Di Kalimantan Barat, ada sebuah batu yang oleh masyarakat disebut sebagai Batu Menangis. Konon batu tersebut mulanya adalah seorang wanita durhaka bernama Darmi. Menurut cerita, di suatu daerah terpencil di Kalimantan Barat, hidup seorang ibu tua bersama anak gadisnya yang cantik bernama Darmi. Semenjak suaminya meninggal, ibu tersebut menjadi buruh sawah dengan upah harian kecil. Darmi, anak ibu tersebut adalah anak cantik tapi sangat manja. Meskipun kehidupan mereka susah, namun Darmi tetap saja senang bersolek dan memamerkan kecantikannya ke seantero kampung. Setiap hari Darmi kerjanya hanya menghabiskan uang ibunya dengan membeli perhiasan dan alat-alat kecantikan. Sering ibunya menasehati Darmi agar mau hidup sederhana sesuai kemampuan, namun Darmi tidak menggubrisnya justru malah membentak ibunya agar bekerja lebih keras lagi. Darmi tidak pernah mau membantu ibunya bekerja di sawah. Selalu saja ada alasan agar tidak ikut ke sawah. Pada saat ibunya bekerja, Da...
Mandau adalah senjata tajam sejenis parang berasal dari kebudayaan Dayak di Kalimantan . Mandau termasuk salah satu senjata tradisional Indonesia . Berbeda dengan arang, mandau memiliki ukiran - ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah mandau. Mandau berasal dari asal kata "Man" salah satu suku di china bagian selatan dan "dao" [1] yang berarti golok dalam bahasa china. Suku Dayak dengan senjata Mandaunya terkenal kejam dan ahli dalam peperangan, kelompok klan mereka melawan bangsa-bangsa lain yang datang ke pulau kalimantan, termasuk bangsa Melayu dan Bangsa Austronesia, karena seringnya peperangan antar klan dan bangsa-bangsa yang datang ke pulau kalimantan, Pedang mandau menjadi terkenal dengan bilah senjatanya yang tajam dan digunakan untuk memenggal kepala musuh-musuhnya (adat...
Pakaian adat Kalimantan Barat bermacam-macam diantaranya yaitu Pakaian adat king baba untuk laki laki dan king bibinge untuk perempuan. Pakaian ini adalah pakaian yang digunakan sudah sejak dulu oleh masyarakat Kalimantan Barat. Pakaian adat Kalimantan Barat berbahan kulit kayu yang diproses menjadi kain kulit kayu yang digunakan sebagai bahan pakaian adat Kalimantan Barat adalah Kulit kayu kapuo atau ampuro. Kulit kayu tersebut dipukul termasuk di pukul di dalam air menggunakan pemukul yang berbentuk bulat. Kemampuan mengolah kulit kayu menjadi kain oleh masyarakat Kalimantan Barat merupakan kemampuan yang secara turun temurun diturunkan oleh nenek moya masyarakat Kalimantan Barat. Selain itu, kemampuan lain masyarakat Kalimantan Barat itu adalah menenun. Dalam berpakaian masyarakat Kalimantan Barat, ada pembeda antara pakaian laki-laki dan perempuan. Pembeda itu yaitu pakaian laki laki terdiri dari tutup kepala berhiaskan bulu burung enggang, baju ta...
Gua Malawang terletak ± 500 m sebelah barat dari SD Wangun dan berada di Kampung Nagrak, Desa Sukawangun. Karakteristik gua berupa kumpulan dari sekitar gua 13 gua dan ceruk. Masyarakat sekitar menamakan komplek gua tersebut dengan bermacam nama seperti Malawang, Batu Masigit dan Gorin. Satu hal yang menarik dari penanaman tersebut adalah Gorin yaitu nama setempat untuk semacam tempayan air dari gerabah. Penanaman Gorin diberikan kepada kelompok gua tersebut berdasarkan adanya temuan Gorin oleh Taryana kepala SKB Tasikmalaya tahun 1993 di salah satu gua. Benda arkeologis yang berhasil ditemukan berupa 13 pecahan.
Selama ini, mungkin masyarakat lebih mengenal mandau dan parang sebagai senjata tradisional yang dimiliki suku Dayak. Padahal, suku yang mendiami daerah pesisir Pulau Kalimantan ini memiliki satu lagi senjata tradisional, yaitu duhung. Konon, senjata tradisional ini diyakini sebagai senjata tertua suku Dayak. Masyarakat Dayak meyakini duhung sudah tercipta ketika manusia belum ada di dunia. Duhung merupakan senjata yang diciptakan oleh leluhur suku Dayak di alam atas, kayangan. Manusia pertama yang memiliki duhung adalah mereka yang dipercaya sebagai leluhur suku Dayak. Pada awalnya, hanya tiga orang yang memiliki duhung, yaitu Raja Sangen, Raja Sangiang, dan Raja Bunu. Menurut legenda, ketiga raja tersebut memiliki duhung yang berbeda. Duhung milik Raja Sangen dan Raja Sangiang terbuat dari besi yang bisa mengapung. Sementara, duhung milik Raja Bunu terbuat dari besi yang tidak bisa mengapung. Duhung jenis ini biasa disebut sanaman leteng. Raja Bunu...
Tarian Borneo adalah bentuk kebersamaan masyarakat pedalaman Kalimantan Barat sebagai media untuk memberikan informasi sebentar lagi akan ada keramaian.
Rumah Panjang Dayak (Lamin, Betang, dan Radaakng, Uma Dadoq) dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah Rumah tradisional masyarakat Dayak. Lamin merupakan bangunan yang berdiri di atas tiang-tiang penyangga berupa kayu bulat atau balok. Konstruksi tiang penyangga ini membentuk kolong dan merupakan penyangga atau pendukung lantai dan atap. Bentuk dasar bangunan empat persegi panjang, bentuk dasar atap berupa prisma dengan konstruksi atap pelana. Bagian depan lamin dapat di tambah dengan serambi yang memanjang mengikuti bentuk bangunan.
Seni kerajinan tekstil masyarakat Dayak Benuaq. Bahan utama untuk menenun adalah benang doyo, yang berasal dari serat daun ulap doyo (Curcoligo latifolia lend.) yang berbentuk lebar. Jenis tumbuhan ini banyak tumbuh di dataran yang berpasir, di antara semak dan ilalang, dan tumbuh dekat rawa. Secara almiah tumbuhan sejenis pandan ini berkembang dengan subur di daerah Tanjung Isuy. Dahulu bahan ini dipergunakan mengingat benang dari kapas masih susah ditemukan. Konon, pohon Doyo ini hanya boleh ditanam oleh perempuan, serta tabu atau pantang dikerjakan oleh lelaki. Dengan teknik tertentu daun ini dipintal hingga berbentuk benang yang kuat untuk ditenun.
Belian adalah upacara pengobatan atau mengusir bala dari suku dayak. Ritual ini dilakukan dengan tarian yang dibalut musik tradisional, lengkap dengan berbagai ornamen hiasan layaknya sebuah perayaan pernikahan. Upacara belian dilaksanakan pada malam hari, malam dianggap waktu yang tepat untuk berdoa. Selain itu,pada malam hari merupakan waktu seluruh suku warga berkumpul karna pada siang hari mereka bekerja di hutan. Belian diakhiri dengan berpantang jenis makanan tertentu bagi si sakit, kemudian dilanjutkan dengan menyepi di dalam rumah selama sehari. Sedangkan lamanya upacara bergantung pada berat ringannya penyakit. Dalam ritual belian terdapat sebuah ikatan antara petalangan dengan ajaran leluhur sehingga wajar upacara ini mengandung hal yang dianggap mistis dan prosesnya yang rumit. Meski secara keagamaan masyarakat dayak menganut agama samawi tapi mereka tetap berpegang teguh pada ajaran leluhur.