Bali sekalipun mayoritas masyarakatnya beragama Hindu namun kerukunan dan kedamaian antar-umat beragama berjalan dengan baik. Mereka yang memiliki keyakinan yang berbeda hidup secara berdampingan dan jarang sekali adanya percekcokan diantara mereka. Apakah ada buktinya? Salah satunya bisa dilihat dengan adanya sebuah pura yang bernama Pura Langgar atau juga dikenal dengan Pura Dalem Jawa. Mengapa sampai disebut pura Langgar? Tiada lain dan tiada bukan karena bangunannya yang mirip dengan sebuah Langgar atau tempat ibadahnya umat Muslim. Pura ini juga memiliki cerita dan bentuk yang unik yang sangat erat kaitannya dengan kebudayaan Islam yang masuk ke Bali sehingga sedikit banyak mampu memengaruhi gaya arsitektur dan segala pernak-pernik pura ini. Pura Langgar sendiri dibangun diatas kolam yang dipenuhi oleh bunga teratai. Di Pura Langgar pelaksanaan pemujaan berbeda dengan pemujaan di pura lain pada umumnya, dimana hewan yang digun...
Salah satu yang menjadi daya tarik dan keunikan berwisata di Bali adalah perayaan hari besar keagamaan seperti Hari Raya Galungan. Hari raya ini diperingati oleh seluruh masyarakat Bali yang beragama Hindu. Selain sebagai upacara seremonial keagamaan bisa dipastikan para turis asing maupun lokal kerap ikut ambil bagian dalam perayaan upacara megah tersebut, minimal sebagai pengambil gambar alias jujur keker. Kata “Galungan” sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “menang”. Kata Galungan juga memiliki makna yang serupa dengan “Dungulan” yakni berarti menang. Sementara Hari Raya Galungan merupakan hari kemenangan Dharma melawan Adharma yakni kemenangan kebenarana atas kebathilan lewat restu Sanghyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Galungan ini diadakan setiap 6 bulan sekali atau 210 hari (yang dalam sistem pengalenderan Hindu-Bali satu bulannya terdiri dari 35 hari. Hingga kini sebenarnya bel...
Pura Maospahit merupakan peninggalan masa Kerajaan Majapahit yang dibangun pada abad 14-15 M. sebab itu, tak heran kalau pura ini memiliki gaya arsitektur khas Jawa Timur yang juga tergolong dalam Pura Kawitan. Hal demikian tampak terlihat dari reliefnya yang terpahat kokoh digerbang dan bangunan pura sebagai berikut; – Arca Terrakota yang terdapat dibagian kiri dan kanan bangunan gedung Pura Maospahit ini. – Arca Terrakota Pergina dan Fragmen Terrakota yang terdapat di bangunan gedung Kemimitan. – Relief Garuda dan Relief Bima yang terpahat di sisi kiri dan kanan Candi Bentar. Ketika akan memasuki halaman depan terdapat gerbang dalam bentuk Candi Belah atau Candi Bentar, sebelum menuju halaman belakang terlebih dahulu melewati Kori Agung dalam bentuk Paduraksa. Saat sampai pada bagian halaman belakang pura terdapat berbagai bangunan dan benda-benda suci dalam bentuk tajuk, gedong, bale, padmasana, pelin...
Pura Maospahit merupakan peninggalan masa Kerajaan Majapahit yang dibangun pada abad 14-15 M. sebab itu, tak heran kalau pura ini memiliki gaya arsitektur khas Jawa Timur yang juga tergolong dalam Pura Kawitan. Hal demikian tampak terlihat dari reliefnya yang terpahat kokoh digerbang dan bangunan pura sebagai berikut; – Arca Terrakota yang terdapat dibagian kiri dan kanan bangunan gedung Pura Maospahit ini. – Arca Terrakota Pergina dan Fragmen Terrakota yang terdapat di bangunan gedung Kemimitan. – Relief Garuda dan Relief Bima yang terpahat di sisi kiri dan kanan Candi Bentar. Ketika akan memasuki halaman depan terdapat gerbang dalam bentuk Candi Belah atau Candi Bentar, sebelum menuju halaman belakang terlebih dahulu melewati Kori Agung dalam bentuk Paduraksa. Saat sampai pada bagian halaman belakang pura terdapat berbagai bangunan dan benda-benda suci dalam bentuk tajuk, gedong, bale, padmasana, pelin...
Wilayah Bali, sebagaimana daerah di Jawa memiliki beberapa kerajaan. Beberapa peninggalan kerajaan seperti istana, puri, dsb tampak banyak yang masih terawat hingga kini. Sehingga menjadi lengkap ketika berwisata ke Bali dimana tak hanya ditemukan objek wisata alam yang selama ini menjadi daya tarik utama pariwisata Bali, namun juga objek wisata budaya seperti pura, istana kerajaan maupun puri sendiri yang biasanya berada di lingkungan istana. Puri Satrya merupakan salah satu aset peninggalan sejarah yang pentingan dan urgen untuk tetap dilestarikan. Hingga kini perawatannya masih dilakukan karena selain dijadikan sebagai tempat tinggal para raja dan keluarganya juga menjadi objek wisata. Didalamnya terdapat beberapa bangunan yang diantaranya adalah beberapa buah bale tempat persembahyangan yang disebut dengan Pemerajaan Agung. Puri Satrya ini dibangun sekitar tahun 1930, yang mana pada masanya tersebut puri ini difungsikan sebagai tempat menggelar pert...
Pura Agung Jagatnatha merupakan pura yang paling besar di Kota Denpasar. Pura ini selain sebagai tempat sembahyang umat Hindu yang merupakan mayoritas di Bali, juga menjadi objek wisata sejarah-keagamaan para pengunjung. Pura Jagatnatha sendiri dibangun pada tahun 1953 dengan posisi menghadap ke barat, ke Gunung Agung, yang dipercaya sebagai istananya para Dewa. Pura Agung Jagatnatha merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Dilihat dari bentuknya pura ini berjenis Pura Penyungsungan Jagat dengan rancangan bangunan yang sangat indah dipenuhi dengan berbagai ornamen etnik dan relijius. Tepat di tengah pura ini ada menara yang menjulang tinggi yang dinamakan Padmasana. Padmasana sendiri merupakan bentuk bangunan yang bertingkat dibuat untuk singgasana atau istananya para Dewa. Padmasana pada pura ini terbuat dari batu karang putih, pada bagian menara terdapat ukiran wajah dan tangan Bhoma (anak bumi) yang dipercay...
Eksistensi candi di Bali sudah mafhum adanya karena memang Pulau Bali yang berjuluk Pulau Dewata ini mayoritas beragama Hindu dimana tempat ibadahnya di candi/pura. Namun menjadi unik, malah mungkin aneh tatkala sebuah candi yang keberadaannya tepat di tebing sebuah sungai. Candi ini bernama Candi Tebing Tegallinggah dan termasuk situs purbakala yang baru beberapa tahun lalu ditemukan. Adalah seorang ahli purbakala berkebangsaan Belanda yang berhasil menemukan situs sejarah yang kaya akan nilai historis-filosofis ini di sebuah tebing Sungai Pakerisan, Gianyar, Bali. Krijsman menemukan candi ini saat tengah melakukan penggalian penyelidikan terhadap sebuah bangunan kecil yang sebelumnya hanya dianggap gapura biasa saja oleh penduduk setempat. Nilai Historis Berpadu dengan Keindahan Alam Anda yang ingin melihat bangunan Candi Trebing Tegallinggah ini terlebih dahulu akan dibawa untuk menuruni tangga sebelum akhirnya sampai ke lokasi. Namun...
Pernahkah Anda ke Pura Ponjok Batu? Lingkungan pura ini sangat unik karena merupakan sebuah tanjung yang terdiri dari batu dimana dari celah-celah batu itu tumbuh pohon kamboja dan semak yang terlihat begitu indah. Dalam terminologi Bali, “Ponjok Batu” ialah Tanjung Batu. Lingkungan Pura ini merupakan lingkungan Pura tempat pemujaan/persembahyangan umum untuk mohon keselamatan. Dari depan lingkungan pura yang dibatasi jalan raya menuju Amlapura terlihat pemandangan Laut Jawa yang terbentang luas yang dapat menimbulkan ketenangan jiwa dan menumbuhkan inspirasi bagi pengunjungnya. Laut yang tenang yang ditumbuhi beberapa pohon tua di sekitar bukit menambah keindahan lokasi dan penduduk setempat memanfaatkannya untuk keperluan sehari-hari. Tempat Persembahyangan Umum Pura ini merupakan lokasi persembahyangan umum sehingga tak mengherankan jika dalam setiap odalannya pura ini banyak sekali dikunjungi oleh wisatawan baik yang beras...
Ada tempat wisata yang menarik dan unik, serta berdaya magis, yakni Relief Yeh Pulu. Relief Yeh Pulu yang merupakan objek wisata sejarah berupa pahatan-pahatan kuno pada dinding bukit cadas. Relief ini memiliki panjang lebih kurang 25 meter dengan ketinggian sekitar 2 meter dan diperkirakan dibangun pada abad ke-14 atau ke-15. Pertama kali ditemukan oleh seorang punggawa Kerajaan Ubud pada tahun 1925. Asal-usul Nama Nama Yeh Pulu berasal dari dua kosakata yakni “Yeh” yang memiliki makna air dan “Pulu” yang bermakna gentong. Namun demikian, jika diamati antara nama Yeh Pulu dengan pahatan reliefnya sungguh tak ada kaitannya karena pahatan yang tercetak tersebut tidak sama sekali berbentuk gentong ataupun semacamnya. Diteliti lebih jauh lagi, nama Yeh Pulu diambil dari gentong yang berdiri tepat di tengah sumber air yang disucikan yang berada di sebelah barat relief. Relief Yeh Pulu paling tidak memiliki lima fragmen...