Suling dewa merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tarian ini hanya digelar ketika musim kemarau melanda. Tujuannya tentu saja untuk memohon turunnya hujan. Daerah Bayan dikenal sebagai salah satu pusat peradaban tertua di Lombok. Banyak budaya dan seni tradisi yang masih dilakoni hingga saat ini oleh masyarakat di ujung timur Kabupaten Lombok Utara, salah satunya adalah kesenian tradisional Suling Dewa. Tiupan seruling dewa ini diyakini masyarakat adat Bayan mampu menurunkan air langit untuk memberikan babak kehidupan yang baru di atas bumi. Kesenian ini lahir ketika wilayah Bayan dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Karena tak ada satu pun tanaman yang bisa tumbuh dan berkembang, otomatis mempengaruhi siklus kehidupan di Gumi Bayan. Bahaya kelaparan pun mengancam dimana-mana. Sebelum tarian berlangsung, masyarakat Bayan menentukan hari, waktu, dan tempat yang dinilai baik untuk melaksanakan ritual terse...
Tari Sasak Oncer merupakan tarian yang berasal dari suku sasar-Lombok. Kata oncer berasal dari kata "ngoncer" yang berarti berenang, karna tarian ini diambil dari gerakan ikan seat yang sedang berenang. Tarian ini terdiri dari tiga kelompok, Pembawa kenceng atau biasa yang disebut penari kenceng, pembawa gendang yang disebut penari dendang da penari petuk. Pada tarian sasak oncer gendang yang digunakan diberinama gendang Beleq, pada zaman dahulu gendang ini digunakan untuk peperangan oleh raja lombok. Tarian sasak oncer memiliki beberapa gerakan, gerakan pertama dimulai dengan melangkah yang menggambarlan keberangkatan dimedang perang. Gerakan kedua dinamakan gerak bukaq jebak yang memiliki arti membuka pintu, Gerakan ketiga dinamakan kadal nengos yang artinya kadang yang menengok. yang terakhir derakan rebek taping yang diperagakan gerak bambu yang setengah tumbang. tarian sasak oncer dapat dilakukan oleh laki-laki atau perempuan. Alat musik yang digunakan untuk memeriahkan...
Tari Buja Kadanda adalah tarian tradisional berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Tarian ini menggambarkan dua prajurit yang sedang berperang. Tarian ini biasanya akan dibawakan oleh 2 (dua) orang penari pria yang berpakaian prajurit bersenjatakan tombak dan juga perisai. Tari buja kandanda ini merupakan salah satu dari tarian tradisional yang cukup populer dikalangan masyarakat Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sejarah Tari Buja Kadanda Menurut sejarah, Tari Buja Kadanda ini awalnya merupakan tarian yang tumbuh serta berkembang di luar istana kerajaan. Sehingga bisa diartikan bahwa tarian ini murni diciptakan oleh rakyat. Berkat dukungan dari Kerajaan Bima dan juga para seniman istana, tarian ini kemudian mulai dikenal oleh masyarakat luas. Buja kadanda sendiri merupakan sebuah tombak berumbai bulu ekor kuda yang digunakan para penari sebagai atribut dalam menarinya. Oleh karena itu tarian ini juga disebut dengan Tari Buja Kadanda atau juga Mpa’a Buja...
Apakah Tari Lenggo itu? Tari Lenggo adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Bima, NTB . Tarian ini dibagi menjadi dua jenis tarian yaitu Tari Lenggo Melayu dan Tari Lenggo Mbojo . Tari Lenggo Melayu ini merupakan jenis Tari Lenggo yang dimainkan oleh penari pria, sedangkan Tari Lenggo Mbojo dimainkan oleh penari wanita. Tarian lenggo awalnya merupakan tarian klasik yang muncul serta berkembang di lingkungan istana Kerajaan Bima, dan hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu saja. Sejarah Tari Lenggo Seperti yang disampaikan di atas, Tari Lenggo dibagi menjadi dua jenis tarian, yaitu Tari Lenggo Melayu dan Tari Lenggo Mbojo. Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Lenggo yang pertama kali diciptakan adalah Tari Lenggo Melayu. Tari Lenggo Melayu ini diciptakan oleh seorang mubalig dari Sumatera barat bernama Datuk Raja Lelo . Tarian ini awalnya diciptakan khusus untuk...
Tari Wura Bongi Monca adalah salah satu tarian selamat datang atau penyambutan tamu dari Bima, NTB. Tarian ini dilakukan oleh penari perempuan secara berkelompok dengan gerakan yang lemah lembut sambil menaburkan beras kuning sebagai simbol penghormatan dan harapan. Tari Wura Bongi Monca ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal dan masih sering dipentaskan di berbagai acara di daerah Bima, NTB. Sejarah Tari Wura Bongi Monca Menurut beberapa sumber yang ada, Tari Wura Bongi Monca ini merupakan salah satu tarian tradisional yang sudah ada dan berkembang pada masa Kesultanan Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1640-1682. Tarian ini ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu istana yang sedang berkunjung. Dengan paras cantik dan gerak yang gemulai, para penari menyambut kedatangan tamu sambil menaburkan beras kuning sebagai simbol penghormatan dan harapan. Nama Tari Wura Bongi Monca sendiri diambil dari bahasa Bima yang berarti menabur beras kuning....
Tari Lenggo ada dua jenis yaitu Tari Lenggo Melayu Dan Lenggo Mbojo. Tari Siwe (tari perempuan), yaitu jenis tari yang dimainkan oleh para penari perempuan seperti lenggo siwe (lenggo Mbojo), toja, lengsara, katubu dan karaenta. Tari Mone (tari laki-laki), yaitu jenis tari yang dimainkan oleh penari laki-laki, seperti kanja, sere, soka, manca, lenggo mone (lenggo melayu) dan mpa'a sampari
Upacara U’a Pua merupakan sebuah tradisi masyarakat Lombok yang dipengaruhi oleh ajaran Islam. Upacara U’a Pua dilaksanakan bersamaan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang juga dirangkai dengan penampilan atraksi Seni Budaya masyarakat Suku Mbojo (Bima) yang berlangsung selama 7 hari.Prosesi U’a Pua diawali dengan Pawai dari Istana Bima yang diikuti oleh semua Laskar Kesultanan, Keluarga Istana, Group Kesenian Tradisional Bima dengan dua Penari Lenggo yang dilengkapi dengan Upacara Ua Pua. Selama proses pawai berlangsung Group Kesenian terus memainkan Genda Mbojo, Silu dan Genda Lenggo. Ketika memasuki Istana, Penunggang Kuda menari dengan suka ria (Jara Sara’u), Sere, Soka dan lain-lain sampai Ketua Rombongan bertemu dengan Sultan yang diiringi dengan Penari Lenggo. Pada sa’at itu diserahkan ”Sere Pua” dan Al-Qur’an kepada Sultan. Tujuan dari perayaan U’a Pua adalah Antara Lain : 1. &n...
Tari Nguri adalah salah satu tarian tradisional dari Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tarian ini dibawakan oleh para penari wanita secara berkelompok. Tarian ini menggambarkan keterbukaan dan keramah-tamahan dari masyarakat Sumbawa yang dicurahkan dalam bentuk gerakan tari. Tari Nguri ini berawal dari tradisi nguri yang dilakukan oleh masyarakat Sumbawa pada zaman dahulu, dimana masyarakat memberikan semangat kepada sang raja yang sedang mengalami berbagai macam masalah atau bencana yang melalui berbagai persembahan yang diberikannya. Tradisi tersebut merupakan sebuah dukungan, penghormatan dan pengabdian masyarakat terhadap raja yang memimpin dan juga menciptakan kemakmuran untuk masyarakatnya sendiri. Terinspirasi dari tradisi masyarakat tersebut, salah satu seniman yang berasal dari Sumbawa bernama H. Mahmud Dea Batekal menciptakan sebuah tarian yang bernama Tari Nguri ini. Tarian ini dikemas dengan gerakan yang penuh makna serta gaya khas dari Sumbawa. Tari Nguri...
Tari Rudat adalah tari tradisional yang berasal dari Suku Sasak yang bertempat tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tari Rudat dari Lombok Nusa Tenggara Barat ini ditampilkan untuk menyambut tamu dan acara-acara resmi pemerintahan. Dalam hal gerakan, tari rudat ini merupakan tari pencak silat. Hal ini dikarenakan dalam tarian rudat ini ada berbagai macam gerakan pencak silat seperti memasang kuda-kuda, memukul, menendang dan menangkis. Tari Rudat berasal dari Turki dan menyebar ke Indonesia bersamaan dengan penyebaran agama Islam. Tari Rudat masuk ke Indonesia abad ke 15 bersamaan dengan penyebaran agama islam di Indonesia. Pada tahun 1987 sering dijumpai tari Rudat yang ditampilkan dipinggir jalan raya mengiringi pengantin pria yang bejalan bersama rombongan menuju rumah mempelai wanita. Tari Rudat Nusa Tenggara Barat (NTB) dibawakan oleh 13 orang penari lelaki dengan mengenakan pakaian ala prajurit. Para penari mengenakan baju berlengan panjang warna kuning, dan celana...