Buda Cemeng Kelawu yang jatuh setiap Buda Wage, Wuku Kelawu selama ini identik dengan hari raya uang. Pandangan tersebut didasarkan pada pelaksanaan Buda Cemeng Kelawu yang merupakan hari pemujaan kepada Bhatara Rambut Sedana sebagai Dewa Kesejahteraan yang menganugerahkan harta kekayaan kepada manusia. Buda Cemeng Kelawu pada hakekatnya lebih pada ucapan syukur kepada Tuhan atas segala pengetahuan yang diberikan terkait pengelolaan materi, yang salah satunya dalam bentuk dana (uang). Dengan harapan dapat memaknai pengetahuan dalam pengelolaan materi secara baik dan benar. Pengetahuan material yang dimaksud pada dasarnya bukan semata-mata dalam bentuk uang. Material yang dimaksud dapat juga berbentuk barang yang membantu mempermudah hidup manusia. Buda Cemeng Kelawu menjadi identik dengan hari uang karena di jaman kini semua dinilai dengan uang. Padahal dalam upacara yadnya tidak semua bisa diganti dengan uang, misalnya Pejati harus berbentuk pejati dan daksina dalam ben...
Tradisi Matekap atau membajak lahan pertanian dengan menggunakan tenaga sapi atau kerbau hingga kini masih bisa di jumpai di beberapa wilayah pedesaan di Bali. Walaupun perkembangan teknologi telah menghadirkan sebuah mesin traktor, namun siapa sangka tradisi matekap merupakan bagian dari kearifan lokal dalam merawat ibu pertiwi. matekap terdiri dari beberapa tahapan dan masing-masing tahapan memiliki sebutan berbeda yaitu: makal, mungkahin, ngelampit dan ngasahan. “Tahapan matekap menyesuaikan dengan kondisi lahan, kecepatan, waktu, minat dan kenyamanan kerja sehingga pola tanam bisa selaras dengan siklus sosial budaya masyarakat di wilayah setempat: matekap dengan teknis dan tahapan yang benar akan berdampak pada pelestarian ekosistem dan sumber daya air yang ada di sebuah kawasan persawahan. Dimana matekap membutuhkan volume air lebih sedikit dibandingkan menggunakan traktor. Sementara dengan traktor membutuhkan air lebih banyak sehingga petani pemilik la...
Siat api atau perang api merupakan sebuah tradisi kuno yang terus berkembang di Desa Pakraman Duda, Selat, Karangasem. Siat api digelar sebagai upaya untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada di lingkungan desa. Dengan harapan agar masyarakat desa terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan. Selain itu, siat api juga dimaknai sebagi ujian untuk mengendalikan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Siat api biasanya digelar menjelang upacara Usaba Dodol pada sasih Kesange, bertepatan dengan Waraspati Tilem (bulan mati) pada Sasih Kaulu. Tradisi siat api dilaksanakan di perbatasan Desa Duda Timur dengan Desa Duda, tepatnya di atas Jembatan Tukad Sang-sang. Suasana menjadi sakral karena tradisi berlangsung pada saat Sandikala atau waktu peralihan dari siang menjadi malam. Disebut siat api atau perang api karena memang tradisi ini menyerupai perang, hanya saja yang dijadikan sebagai senjata ialah prakpak yang terbuat dari daun kelapa tua diikat dan dibak...
Lingga Yoni tak sebatas sebuah simbolisasi, namun mengandung pesan kehidupan yang sangat luas. Lingga identik dengan simbol dari Energi Maskulin, "Yang", Pria dan Yoni sebagai simbol dari Energi Feminim, "Yin", Wanita. Jadi Lingga dan Yoni merupakan jalur energi Ilahi di tubuh manusia dan di alam semesta. penyatuan Lingga dan Yoni melahirkan sesuatu yang baru, yaitu penciptaan. Perpaduan lingga dan yoni tersebut melambangkan penciptaan dunia dan kesuburan. Tanpa Dengan adanya penyatuan dan penciptaan maka ada generasi yang berkelanjutan atau kehidupan yang berkelanjutan. Lingga menyerupai alat kelamin laki-laki, karena bentuknya seperti Phallus lambang kesuburan. Dalam Tradisi Megalithik, dan dalam perkembangan Hindu merupakan simbol dari Dewa Siwa. Lingga berfungsi sebagi penyalur air pembasuh arca. Dalam manifestasinya Lingga terdapat 2 bentuk. Pertama, Lingga Cala adalah Lingga yang merupaka...
Tradisi bermain ayunan di Bali telah berlangsung lama, hal ini terlihat dari mainan ayunana yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan. Desa Tenganan merupakan salah satu desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran. Mereka sebagai penduduk bali yang asli dan sampai sekarang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka Menurut sebagian versi catatan sejarah, kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang memiliki arti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Kata tersebut berhubungan dengan pergerakan masyarakat desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman di tengah perbukitan, yaitu Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin). Salah satu tradisi di Desa Tenganan yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah main ayun-ayunan. Tradisi main ayun-ayunan di Desa Tenganan Pegringsingan yang dinaiki oleh para Daha (gadis) dan diputar se...
Tari Topeng Yang pertama adalah seni Tari Topeng. Tari ini adalah salah satu tari sakral dari daerah Bali. Topeng memiliki peran penting dalam masyarakat Bali. Hal ini sangat berkaitan erat dengan upacara keagamaan Hindu, karena kesenian luluh dalam agama dan masyarakat. Nah, Tari Topeng Bali sendiri adalah sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, umumnya yang ditampilkan di tengah masyarakat adalah seni yang disakralkan. Tuah dari topeng yang merepresentasikan dewa – dewa dipercaya oleh masyarakat lokal yang mampu menganugrahkan ketentraman dan keselamatan. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-daerah-bali/
Berikut ini adalah Tari Puspanjali yang berasal dari daerah Bali. Kata puspa (bunga) dan anjali (sambutan penghormatan) merupakan tari penyambutan untuk para tamu kehormatan. 5-7 orang yang memerankan tarian ini dengan membawa bokoran (piring tradisional) yang berisi aneka kuntum bunga harum. Ciri khas Tari Puspanjalai adalah gerak-gerak lembut lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-gerak ritmis yang dinamis. Tari tradisional Bali yang bernama Puspanjali ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya (penata tari) dan I Nyoman Windha (penata tabuh pengiring) pada tahun 1989. Pada acara-acara besar seperti pertemuan sejumlah duta besar atau konferensi tinggi di Bali, tari Puspanjali dijadikan sebagai tari pembuka acara. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-daerah-bali/
Tari Baris Yang ketiga adalah Tari Baris merupakan berasal dari daerah Bali. Tari Bari mempunyai sebutan lain yaitu tari perang yang menggambarkan keperkasaan prajurit atau ksatria. Tari Baris merupakan tari sakral yang biasanya dipertunjukkan pada momen-momen khusus di area pura. Jumlah pemeran pada Tari Baris ini mencapai 8 sampai 40 pria yang memakai pakaian tradisional para pejuang lengkap dengan ornamen pada kepala, badog, lamak, awir, baju beludru, celana panjang. (Baca : Pakaian Adat Bali ) Keunikan pada tari Bali Baris yaitu masing-masing kabupaten memiliki ciri kostum tertentu. Dalam peragaan tarinya, tari Baris diawali oleh gerakan yang hati-hati layaknya seorang prajurit yang sedang mencari musuhnya didaerah yang belum dikenal. Selain itu, tarian ini dipersembahkan masyarakat Bali sebagai bentuk pertunjukan dan juga rasa syukur. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-daerah-bali/
Tari Baris Tunggal Tari Baris Tunggal ini termasuk seni tari yang berasal dari daerah Bali. Kapan tarian ini muncul? Diperkirakan pada pertengahan abad ke-16. Dugaan ini didasarkan oleh informasi yang terdapat di Kidung Sunda. Pada naskah tersebut terdapat sebuah keterangan tentang adanya tujuh jenis tari baris yang dibawakan di dalam upacara kremasi di Jawa. Selain itu, terdapat juga sebuah keterangan bahwa pada awal kemunculannya tari baris Tunggal ini merupakan bagian dari ritual keagamaan pada saat itu. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-daerah-bali/