Kowangan merupakan alat yang sudah ada sejak zaman Majapahit yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari seperti tani (bertani), ngarit (mencari rumput), dan angon bebek (menggembalakan bebek). Dalam mengisi waktu istirahat biasanya penggembala...