1.845 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Dalem Tejokusuman
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalem Tejokusuman merupakan tempat tinggal, seorang Pangeran Putra Sultan Hamengku Buwono VII yang memerintah pada tahun 1877-1921. Akan tetapi sebelumnya bangunan itu telah ada, sebagai bangunan milik keraton. Salah satu bangunan milik keraton yang kemudian dibangun adalah Dalem Tejokusuman, yang pada masa Sultan Hamengku Buwono VII diberikan kepada putranya, GPH. Tejokusumo, setelah dewasa dan berumah tangga sendiri. Oleh karena bangunan tersebut merupakan tempat tinggal beliau dengan keluarganya itulah nama sebutan Tejokusuman melekat Pada umumnya bangunan kuno di Jawa menggunakan konsep tradisi yang membagi ruang-ruangnya dari bagian profane, semi salual dan salual. Khususnya bangunan Dalem Tejokusuman, dahulu juga ada bagian-bagian pokok yang bersifat profan, semi salual dan salual yaitu pendhopo, pringgitan dan daleman. Seluruh bangunan Dalem Tejokusuman berukuran 406 m2 yang didirikan diatas tanah 9210 m2 luasnya. Pada dasarnya ketiga bagian tersebut merupakan bangunan luar yan...

avatar
Widra
Gambar Entri
Dalem Joyodipuran
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalem Joyodipuran terletak di jalan Brigjen Katamso 139 Yogyakarta. Dalem Jayadipuran merupakan sebuah bangunan rumah Jawa klasik yang berbentuk limasan. Pada mulanya rumah ini bernama Dalem Dipowimolo sesuai dengan pemiliknya, KRT. Dipowimolo. Setelah KRT. Dipowimolo meninggal bangunan rumah ini oleh Sri Sultan HB VII, kemudian dihadiahkan kepada menantunya yang bernama KRT Yosodipuro yang dikenal sebagai seniman serba bisa. Sejak bangunan ini dihadiahkan kepada KRT Yosodipura, maka kemudian rumah ini dikenal dengan nama Dalem Yosodipuran. Setelah berulang kali terjadi pergantian kepemilikan dan penghuni akhirnya sebagai pemilik terakhir bangunan beserta tanah Dalem Yosodipuran adalah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang difungsikan sebagai Kantor BPSNT Yogyakarta. Peranan Dalem Yosodipuran : 29 Mei - 3 Juni 1919 sebagai tempat kongres Jong Java 23 - 27 Mei 1923 kongres Jong Java II 22 - 25 Desember 1928 Kongres Perempuan Indonesia

avatar
Widra
Gambar Entri
Macapatan Malem Jumat Legen
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Karya-karya sastra kuno banyak mengandung ajaran-ajaran nasihat yang penting untuk diwariskan kepada generasi penerus, maka karya-karya itu dibaca pada kesempatan-kesempatan tertentu dengan dilagukan sesuai metrumnya, sehingga lebih dari bebiasaan membaca naskah/serat itu menjadi tradisi macapatan yang berlangsung sampai saat ini. Macapatan adalah tradisi yang berlangsung turun-temurun, dilakukan untuk membaca karya-karya sastra dan mengupas isinya. Biasanya dilakukan pada malam hari secara bergantian diantara yang hadir. Naskah yang dipakai atau dilantunkan dengan tembang-tembang macapat biasanya berisi ajaran, cerita, sejarah, dan lain-lain. Tradisi ini berlangsung rutin dengan beberapa kelompok atau grup macapatan meskipun yang hadir tidak terbatas dari anggota grup tetapi masyarakat umum boleh hadir dan berinteraksi.

avatar
Widra
Gambar Entri
Kanjeng Kyai Al Qur'an
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kanjeng kyai Al Qur'an merupakan naskah pusaka milik Kraton Kasultanan Yogyakarta, naskah ini hasil gubahan Ki Atmo Perwito ditulis pada tahun 1212 H atau 1797 M yang terdiri dari 574 halaman. Kanjeng Kyai Al Qur'an merupakan pusaka Kraton Yogyakarta telah disalin setebal 575 halaman. Isinya meliputi seluruh ayat dan surat yang terdapat dalam Mushaf Usmani yang menjadi standar cakupan dan pembacaan Al Qur'an. Sebutan Kanjeng Kyai tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan kepada kesaktian (kasekten) yang ada dalam budaya Jawa. Kanjeng Kyai Al Quran disimpan di tempat kusus bahkan diberlakukan sebagai benda keramat dan sangat dimulyakan. Kitab suci ini diberi gelar kehormatan "Kanjeng Kyai". Benda pusakan ini di kalangan abdi dalem apalagi dikalangan masyarakat luas, dipandang sebagai benda yang harus dihormati (karena sebagai milik pribadi raja) juga dianggap memiliki kekuatan yang bersifat magis. Karena merupakan benda pusaka kraton proses pengerjaan dikerjakan dengan membaca d...

avatar
Widra
Gambar Entri
Kulit Tatah Sungging
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Seni Kriya Kulit Tatah Sungging adalah kelompok seni kriya kulit yang menggunakan bahan utama ( bahan baku ) kulit mentah (perkamen) dari kulit binatang dengan teknik ditatah (ukir) dan disungging dalam mewujudkan suatu karya. Jadi walaupun dengan mnenggunakan bahan baku kulit mentah, tetapi dalam mewujudkan karya tidak menggunakan teknik ditatah dan disungging bukanlah kriya kulit Tatah Sungging. Tatah diartikan sebagai aktivitas memahat dan Sungging diartikan sebagai aktivitas mewarnai. Jadi Tatah Sungging adalah proses untuk memahat dan mewarnai objek wayang tertentu. Makna yang terkandung pada Tatah Sungging adalah agung dan berwibawa. Maksudnya adalah sebuah gagasan tentang penciptaan karya seni yang memberi kiasan agung dan berwibawa dari penokohan atau karakter-karakter wayang yang akan ditatah sungging. Tatah Sungging mempunyai suatu yang istimewa bila dibandingkan dengan teknik lainnya, sedangkan teknik yang khusus ini akan menghasilkan suatu karya kriya yang khusus pula (...

avatar
Widra
Gambar Entri
Upacara Mitoni
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Upacara Mitoni atau Tingkepan idealnya diadakan pada hari Rabu atau Sabtu disaat tanggal gasal sebelum tanggal 15. Mitoni ini berkaitan dengan usia kehamilan bayi yang sudah mencapai 7 bulan. Bayi yang berusia 7 bulan dalam kandungan dianggap sudah melampaui masa kritis, sehingga perlu dilakukan upacara peringatan yang disebut Mitoni.Perlengkapan upacara Mitoni, unsur-unsurnya selalu berjumlah 7 yang melambangkan usia bayi dalam kandungan. Misalnya jenang 7 buah, 7 tumpeng dilakukan pada bulan kehamilan ke 7, mengenakan kain 7 macam motif, disiram dengan air 7 sumber

avatar
Widra
Gambar Entri
Nini Towong
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Daerah Istimewa Yogyakarta

Nini Towong terdiri dari kata Nini dan Towong. Nini dalam bahasa Jawa artinya Embah Wedok yaitu orang perempuan yang sudah lanjut usia atau sudah nenek sementara Towong di artikan kosong atau lowong. Dengan demikian dapat di katakana bahwa Nini Towong adalah perempuan tua dan menempati tempat yang masih kosong. Perempuan tua juga di maksud adalah roh halus dari orang yang sudah meninggal dunia. Permaianan ini selalu di lakukan pada malam hari terutama saat Terang Bulan. Hal ini tentunya berkaitan dengan kondisi masa lalu di mana lampu penerangan saat itu masih terbatas. Pada waktu dulu jika malam terang bulan banyak orang bermain di luar rumah, salah satu permainan yang mereka lakukan adalah Nini Towong. Alat permainan : Gayung Tempurang yang tangkainya di masukkan ke dalam Icir/Bubu. Persyaratan utama dalam permainan ini berupa Gayung harus hasil curian, kalau mungkin Gayung yang di curi dari orang yang galak. Makna Nini Towong sebenarnya merupakan penggambaran sederhana manusia hi...

avatar
Widra
Gambar Entri
Jethungan
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jethungan sering dimainkan saat-saat waktu senggang, seperti sore hari atau malam hari. Anak-anak yang hendak memainkan dolanan jethungan biasanya setelah berkumpul, menyepakati beberapa peraturan sederhana, misalnya, pembatasan wilayah permainan, tidak diperkenankan masuk rumah (jika bermain di luar rumah), harus melihat sungguh-sungguh yang ditunjuk (dithor, disekit), waktu menutup mata tidak boleh melirik, tidak boleh terus-menerus menunggu pangkalan (tunggu brok), dan sebagainya. Jika mereka sudah membuat peraturan sederhana, mereka memilih sebuah pangkalan untuk dijadikan pusat permainan, misalnya pohon, sudut tembok, gardu ronda, tembok gapura, sudut pagar, tiang rumah, atau lainnya. Pangkalan sebisa mungkin mudah dijangkau oleh semua pemain. Semua anak yang akan bermain, misalnya berjumlah tujuh anak (A,B,C,D,E,F, dan G), harus melakukan hompimpah terlebih dahulu untuk menentukan kalah menang. Saat telah terdapat satu pemain yang jaga maka anak-anak yang menang "sut/suit&q...

avatar
Widra
Gambar Entri
Tarian Lawung Ageng
Tarian Tarian
Daerah Istimewa Yogyakarta

Beksan (Tari) Lawung merupakan seni tari klasik gaya Yogyakarta. Diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwano I. Tarian ini terinspirasi dari perlombaan watangan yang merupakan latihan ketangkasan berkuda dan memainkan tombak (sebuah tongkat panjang kurang lebih 3 m berujung tumpul, dan silang menyodok untuk menjatuhkan lawan) yang biasa dilakukan oleh Abdi Dalem Prajutrit pada masa lalu. Gerakan-gerakannya mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan. Dialog yang digunakan merupakan campuran dari bahasa Madura, bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Ada lima peran dalam Beksan Lawung Ageng; jajar, lurah, botoh, ploncon, dan salaotho . Jajar terdiri dari empat penari, berperan sebagai prajurit muda yang penuh dengan semangat. Dalam struktur keprajuritan, jajar adalah pangkat paling rendah bagi seorang prajurit....

avatar
Widra