Meriam Sri Rambai’ Iskandar Muda Satu bukti sejarah kejayaan masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang masih tersisa saat ini adalah meriam Sri Rambai. Meriam itu sekarang diletakkan menghadap ke laut di Fort Cornwallis, George Town, Penang, Malaysia. Zaman dulu meriam dipakai untuk menyerang penjajah oleh Aceh. Sedang saat ini, budaya meriam masih terus ada. Biasanya meriam bannyak bermunculan pada saat bulan puasa Ramadhan. Fungsinya bukan untuk menyerang musuh tapi sekedar ajang bermain saja. Demikianlah informasi mengenai senjata tradisional Aceh ini disampaikan. Semoga memberikan manfaat kepada pembaca. Sekedar tambahan, Aceh saat ini sedang menjadi kota wisata yang memiliki banyak sekali destinasi wisata unik dan menarik, baik wisata alam maupun sisata sejarah dan kebudayaan. Peristiwa tsunami pun menambah beberapa objek wisata di Aceh. https://www.silontong.com/2018/05/03/senjata-tradisional-aceh/
B erbicara tentang sosok wanita Aceh, tentu kita bakal langsung ingat dengan tokoh-tokoh hebat macam Cut Nyak Dien sampai Laksamana Malahayati. Tidak mengherankan kenapa demikian, mengingat kiprah para tokoh ini luar biasa. Membahas tentang tokoh wanita Aceh tentu tidak hanya nama yang sudah disebutkan tadi, tapi masih ada beberapa lagi yang tak kalah fenomenal. Salah satunya adalah Putroe Neng. Tak banyak orang Indonesia yang tahu sosok ini, tapi di Aceh, nama seorang Putroe Neng jadi legenda. Ia diceritakan macam-macam, namun yang paling terkenal adalah kisahnya dan 99 suami yang semuanya tewas. Menurut cerita Neng memiliki semacam sihir dan racun sehingga bisa membuat semua suaminya tak bernyawa. Uniknya, semua pria ini meninggal dengan cara yang sama yakni terkena kelamin Neng. Versi lain dari cerita Putroe Neng adalah 99 pria itu merupakan musuh Aceh yang berhasil dibabat habis oleh si wanita tangguh itu. Namun, cerita yang paling kuat adalah legenda Putroe Neng yang...
Aceh merupakan daerah yang kaya akan khazanah sejarah dan kebudayaan. Setidaknya banyak aktivitas sejarah dan budaya penting yang menjadi sebuah kearifan lokal dalam masyarakat di Aceh, terutama dalam usaha membangun peradaban Islam.. Islam dibawa dan disebarkan ke Aceh dengan berbagai cara. Hal utama yang dilakukan adalah melalui perkawinan. Selanjutnya, anak yang lahir dari hasil perkawinan tersebut dididik melalui unsur-unsur yang juga bernuansa Islami. Salah satu metode ringan yang biasa digunakan adalah Dodaidi (meng-”nina”-”bobok”-kan). Dodaidi berasal dari bahasa Aceh, yaitu “doda” dan “idi”. Doda atau peudoda yang berarti bergoyang, dan idi atau dodi yang berarti berayun. Dodaidi merupakan upaya orang tua khususnya kaum “mak” atau ibu untuk menidurkan anaknya diiringi lantunan syair-syair dalam bahasa Aceh. Dodaidi biasanya memerlukan beberapa alat seperti ija kroeng (kain sarung)...
Serune Kalee Serune Kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh adalah alat khas tradisional Aceh Musit yang dimainkan sejak jaman dahulu . Instrumen ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Alat musik tradisional serune kalee ini biasanya dimainkan dalam hubungannya dengan Gendrang Rapai dan acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan pada raja raja kerajaan zaman keemasan Aceh Darussalam. Serune Kalee bersama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik sejak masa kejayaan kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi / warna musik dalam budaya tradisional Aceh. Instrumen ini adalah salah satu alat musik layaknya seruling atau klarinet, tersebar di komunitas Melayu. Kata Serune Kalee mengacu pada dua hal yang berbeda. Kata pertama, menunjuk ke kuningan Serune tradisional Aceh yang sering bermain ber...
Siwah adalah salah satu senjata tradisional Aceh dengan bentuk dan fungsi yang hampir sama dengan rencong. Perbedaannya, senjata siwah ini berukuran lebih besar yang dulu dipakai untuk melindungi diri dan alat perjuangan ketika melawan Belanda. Senjata ini juga biasanya digunakan sebagai pelengkap pada pakaian ulee balang serta para bangsawan yang pada bagian sarung dan gagang dilengkapi dengan hiasan emas dan permata. Sumber : https://budayalokal.id/senjata-tradisional/
Selain senjata tradisional rencong, Aceh juga memiliki senjata lain seperti salah satunya adalah senjata bernama peudeung yang biasa digunakan sebagai pelengkap ketika bertarung. umumnya, senjata ini digenggam dengan tangan kiri sebagai alat penusuk atau alat tikan dan digunakan di tangan kanan untuk alat pengalih perhatian musuh serta mencincang dan pentetak tubuh lawan. Dari bentuk gagang, peudeung Aceh ini dibagi menjadi 3 jenis yakni peudeung tumpak jingki, ulee tapak guda dan ulee meu-apet. Untuk peudeung tumpang jingki memiliki bentuk gagang seperti mulut terbuka, untuk jenis ulee meu apet memiliki gagang apet atau penahan agar tidak mudah terlepas dan untuk jenis tapak guda memiliki gagang yang bentuknya seperti telapak kuda. Sumber :https://budayalokal.id/senjata-tradisional/
Pendahuluan Manusia berakal merupakan syarat mutlak bagi pendukung suatu kebudayaan, karena akal penyebab adanya kebudayaan, akal melahirkan pikir dan rasa. Keseluruhan pikir dan rasa yang ada dalam pemikiran manusia, merupakan hal yang sangat bernilai dalam hidupnya, sebagai pedoman tertinggi atas perilakunya. Dengan demikian pikir dan rasa atau konsepsi-konsepsi yang ada dalam alam pikiran masyarakat ( sistem nilai budaya), tidak langsung terlihat, melainkan tercermin dan terwujud dalam pola tingkah laku, pergaulan sosial serta pemikiran masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai budaya yang menjadi ciri-ciri kehidupan suatu masyarakat biasanya terkandung di dalam sumber-sumber tertulis, lisan dan gerak. Sumber-sumber tertulis dapat berupa naskah-naskah kuno. Sumber lisan berupa cerita-cerita rakyat, sastra lisan, Sedangkan sumber gerak terwujud dalam kegiatan seperti permainan rakyat, upacara-upacara. Upacara tradisional adalah merupakan bahagian yang tak te...
Istana Benua Raja adalah bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Benua Tunu. Letaknya tidak jauh dari Kuala Simpang. Tepatnya ada di Desa Benua Raja, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang. Hingga kini istana menjadi kediaman ahli waris dan terawat dengan baik. Istana dijadikan cagar budaya Pengaruh kebudayaan Belanda dapat terlihat dari arsitektur bangunan istana. Tepat disamping istana terdapat pendopo semi permanen tempat raja biasa memimpin pertemuan kenegaraan. Dalam bangunan utama istana terdapat enam ruangan, pada sisi dan belakang bangunan istana terdapat kompleks kandang kuda peliharaan raja dan kolam buaya putih kesayangan raja. Namun berdasarkan komunikasi langsung dengan ahli waris bahwa situs ini belum dikelola oleh pemerintah setempat. Menariknya juga hingga kini sepeninggal Raja Sulong ke-17 pada tahun 2007 ada beberapa peninggalan kerajaan masih disimpan dengan baik oleh ahli waris seperti baju kebesaran, stempel (cap sikuerung), senjata kebanggan keraja...
Lokasi Istana Karang Aceh Istana Karang berada di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, tepat di pinggir jalan lintas Medan-Banda Aceh. Istana Karang Aceh Istana Karang ini dulunya adalah istana tempat tinggalnya raja Tamiang. Aceh Tamiang merupakan nama Kerajaan Tamiang. Kerajaan melayu yang masih punya hubungan kekeluargaan dengan kerajaan kesultanan Deli di Medan Sumatera Utara. Istana Karang adalah sebuah istana peninggalan Kerajaan Karang di Aceh Tamiang. Meskipun namanya istana karang, tetapi istana ini dibangun dari beton dan bergaya bangunan Belanda. Sejarah Istana Karang Aceh Berdasarkan sejarahnya, Tamiang pada masa lalu terpecah dua hingga menjadi dua kerajaan yakni Kerajaan Karang dan Kerajaan Benua Tunu. Tapi kedua kerajaan itu tetap tunduk pada Negeri Karang. Meskipun bernama istana karang, tetapi istana ini tidak dibangun menggunakan batu-batu karang seperti Istana Karang yang ada di Cirebon melainkan dari...