Doangang La Naungko Ri Butta Doa Menjejakkan Kaki Ditanah I kau Butta kuonjo' Wahai tanah yang aku injak 1 Palewanga' Tallasakku Luruskanl...
La Dana dan kerbaunya La Dana adalah seorang anak petani dari Toraja. Ia sangat terkenal akan kecerdikannya. Kadangkala kecerdikan itu ia gunakan untuk memperdaya orang. Sehingga kecerdikan itu menjadi kelicikan. Pada suatu hari ia bersama temannya diundang untuk menghadiri pesta kematian. Sudah menjadi kebiasaan di tanah toraja bahwa setiap tamu akan mendapat daging kerbau. La Dana diberi bagian kaki belakang dari kerbau. Sedangkan kawannya menerima hampir seluruh bagian kerbau itu kecuali bagian kaki belakang. Lalu La Dana mengusulkan pada temannya untuk menggabungkan daging-daging bagian itu dan menukarkannya dengan seekor kerbau hidup. Alasannya adalah mereka dapat memelihara hewan itu sampai gemuk sebelum disembelih. Mereka beruntung karena usulan tersebut diterima oleh tuan rumah. Seminggu setelah itu La Dana mulai tidak sabar menunggu agar kerbaunya gemuk. Pada suatu hari ia mendatangi rumah temannya, dimana kerbau itu berada, dan berkata &ld...
Upacara Kematian (Ammateang) dalam Adat Bugis Makassar merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat Bugis Makasar saat ada seseorang dalam suatu kampung meninggal, maka keluarga, kerabat dekat maupun kerabat jauh, juga masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang meninggal itu berbondong - bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya membawa sidekka (Sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang atau kebutuhan untuk mengurus mayat. Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan sebelum semua anggota terdekatnya hadir. Nanti keluarga terdekatnya hadir semua, barulah mayat dimandikan, yang umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau oleh anggota kelurganya sendiri. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika memandikan mayat, yaitu pajenekang ( menyiramkan air ke tubuh mayat diiringi pembacaan do’a dan tahlil), pasuina ( menggosok bagian-bagian tubuh mayat), Pabbisina (membersihkan anus dan kemalu...
Di Tanah Toraja ada sebuah ritual atau kebiasaan dalam prosesi pemakaman. Cukup unik. Dan, mungkin menyeramkan. Mayat yang telah disemayamkan bertahun-tahun di sebuah tebing tinggi dan kuburan batu, tiba-tiba jasadnya bangkit. Mayat itu kemudian berjalan mencari rumahnya. Setiba di rumah, dia akan tidur lagi. Cerita mayat berjalan ini sudah dikenal masyarakat Toraja sejak jaman leluhur. Hingga kini ritual tersebut masih ada dan bisa dilihat dengan mata telanjang. Kabut tipis menyelimuti pegunungan Balla, Kecamatan Baruppu, Tanah Toraja, Sulawesi Selatan. Pertengahan Agustus silam, merupakan hari yang mendebarkan. Selain kampung Baruppu diterjang kabut hebat ditambah dinginnya angin pagi, hari itu juga menjadi kesibukan warga Baruppu. Di tengah balai-balai rumah, mereka menggelar sebuah ritual. Mereka menyebutnya: Ma’nene. Sebuah ritual untuk mengenang leluhur, saudara dan handai taulan yang sudah...
Badik yang berasal dari Sulawesi Selatan terbilang yang paling dikenal luas. Badik Sulawesi Selatan, umumnya seperti pisau, dengan satu atau dua sisi tajam, dengan bentuk asimetris, dan sebagian di antaranya dihiasi dengan pamor. Hingga kini, Badik Sulawesi Selatan yang memiliki sejumlah ragam ini masih lestari di lingkungan masyarakat Sulawesi Selatan, terutama di kalangan warga Melayu Makasar, Bugis, dan Mandar. Di antara kelompok-kelompok sosial tersebut, dikenal beberapa jenis Badik, yakni Badik Raja, Badik Lagedong, Badik Lawu, dan Badik Lompo Battang. Bagi orang Sulawesi Selatan, Badik adalah identitas. Badik sering dijadikan perlambang keberanian mereka. Maka tak heran, Badik menjadi salah satu item simbolik yang terdapat dalam Lambang Sulawesi Selatan, bersama dengan padi-kapas, Perahu Pinisi, dan lain-lain. Fungsi dan Nilai-nilai dalam Badik Bagi orang Sulawesi, setidaknya, ada tiga fungsi yang terkandung dalam Badik, yakni fungsi artistik, fungsi spiritual, d...
Di Tanah Toraja ada sebuah ritual atau kebiasaan dalam prosesi pemakaman. Cukup unik. Dan, mungkin menyeramkan. Mayat yang telah disemayamkan bertahun-tahun di sebuah tebing tinggi dan kuburan batu, tiba-tiba jasadnya bangkit. Mayat itu kemudian berjalan mencari rumahnya. Setiba di rumah, dia akan tidur lagi. Cerita mayat berjalan ini sudah dikenal masyarakat Toraja sejak jaman leluhur. Hingga kini ritual tersebut masih ada dan bisa dilihat dengan mata telanjang. Kabut tipis menyelimuti pegunungan Balla, Kecamatan Baruppu, Tanah Toraja, Sulawesi Selatan. Pertengahan Agustus silam, merupakan hari yang mendebarkan. Selain kampung Baruppu diterjang kabut hebat ditambah dinginnya angin pagi, hari itu juga menjadi kesibukan warga Baruppu. Di tengah balai-balai rumah, mereka menggelar sebuah ritual. Mereka menyebutnya: Ma’nene. Sebuah ritual untuk mengenang leluhur, saudara dan handai taulan yang sudah meninggal. Dari sinilah misteri budaya Tanah Toraja terkuak....
Nama anak Datu Patotoe dan Datu Palinge di Bottilangi 1. Batara Guru Manurunge ri Aleluwuk 2. La Megaaji 3. Aji Palallo 4. Aji Tellino 5. Sangiyangkapang 6. Detiyaunru 7. Aji Pawewang 8. Batara Unru Aji Mangkau 9. Lasadawero Batara Megga 10. Tellutusompa (lahir setelah Batara Guru turun di Bumi)
Nama anak Guru Riselleng dan Sinaung Toja di Todattoja 1. We Nyiliktimo dengan daerah kekuasaan di Todattoja 2. Lintungtalaga dengan daerah kekuasaan di Urilinyu 3. Sangiyamparek dengan daerah kekuasaan di Ujung Perettiwi 4. La Weroilek dengan daerah kekuasaan di Todassolok 5. Dettialangi dengan daerah kekuasaan di Wuluwongeng 6. La Werountun dengan daerah kekuasaan di Pinggir Langit 7. I La Samudda dengan daerah kekuasaan di Marawennang 8. I La Sanedda yang mengawasi Wuluwongeng 9. (Maaf yang ini ngak tau) daerah kekuasaannya di Lappitana
SEPAK RAGA, RIWAJATMOE KINI Permainan sepak raga adalah cikal-bakal lahirnya cabang olahraga sepak takraw. Setidaknya, kalimat awal pada tulisan ini memantik pemikiran masyarakat (pembaca) yang memang pada umumnya menganggap sepak takraw itu sama dengan sepak raga. Tapi sejarah mencatat, permainan sepak raga lebih “berumur” dibanding sepak takraw. Permainan sepak raga merupakan budaya tradisional khas Sulawesi Selatan. M. Dahlan Dg. Gassing, tokoh masyarakat Marosyang mengembangkan sepak raga bertutur, permainan ini muncul dari desa Kaemba, dusun Patte’ne, Maros, Sulawesi Selatan. Dari sebuah kampung yang dahulu disebut Ujung Bulo yang dijuluki sebagai kampung Pa’raga di Kabupaten Maros. Berdasarkan cerita turun-temurun di desa Kaemba, pada awalnya masyarakat disana menyebut permainan ini dengan nama ma’raga yang berarti gerakan aktivitas tubuh (raga), dengan menggunakan bola yang terbuat dari rotan. Sepak raga pada dasarnya men...