Tari Praburoro adalah tarian yang dramatis lainnya dari Banyuwangi, Tariang ini merupakan hikayat dari Amir Hamzah, tentang cerita rakyat sejak masuknya Islam ke Indonesia. Kata Praburoro di ambil dari Roro Rengganis, karena sering membawakan lakon dengan tokoh Roro Rengganis atau Praburoro. Kesenian ini dimainkan oleh 40-50 orang dalam 3 group dan diiringi oleh gamelan Jawa bernada slendro dengan menggunakan busana wayang orang. Cerita berkisar tentang penaklukan negara-negara non muslim dan berakhir dengan adegan, raja ditaklukkan oleh Menak Agung Jayengrono dan Umarmoyo.
Upacara ini merupakan adat yang dilaksanakan oleh para nelayan di Grajagan. Upacara dilaksanakan sebagai ungkapan syukur atas keselamatan dan meningkatnya hasil laut. Berbagai kesenian tradisional dipentaskan untuk memeriahkan pesta ini.
Petik laut Lampon dilaksanakan pertama kali sekitar tahun 1927. Namun pelaksanaannya terbatas dalam skala kecil. Karena pada tahun tersebut merupakan waktu dibukanya wilayah pesanggaran dengan adanya surat izin berstempel “Cap Singa”. Tradisi Petik Laut Lampon ini diteruskan hingga kini dan diadakan setiap tanggal 1 Syuro. Dalam upacara ini dilakukan tirakatan. Pada awalnya tirakatan disertai mesu broto (tidak makan, tidak minum, tidak merokok, tidak bicara). Seiring perkembangan zaman tirakatan diganti berupa doa bersama, meskipun cara lama juga dilakukan oleh orang-orang tertentu. Maksud dan tujuan dari acara ini adalah agar masyarakat (terutama nelayan) dijauhkan dari musibah, malapetaka, fitnah, serta diberi ketentraman dan kemudahan rejeki (dalam bahasa Jawa diungkapkan dengan istilah: supoyo adho bilaine, cepak rejekine, slamet tak sobo prane, guyup rukun bebrayane, gampang anggone, luruh sandang pangane, kalis sakabih samba kala ). Ung...
Makanan ini merupakan perpaduan dari nasi rawon dan nasi pecel yang disajikan dalam satu piring. Biasanya, rawon dan pecel merupakan menu makanan yang berbeda, tetapi di Banyuwangi kedua makanan ini dipadukan menjadi satu menu. RM/Toko yang Menyediakan : Warung Nasi Pecel & Rawon Mandala Cafe Address: Jl. Jaksa Agung Suprapto No.36, Penganjuran, Kec. Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur 68416
Makanan ini merupakan perpaduan dari rujak dengan soto. Jika biasanya rujak dan soto merupakan menu tersendiri, masyarakat Banyuwangi kemudian memadukannya ke dalam satu menu. Rujak yang terdiri atas lontong, sayur-mayur (kulupan), bumbu rujak kemudian disiram dengan kuah soto dan ditambahkan beberapa kerupuk. Makanan ini dapat ditemukan di hampir semua bagian daerah di Banyuwangi. Bahan: 1 buah (300 gram) tahu putih, digoreng dan dipotong-potong 200 gram tempe, digoreng, dipotong-potong 1 ikat (100 gram) kangkung, disiangi lalu direbus 100 gram taoge, diseduh 300 gram cingur 1 buah (100 gram) mentimun, dipotong-potong 4 buah lontong untuk pelengkap Bumbu Ulek Halus: 1 buah pisang batu, diiris 4 buah cabai rawit merah 6 sendok makan kacang tanah goreng 4 sendok teh gula merah sisir 4 siung bawah putih utuh, digoreng 2 sendok teh garam 4 sendok makan petis 4 se...
Makanan ini pada dasarnya mirip dengan nasi lalapan pada umumnya, namun akan ada rasa candu setelah pertama kali mencoba menu makanan khas di Banyuwangi ini. Bagaimana tidak, sambal yang ditawarkan begitu memanjakan lidah bagi para pecinta lalapan. Ada rasa pedas yang "nyelekit" dan manis serta aroma terasi yang khas. kemudian, sayuran (kulupan) yang disajikan juga super banyak. untuk pelengkapnya, dapat dipilih berbagai macam pilihan, misalnya: ayam, telur, belut, lele, udang, ikan laut, dan lain-lain. Baca Resep nasi tempong Sumber : http://kreasimasakan.blogspot.com/2011/12/resep-nasi-tempong-khas-banyuwangi-asli.html
Senjata (alat) ini berfungsi sebagai alat untuk membantu aktivitas sehari-hari bagi suku Using di Banyuwangi dan untuk menjaga diri dari berbagai ancaman. Senjata ini dilengkapi dengan sarung pelindung. Ukurannya 1. lengkap berserta sarung pelindungnya adalah 46,5cm 2. Pengangan 18cm 3. Sarung 29cm 4. Hiasan sarung 10cm
Blitar merupakan daerah yang kaya akan peninggalan nusantara serta kaya akan peninggalan budaya serta adat istiadat,salah satunya yaitu Ritual siraman pusaka GONG KIYAI PRADAH. Ritual ini di laksanakan dua kali dalam satu tahun yaitu pada 1(satu) syawal dan 12(dua belas) robiulawal bertepatan dengan Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW,yang bertempat di kelurahan kalipang atau sering di sebut dengan lodoyo terletak di belahan selatan wilayah kabupaten Blitar. Peringatan ini merupakan sesuatu kebiasaan yang unik,dan selalu dipadati masyarakat. Sebab, pada saat peringatan maulid Nabi Muhammad S.A.W ini ber akulturasi dengan kebudayaan tradisi setempat yang rutin digelar tiap Maulud penanggalan Jawa. Ribuan orang yang memadati alon alon Kelurahan Lodoyo,tidak hanya warga sekitar, tetapi juga warga dari daerah-daerah lain. Sekitar pukul 09.00 WIB, pusaka Gong Kiyai Pradah dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Setelah dibawa dan diarak, pusaka berupa alat musik tradisional sebua...
Monument Potlot terletak di kota Blitar, lebih tepatnya monument ini terletak di komplek Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya kota Blitar. Serasi dengan bentuknya yang mirip dengan potlot atau pensil, maka nama monument tersebut di beri nama monument Potlot. Monumen POTLOT inilah bukti keberanian pemuda pemuda yang tergabung dalam Tentara PETA Blitar. Monumen ini terletak di kawasan Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya Kota Blitar, lebih tepatnya di belakang makam pahlawan tersebut. Monumen POTLOT selain sebagai saksi keberanian para pemuda blitar juga termasuk tempat pertamakali dikibarkanya bendera Sangsaka Merah Putih pada tanggal 14 Februari 1945. pengibaran ini terjadi pada peristiwa pemberontakan Tentara PETA terhadap Jepang yang di pimpin Shudancho Suprijadi sekitar pukul 03.00 wib, dini hari. seorang algojo berani nekat mengibarkan Sangsaka Merah Putih tersebut adalah Parto Hardjono. Monument Potlot di resmikan pada tahun 1946 oleh TNI jendral Soedirman. Prasast...