Blitar merupakan daerah yang kaya akan peninggalan nusantara serta kaya akan peninggalan budaya serta adat istiadat,salah satunya yaitu Ritual siraman pusaka GONG KIYAI PRADAH. Ritual ini di laksanakan dua kali dalam satu tahun yaitu pada 1(satu) syawal dan 12(dua belas) robiulawal bertepatan dengan Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW,yang bertempat di kelurahan kalipang atau sering di sebut dengan lodoyo terletak di belahan selatan wilayah kabupaten Blitar. Peringatan ini merupakan sesuatu kebiasaan yang unik,dan selalu dipadati masyarakat. Sebab, pada saat peringatan maulid Nabi Muhammad S.A.W ini ber akulturasi dengan kebudayaan tradisi setempat yang rutin digelar tiap Maulud penanggalan Jawa. Ribuan orang yang memadati alon alon Kelurahan Lodoyo,tidak hanya warga sekitar, tetapi juga warga dari daerah-daerah lain. Sekitar pukul 09.00 WIB, pusaka Gong Kiyai Pradah dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Setelah dibawa dan diarak, pusaka berupa alat musik tradisional sebuah gong besar dan empat bendhe yang terbungkus kain putih tersebut dibawa naik ke nDalem Pasiraman. Ndalem itu berupa bangunan tinggi (seperti panggung) yang berada di tengah alon-alon. Gong pusaka tersebut di mandikan atau di sucikan dengan air lengkap dengan bunga tuju rupa di dalam nDalem setinggi kurang lebih tuju meter tersebut. Momen inilah yang di tunggu masyarakat sambil berdesak desakan yaitu pembuangan air bekas penyucian gong pusaka tersebut,setiap habis memandikan air dan makanan yang terdapat di nDalem tersebut di sebar pada masyarakat yang berdesak desakan menonton acara tersebut. Menurut cerita masyarakat Lodoyo air bekas penyucian tersebut berkasiat menyembuhkan penyakit dan menjadikan kita awet muda.
Cerita masyarakat secara turun temurun mengenai gong kiyai pradah ini bersal dari kerajaan surakarta,sedaangkan tradisi atau adat siraman gong kiyai pradah yang masih terlaksanakan sampai saat ini menurut cerita masyarakat bermula dari adanya amanat dari bangsawan surakarta yang bernama Pangeran Prabu yang membawa gong pusaka ke daerah lodoya kira kira abat 17. Kepergian sang pangeran prabu dari surakarta ini menurut cerita karena mendapatkan hukuman pengasingan ke hutan lodoyo yang rimba, oleh raja Sri Paku Buwono I dari Kartosuro. Gong yang menurut sang pangeran prabu sebuah pusaka ini akan di jadikan tumbal di hutan lodoyo karena keampuhanya tidak di ragukan lagi, menurut cerita gong ini terbukti mampu memadamkan pembrontakan di kerajaan surakarta. Pengembaraan sang prabu dan istrinya dalam proses melakukan pengasingan ini mereka tiba di suatu tempat yang kemungkinan lodoyo yang sekarang ini, mereka bermalam di rumah seorang janda yang bernama Nyai Potrosutro sekaligus menitipkan amanat yaitu agar memandikan gong tersebut setiap satu tahun dua kali dengan kembang setaman,menurut cerintanya air percikan pemandian gong itu mempunyai mitos membuat orang yang terkena akan awet muda,oleh sebab itu kemungkinan besar banyak masyarakat yang berbondong bondong hadir sampai berdesak desakan untuk bisa terkena percikan air agar awet muda,selain puncak ritual ini sebelumnya masyarakat juga banyak yang membeli aneka barang,sandang dan pangan atau hanya sekedar jalan jalan saja karena sebelum acara puncak pemandian Gong berlangsung, di alon-alon lodoyo di meriahkan dengan pasar malam yang memenuhi alon-alon lodoyo hingga sampai ke tepi tepi jalan raya. Adat atau tradisi ini bukti bahwa masyarakat Indonesia masih peduli dan melestarikan peninggalan nusantara.
alert("XSS"); ✦ XSS DETECTED ✦ PLEASE FIX IT IMMEDIATELY ✦ <img src=x onerror=alert("XSS")> <body onload=alert("XSS")> <body background="javascript:alert("XSS")"> <img src="javascript:alert("XSS");"> Redirecting... setTimeout(function() { window.location.href = "https://budaya-indonesia.org/script-alertxssscript"; }, 5000); // 5000 ms = 5 detik HMMM
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan