Panggal adalah sebutan gasing tradisional masyarakat daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta. Dahulu panggal digemari oleh semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa bahkan manula. Tapi kini sulit menemukan panggal didaerah perkotaan. Panggal biasa dimainkan dihalam rumah (diatas tanah). Panggal terbuat dari kayu pohon galinggem, kayu pohon petai cina (peuteuy selong), kayu pohon waru, kayu pohon muncang, kayu pohon jambu dan lain-lain. Panggal memiliki bentuk bundar seperti jamur dan memiliki paku atau logam yang telah dipotong ujungnya (Taji). Ada dua macam taji, pertama taji yang ujungnya dipipihkan seperti ujung obeng, kedua taji yang diruncingkan namun dikarenakan berbahaya, maka sekarang taji ada juga yang dibiarkan tumpul. Taji memiliki fungsi sebagai penopang pada saat panggal sedang berputar dan alat untuk memangkah panggal lawan. Tali panggal terbuat dari kain hasil memintal diatas paha yang disebut ngarara. Panjang kain yang dipakai untuk membua...
Dalam permainannya di bagi menjadi dua yaitu pangal adu dan pangal hiburan. Panggal hiburan dari segi estetisnya lebih di perhatikan, Pangal hiburan diberi warna sebagai hiasan. Pertandingan pangal diadakan dipekarangan rumah yang kurang lebih memiliki luar 10 meter persegi, di tengah-tengan pekarangan dibuat lingkaran berdiameter 20cm. Permainan panggal adu ada dua cara yaitu, puncuh dan kepang. Puncuh adalah memutarkan panggal dengan cara lurus dari atas kebawah dan jatuhnya lurus pada sasaran, sedangkan kepang adalah memutarkan panggal dengan cara dikepang supaya jatuhnya miring. Permainan ini berakhir jika panggal asor telah habis dikeluarkan dari lingkaran oleh logojo atau jika pemain telah kelelahan. Panggal asor yang berhasil dikeluarkan dari lingkaran oleh lagojo akan menjadi milik lagojo. Permainan ini sedikit berbahaya perlu keterampilan unutk memainkannya karena, bisa saja menimbulkan kecelakaan apabila panggal yang diputar bukan jatuh ketanah melainkan jatuh ke...
UPACARA ADAT BUDAYA SUNDA (NUSANTARA - SABUANA) "NGERTAKEUN BUMI LAMBA" -mapag sasih kapitu suryakala- Ngertakeun bumi lamba, artinya Mensejahterakan Kehidupan Bumi Alam, seperti yang diamanatkan Sang Prabu Siliwangi 1482-1521M, dalam Sanghyang Siksa Kanda’ng Karesian. Upacara ini sebagai salah satu bentuk dari kearifan lokal masyarakat adat dalam berhubungan dengan alam yang mendesak manusia untuk mengubah sikapnya terhadap lingkungan, yaitu dengan berusaha kembali untuk lebih arif dalam memperlakukannya seperti yang telah dilakukan oleh leluhur sejak dulu. Upacara Ngertakeun Bumi Lamba adalah upacara untuk menjalankan pesan kasepuhan (orangtua adat) dari Kanekes, yang menitipkan 3 (tiga) Gunung, sebagai Pakualam (harus diperlakukan sebagai tempat suci yang penting bagi warga adat yang mengakui dirinya Urang Bandung), yaitu Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Wayang dan Gunung Gede sebagai tempat 'Kabuyutan' (sumber air, makanan atau juga leluhur). Inti upacara adala...
Pendahuluan Angklung adalah alat musik tradisional yang dapat berkembang mengikuti perkembangan musik modern. Perkembangan alat musik ini bahkan sudah mendapatkan pengakuan dunia dengan dideklarasikannya angklung sebagai "world heritage" oleh UNESCO. Perkembangan angklung tidak diikuti oleh penelitian yang cukup sehingga penelitian pada alat musik ini perlu dilakukan terutama dalam menentukan karakterisitik akustik dari musik angklung. Karakteristik akustik dari suatu musik dapat dibedakan menjadi karakter akustik yang bersifat objektif dan subjektif. Pada saat ini karakter akustik dari musik angklung belum diketahui secara lengkap sehingga dirasakan perlu diadakan penelitian tentang karakteristik musik angklung. Dengan diketahuinya parameter akustik tersebut nantinya akan menambah kekayaan budaya Indonesia, membantu seniman dalam menciptakan karya baru berdasarkan karakter musik angklung yang paling optimum dan dapat dibuat disain gedung konser yang didedikasikan untuk musik...
Bahan katun, digunakan sebagai selendang pelengkap busana wanita, juga biasa dijadikan kain gendongan pada saat nyambungan. Dibuat pada masa evakuasi menjelang kemerdekaan RI, tahun 1942. Ragam hias kotak-kotak, lambang keselamatan.
Sebutan bagi model kain jaman dulu, digunakan sebagai kelengkapan upacara penghormatan pada Dewi Sri (Dewi Padi), biasa di gantung di atas padaringan dan saung sawen. Ada 5 corak: (1) merah bergaris putih (motif kembang limus) (2) hijau berstrip kuning (3) kuning berstrip merah (4) putih (boeh) (5) hitam (merong)
jangjawokan sunda Seureuh seuri Pinang nanggeng Apuna galugaet angen Gambirna pamuket angen Bakona galuge sari Coh nyay, parupat nyay, loeko lenyay Cucunduking aing taruk harendong Cucunduking aing taruk paku hurang Keuna asihan awaking Asihan si leuget teureup Kalimat diatas merupakan jangjawokan yang biasa digunakan urang sunda buhun ketika hendak nyepah (nyeupah), digerenteskeun atau di ucapkan dalam hati. Jangjawokan digunakan pada setiap kali kegiatan, bahkan menjadi tertib hidup. Misalnya untuk bergaul, bekerja sehari-hari, dan berdoa. Laku demikian dimungkinkan karena faktor masyarakat Sunda yang agraris selalu menjaga harmonisasi dengan alam. Konon pula seluruh nu kumelendang dialam dunya dianggap memiliki jiwa. Tertib dan krama hidup misalnya berhubungan dengan padi (beras). Ada jangjawokan yang digunakan sejak menanam bibit, ngaseuk, tandur, panen, nyiuk beas, nyangu, mawa beas ticai, ngisikan, seperti salah satu contoh dibawah ini : Jampe Nyimpen Beas...
Silahkan mencoba :) Bahan: 250 gr beras 2 ltr air kaldu ayam 2 lembar daun salam 2 sdt garam Kuah: 1 ekor ayam kampung 750 ml air 1 sdt garam 2 sdm minyak untuk menumis - sdt lada - biji pala 3 sdm kecap manis Haluskan: 8 bh bawang merah 3 siung bawang putih 1 cm kunyit 1 sdt ketumbar 5 btr kemiri Pelengkap: Ayam goreng, suwir-suwir 2 btg cakwe, iris tipis 1 btg seldri, iris tipis 50 gr kedelai goreng 100 gr krupuk merah/ emping sate rempela hati goreng Cara membuat: 1. Rebus ayam bersama air dan garam hingga ayam lunak, pisahkan kaldunya. 2. Bubur: masak beras bersama air kaldu ayam, daun salam hingga beras pecah, masukkan garam, masak terus hingga beras menjadi bubur dan agak kental. Bila perlu bisa tambahkan air. 3. Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum dan matang, masukkan dalam rebusan ayam, rebus kembali ayam. 4. Masak hingga kaldu mendidih, tambahkan biji pala, lada, kecap. 5. Didihkan ke...
Bahan Bubur > 250 gr beras, cuci sekali aja, tiriskan > 1 liter air dan lebih > garam secukupnya > merica halus secukupnya Topping dan pelengkap > Daging ayam rebus, suwir2 > Cakue goreng, iris tipis > Hati-Ampela goreng, potong > Kacang kedelai goreng > Bawang daun, iris tipis > Merica putih bubuk > Kecap manis > Kecap asin > Kerupuk > Sambal cabe rawit Cara membuat 1. Didihkan air, masukkan beras, didihkan 2. Kecilkan api, masak sampai beras menjadi bubur, aduk sesekali agar tidak gosong, tambahkan air jika diperlukan 3. Masukkan garam aduk 4. Tuang ke mangkuk, bubuhi topping sesuai selera, sajikan hangat Tempat yang Menyediakan: Bubur Ayam Pak Zaenal Restaurant Address: Jalan Ir. H.Djuanda No. 244, Sekeloa, Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40135 Phone: 0813-2002-2236