Kumba Karna adalah adik dari Rahwana. Tokoh ini terkenal dalam cerita Ramayana sebagai tokoh yang berjiwa patriot. Topeng ini biasanya ditarikan dalam Drama Tari Wayang Wong atau juga dipertunjukkan dalam kegiatan Barong Belas-Belasan (Kedingkling) yakni fragmen yang ditarikan di perempatan jalan atau di depan pintu masuk pekarangan rumah di Bali pada setiap Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Diceritakan dahulu kala di langit ada 2 buah bulan yang menerangi dunia ini. Pada suatu hari salah satu bulan tersebut jatuh ke bumi, tepatnya di sebuah desa yang bernama Desa Pejeng. Di desa tersebut bulan tidak jatuh ketengah melainkan tersangkut diatas sebuah pohon besar (kira-kira seperti pohon beringin). Karena jatuhnya bulan tersebut, masyarakat pejeng menjadi panik karena mendapatkan sebuah kejadian besar dan tidak diduga-duga. Akibat bulan tersebut juga, keadaan alam Pejeng menjadi terang-benderang, bahkan tidak pernah ada malam dengan kata lain situasi desa Pejeng siang terus. Setelah sekian lama Kedaan Pejeng terang menderang, hal ini sangat tidak dikehendaki oleh para orang yang memilki niat buruk, khususnya para pencuri/maling. Para maling ini tidak bisa menjalankan misinya di tengah keadaan yang terang, karena mereka biasanya beraksi pada situasi yang gelap supaya tidak diketahui oleh masyarakat. Akhirnya para maling mengadakan suatu pertemuan di sebuah tempat untuk menga...
I Ceker Cipak adalah seorang pemuda miskin dan tidak berayah. Ia sangat rajin membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ia juga sangat tekun menjalankan kewajibannya terhadap Tuhan Yang Mahakuasa. Berkat kerajinan dan ketekunannya beribadah, suatu hari ia mendapat rezeki yang melimpah. Rezeki apa yang diperoleh oleh I Ceker Cipak? Ikuti kisahnya dalam cerita I Ceker Cipak berikut ini! * * * Alkisah, di sebuah kampung di Pulau Dewata atau Bali, Indonesia, ada seorang pemuda tampan bernama I Ceker Cipak. Ia tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk di pinggir kampung. Ia dan ibunya sangat teguh memegang dan menjalankan dharma. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ibu dan anak tersebut mencari kayu bakar dan hasil-hasil hutan lainnya. Hidup mereka serba kekurangan. Oleh karena tidak ingin terus terbelenggu oleh keadaan tersebut, I Ceker Cipak memutuskan untuk berdagang jagung. Ia ingin pergi ke kota untuk membeli jagung untuk direbus dan dijual kembali. Bu, apakah I...
Dua orang suami istri bertempat tinggal di Desa Kalianget mempunyai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Oleh karena ada wabah yang menimpa masyarakat desa itu, maka empat orang dari keluarga miskin ini meninggal dunia bersamaan. Tinggalah seorang laki-laki yang paling bungsu bernama I Jayaprana. Oleh karena orang yang terakhir ini keadaannya yatim piatu, maka ia pun memberanikan diri mengabdi di istana raja. Di istana, laki-laki itu sangat rajin, raja pun amat mengasihinya. Kini I Jayaprana baru berusia duabelas tahun. Parasnya tampan, begitu juga senyumnya sangat manis menarik. Beberapa tahun kemudian. Pada suatu hari raja menitahkan I Jayaprana, supaya memilih seorang dayang-dayang yang ada di dalam istana atau gadis-gadis yang ada di luar istana. Mula-mula I Jayaprana menolak titah baginda dengan alasan bahwa dirinya masih kanak-kanak. Tetapi karena dipaksan oleh raja akhirnya I Jayaprana menurutinya. Ia pun melancong ke pasar yang ada di depan ista...
Masjid Agung Jami' Singaraja terletak di Jalan Imam Bonjol 65, Kelurahan Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng. Masjid ini berdiri megah dan menurut beberapa cerita tersimpan Mushaf Al Qur'an yang ditulis tangan sendiri oleh salah satu keturunan Raja Buleleng yg memeluk agama islam yaitu A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie. Isi dari Mushaf tidak ada perbedaan, hanya saja bagian kaligrafi berbentuk khas Hindu. Berdirinya Masjid Agung Jami' Singaraja ini tidak lepas dari peran para Raja Buleleng waktu itu. Salah satu bukti peran tersebut adalah, Pintu Kayu berukir warna Hijau digerbang Masjid dalam foto diatas merupakan pemberian keluarga Kerajaan di Buleleng ketika pertama kali masjid dibangun. Masjid Agung Jami Singaraja didirikan pada tahun 1846M pada masa pemerintahan Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong beliau putra A.A. Panji Sakti, raja Buleleng I. Beliau seorang penganut agama Hindu Bali, maka semua pengaturan pelaksanaan dis...
Patung Dewa Ruci terletak di persimpangan antara jalan sunset road dan bypass ngurah rai. patung ini dibuat oleh seniman bernama I Wayan Winten dan menceritakan tentang pertarungan Bima melawan naga dalam mencari air suci (Tirta). Meskipun ia tahu itu sungguh tidak mungkin, namun dengan rasa baktinya kepada sang guru ia pun mencari tirta tersebut ke tengah laut. Berikut ini adalah kisah yang menginspirasi pembuatan patung tersebut: Patih Sangkuni (dari pihak Kurawa) berusaha untuk menyingkirkan Bimasena (Bima) dan Harjuna (Arjuna), 2 tokoh kunci Pandawa. Ia lalu membujuk Resi Durna untuk memerintahkan Bima untuk mencari “Tirta Prawitasari”, air kehidupan, guna menyucikan bathinnya demi kesempurnaan hidupnya. Tirta itu, harus dicari di hutan Tibaksara di gunung Reksamuka. Ketika menghadap ibunya, Dewi Kunthi, saudara-saudaranya yang lain mengingatkan bahwa mungkin ini hanya jebakan Sangkuni Karena hutan itu sudah terkenal sebagai “alas gung liwang li...
Megoak-goakan ini adalah tarian rakyat yang sering kali dipentaskan menjelang Hari Raya Nyepi dan hanya terdapat di Desa Panji, kecamatan Sukasada 6 km ke selatan dari Kota Singaraja. Nama megoak-goakan diambil dari nama Burung Goak (Burung Gagak) ketika burung itu mengincar mangsanya kegiatan ini merupakan pementasan ulang dari sejarah kepahlawanan Ki Barak Panji Sakti sebagai Pahlawan Buleleng pada waktu menaklukkan Kerajaan Blambangan di Jawa Timur.
Suling gambuh atau suling pengambuhan memiliki ukuran besar dan panjang. Lubang pada suling terdiri dari lubang tiup dan enam lubang nada. Suling dimainkan dalam posisi diagonal dan karena panjangnya suling, maka bagian ujung bawah harus bersandar di lantai. Suling ini merupakan bagian dari ensambel Gamelan gambuh. Gamelan gambuh terdiri dari tiga seruling panjang (suling gambuh) yang memainkan melodi dan berperan sebagai inti gamelan gambuh. Selain itu, permainan ini diiringi beberapa rebab, sepasang gendang kecil (gupek), ceng-cengan kecil (rincik), gong kecil (kangsi), dan beberapa alat perkusi lainnya. Gambuh merupakan pertunjukkan tarian tertua di Bali dan dipertunjukan hanya dalam upacara tertentu di pura. Biasanya cerita dalam pertunjukkan gambuh adalah tentang Pakang Raras dan kejadian-kejadian yang diambil dari legenda yang ada hubungannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Timur pada abad ke-15 M.
Alat musik ini terbuat dari kayu. Genggong juga dikenal harpa mulut. Dengungan di rongga mulut bersentuhan dengan senar yang bergetar dan lidah yang lentur merupakan ciri khas alat musik ini. Genggong bisa dimainkan secara tunggal maupun berkelompok dan bunyi yang dihasilkan bisa menyerupai suara jangkrik, desahan angin serta dengungan lebah. Saat memainkan genggong terkadang juga diselingi oleh ekspresi wajah lucu si pemain. Selain dimainkan untuk mengisi waktu senggang, genggong juga merupakan bagian dari ensambel yang mengiringi tari cerita rakyat seperti "pangeran kodok".