Tari Lulo adalah tari tradisional yang berasal dari Tokotua, Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Tari Lulo ini dilaksanakan dalam rangka ritual adat Tokotua atas rasa syukur dan terimakasih kepada Yang Maha Pencipta karena limpahan rezki panen beras yang melimpah. Tari tradisional Lulo ini telah ada sejak zaman pemerintahan kerjaan kesultanan Buton, dimana beras sebagai hasil pertanian Tokotua untuk memperkuat pilar perekonomian Kesultanan Buton. Dan ungkapan syukur atas panen beras yang melimpah dituangkan dalam ritual adat Lulo. Para penari Lulo terdiri dari 12 orang yang dibagi dalam 2 kelompok. Delapan penari putra memegang alu (Penumbuk Padi) yang menggambarkan pria yang menumbuk padi dan empat orang penari perempuan memegang nyiru sebagai alat penapis gabah, ditambah sapu tangan yang menggambarkan proses penapisan gabah. Pakaian yang digunakan dalam tari tersebut merupakan ciri khas Kabaena dengan pakaian berwarna dasar hitam ditambah warna kekuning-kuningan d...
Karasi adalah camilan Khas Wakatobi yang bahan dasarnya dari tepung beras lalu cetakan adonannya digoreng. Pembuatan makanan ini cukup unik karena cetakan yang digunakan ketika membuat karasi terbuat dari batok kelapa yang telah dibentuk dan diberikan lubang-lubang kecil. Masyarakat Wakatobi khususnya ibu-ibu sangat pandai dan lihai dalam membuat makanan khas yang satu ini. Bisa dibeli di: Khayla Olshop, Kendari, Sulawesi Tenggara https://khayla_olshop.indonetwork.co.id/ Sumber: http://makanankhaswakatobi.blogspot.co.id/2017/05/kue-karasi-wakatobi.html https://brilicious.brilio.net/unik/ini-dia-makanan-khas-wakatobi-sajian-para-raja-170403p.html
Pakaian adat ajo bantea hanya terdiri dari celana panjang (sala arabu) dan dijadikan sebagai lambang keterbukaan dan kesederhanaan para anak golongan bangsawan tanpa memandang status sosialnya masing-masing. ajo bantea atau pakeana mangaanaana merupakan pakaian yang khusus dikenakan oleh anak-anak yang belum menduduki jabatan khusus dalam sistem pemerintahan kesultanan buton. sebagai pelengkap ditambahkan pula penggunaan kampurui bewe patawala atau kampurui tumpa atau kampurui palangi yang dikenakan bersama lepi-lepi, keris, sarung samasili kumbaea atau bia ibeloki , dan bia ogena. sumber : https://fitinline.com/article/read/7-ragam-pakaian-adat-buton/
Kaboroko berarti krah (leher) dikatakan demikian karena baju ini agak berbeda dengan jenis baju Buton lainnya, dimana baju ini mempunyai kerah yang disertai dengan adanya berbagai macam hiasan dan aksesoris yang dilekatkan padanya. Terdapat empat buah kancing logam pada leher sebelah kanan dan tujuh buah kancing pada lengan baju. Kancing-kancing itu tidak berfungsi sebagaimana lazimnya kacing baju, namun hanya merupakan pertanda golongan. Sarung lapisan dalam berwarna putih sedangkan lapisan luas (atas) sarung warna dasar hitam dengan corak garis-garis. Sarung tersebut disebut sebagai Samasili Kumbaea atau Bia-Bia Itanu . Pada sanggulnya diikatkan potongan-potongan yang digulung dari kain yang berwarna putih dan kuning. Mengenai makna yang terkandung dalam pakaian Kaboroko ini berikut akan disajikan kutipan hasil wawancara : Kaboroko berarti baju berkerah atau memiliki kerah. Penggunaan baju&...
Makanan Sultra ini memiliki cita rasa yang gurih, akan lengkap jika lapa-lapa disantap bersama dengan ikan kaholeonarore (ikan asin). Dalam proses pembuatannya, lapa-lapa ini berbahan dasar beras yang dimasak bersama dengan santan. Saat setengah matang lalu diangkat dan didinginkan, kemudian direbus. Tapi, sebelum direbus, dibungkus dulu dengan menggunakan janur kelapa yang masih muda. Dalam kehidupan masyarakat suku Muna, lapa-lapa ini biasanya dibuat menjelang hari raya umat Islam, misalnya pada lebaran idul fitri dan idul adha atau pada pembukaan puasa. Waktu pembuatannya pun lumayan lama, sebab untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan cita rasa yang luar biasa enak. Termasuk mudah didapatkan, sebab banyak yang menjualnya di pasar tradisional. Di kota Kendari misalnya biasa dijajakan di Pasar Korem, terutama pagi hari. Dapat dibeli di: Pasar Korem Belakang Markas Korem 143/ Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara Sumber: https:/...
Karasi adalah salah satu jenis makanan khas Wakatobi yang tidak kalah enaknya. Makanan yang satu ini memiliki bahan utama yaitu tepung beras, biasanya masyarakat membuatnya sebagai cemilan dan biasa juga disajikan dalam berbagai acara adat. Pembuatan makanan yang satu ini juga cukup unik karena cetakan yang digunakan ketika membuat karasi terbuat dari batok kelapa yang telah di bentuk dan diberikan lubang-lubang kecil. Para masyarakat Wakatobi khususnya ibu-ibu sangat pandai dan lihai dalam membuat makanan khas yang satu ini. Untuk kalian ketahui, bahwa makanan khas yang ada di Wakatobi selain rasanya yang nikmat, bahan yang digunakan pun cukup simple dan teknik pembuatannya unik , jadi Wakatobi sangat direkomendasikan banget deh buat kamu yang ingin merasakan aneka makanan khas Nusantara. Bisa dibeli di: Khayla Olshop, Kendari, Sulawesi Tenggara https://khayla_olshop.indonetwork.co.id/ Sumber : http://syifaadistiani94...
Batu Poaro merupakan batu yang menjadi pertanda hilangnya penyiar agama islam di Buton yang bernama Syech Abdul Wahid di pesisir pantai Buton. Disebut Batu Poaro karena oleh masyarakat Buton menyebutkan bahwa Syech Abdul Wahid "Apoaromo Te Opuna" yang artinya ia telah berhadapan dengan tuhannya dan batu ini dianggap sebagai makam beliau. Situs bersejarah ini terletak di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro atau sekitar 2 kilo meter dari pusat Kota Baubau. Sumber: https://muhammadsyukran080.blogspot.co.id/2015/05/batu-poaro.html
Gorana Oputa adalah ritual atau upacara adat menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kegiatan seperti ini selalu digelar sejak masa kesultanan di istana Sultan Buton setiap pukul 00.00 Wita hingga 03.00 Wita malam 12 Rabiul Awal. Tradisi adat masyarakat Buton ini dimulai pada pukul 00.00 dini hari yang didalamnya terkandung maksud bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi yang sebelumnya didahului dengan penciptaan nyawa nabi Muhammad SAW sebagai Abu Arwah atau bapak dari segala nyawa, sehingga rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan pembacaan Barsanji tentang riwayat Nabi Muhammad SAW oleh empat orang perangkat Mesjid Agung Keraton Buton. Goraana Oputa juga merupakan gambaran tentang bagaimana tanggung jawab seorang pemimpin, dalam hal ini yakni Walikota yang disimbolkan sebagai Sultan dengan tugas utama sebagai kepala wilayah, pemerintahan, kemasyarakatan serta sebagai pemimpin dibidang keagamaan. Peringatan Goraana Oputa umumnya dihadiri sejumlah...
Tradisi ritual Qunua merupakan persiapan untuk menyambut malam laylatul qadar, malam yang kemuliaannya lebih dari seribu bulan. Ritual ini di awali dengan shalat tarawih yang di lakukan pada tengah malam dan di akhiri dengan sahur bersama. Qunua biasanya dilaksanakan pada malam ke 16 bulan Ramadhan yang dimulai pada saat tengah malam. Ritual ini telah menjadi tradisi masyarakat Buton sejak ratusan tahun silam. Ritual Qunua diawali dengan melakukan shalat tarawih yang pelaksanaannya tidak seperti malam-malam Ramadhan lainnya. Ritual ini biasanya dilaksanakan pada tengah malam tepat pukul 00:00 waktu setempat, dan jumlah rakaatnya yang pada malam biasa hanya 8 rakaat namun dalam ritual Qunut ramadhan ini ditambah menjadi 20 rakaat. Setelah melaksanakan shalat tarawih dilanjutkan dengan sahur bersama di Baruga Keraton Buton bersama masyarakat dan aparat pemerintahan yang diawali dengan pembacaan doa oleh seorang moji atau aparat mesjid Agung Keraton. Pelaksanaan qunut Ra...