Beberuk adalah makanan khas Lombok yang terdiri dari terong yang dipotong kecil-kecil dan dicampur bumbu plecing
Di Desa Lekong, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa terdapat sebuah batu besar, tinggi, bundar bagian atasnya datar. Batu itu menggantung pada tebing bukit yang tinggi dekat sungai Lekong. Dari atas batu itu orang dengan leluasa dapat melihat ke bawah. Itulah sebabnya disebut “batu nong”. Kata “nong” dalam bahasa Sumbawa berarti “melihat ke bawah dari atas”. Jika batu nong itu dilihat dari kejauhan, kedudukannya sangat genting. Kalau ada getaran sedikit saja, rasa-rasanya batu itu pasti akan runtuh. Dalam kenyataan, telah beratus-ratus tahun batu itu tetap tidak bergeming. Bagaimana batu itu bisa berada di tempat tersebut, inilah ceritanya. Tersebutlah sebuah negeri di zaman dahulu kala. Negeri itu terkenal makmur, aman, dan damai. Tidak pernah terdengar perselisihan di antara penduduknya. Laki-laki dan perempuan kedudukannya sama, kecuali dalam satu hal, yaitu laki-laki tabu mencuci pantat anaknya yang habis buang air besar. Hal yang demikian d...
Sate rembiga adalah sate yang berbahan dasar dari daging sapi. Sate yang berasal dari Lombok ini sudah ada sejak zaman dulu. Konon makanan ini menjadi salah satu makanan kerajaan mataram di Nusa Tenggara Barat. Nama rembiga sendiri berasal dari nama sebuah kelurahan di Selaparang, Lombok, Nusa Tenggara Barat, jadi tidak heran disepanjang jalan Rembiga ini sangat mudah ditemukan sate sapi ini. Proses pembuatan Untuk mendapatkan rasa yang lezat, daging sapi harus di marinasi selama satu malam ke dalam bumbu bumbu khas dari indonesia, seperti cabe merah yang telah di haluskan, kemiri, terasi lombok, gula dan air secukupnya. Selanjutnya daging sapi di tusuk ke bambu, dan siap untuk di bakar. Sajian Belum lengkap menyantap sate rembiga, dengan lontong yang dibungkus dengan daun pisang berbentuk kerucut. Aroma lontongnya begitu harum yang berasal dari daun pisang. Selain itu dapat juga menyantapnya dengan plecing kangkung,dan sop daging sapi. (so...
Pernahkah ke Pantai Senggigi? Nah, jika sudah pernah, di lokasi wisata menarik tersebut ternyata pengunjung tak hanya bisa menikmati keindahan pantainya saja, melainkan juga ada objek lain yang sayang jika dilewatkan ketika berkunjung kesana, yakni Pura Batu Bolong. Tak jauh dari namanya, mengapa pura ini disebut dengan Pura Batu Bolong karena memang pura ini berada di atas batu karang hitam di pantai tersebut yang memiliki lubang atau bolong di tengahnya. Keunikan yang lainnya yakni pura ini mempunyai posisi yang menjorok ke laut sehingga pengunjung yang datang bisa tepat berada diatas deburan ombak. Pura Unik Pura Batu Bolong ini, laiknya dengan pura atau tempat lain yang disucikan/dikeramatkan memiliki cerita dibaliknya. Adalah seorang pendeta yang berasal dari Jawa Timur bernama Dang Hyang Dwijenda yang disebut-sebut memiliki peranan signifikan dalam menyebarluaskan dan mengembangkan agama Hindu pernah singgah ke pura tersebut dan melewati perjalana...
Orang Sasak mengenal beberapa jenis bangunan adat yang dijadikan sebagai tempat tinggal dan juga tempat penyelenggaraan ritual adat dan ritual keagamaan. Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras, sekeras semen. Pengetahuan membuat lantai dengan cara tersebut diwarisi dari nenek moyang mereka. Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat Sasak didapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela. Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral (suci) dan duniawi secara bersamaan. Artinya, rumah adat Sasak disamping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggo...
Bale jajar adalah tempat hunian suku sasak dengan ekonomi menegah ke atas. Bentuknya serupa dengan Bale Tani, perbedaannya terletak pada ruang Dalem Bale yang lebih banyak. Bale Jajar memiliki dua Dalem Bale dan satu serambi (sesangkok) dan ditandai dengan adanya sambi yaitu tempat penyimpanan bahan makanan dan keperluan rumah tangga. Pada bagian depan Bale Jajar terdapat sekepat dan pada bagian belakangnya terdapat sekenam. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/03/rumah-adat-nusa-tenggara-barat-ntb/
Zaman Dahulu kala, ada raja jin wanita bertahta di puncak gunung Rinjani. Ratu jin itu bernama Dewi Anjani dan memiliki peliharaan seekor burung Beberi berparuh perak dan berkuku baja.Waktu itu daratan Pulau lombok masih berupa bukit berhutan lebat dan belum di huni manusia. Pada suatu hari patih Dewi Anjani Patih Songan mengingatkan Dewi Anjani akan pesan kakek nya agar kelak dewi Anjani mengisi Pulau Lombok dengan Manusia. Kemudian Dewi Anjani mengajak patih Songan untuk memeriksa seluruh daratan pulau itu.Karena tanaman di hutan terlalu rapat sang Dewi dan patih tidak dapat berjalan. Kemudian Dewi Anjani berkata kepada Patih Songan, "Paman, karena pulau ini penuh sesak dengan tumbuhan, pulau ini kuberi nama Pulau Sasak." Begitu cerita kenapa pulau ini bernama Bumi Sasak dan sekarang Lebih di kenal dengan Pulau Lombok. Setelah mengetahui pulau itu penuh dengan hutan dan bukit, Dewi Anjani memerintahkan burung beberi...
Wali Nyatoq adalah waliyullah yang sangat melegenda di Pulau Lombok, lebih-lebih dikalangan masyarakat Lombok Tengah atau tepatnya di desa Rembitan, bagian Selatan Pulau Lombok. Sebutan Wali Nyatoq dikaitkan dengan tanda-tanda kewaliannya. Nyatoq artinya “nyata” karena masyarakat sangat mempercayai bahwa Wali Nyatoq benar-benar sebagai seorang wali. Konon wali nyatok memiliki 33 nama. Di setiap desa atau kampung yang pernah disinggahi, ia disebut dengan nama yang berbeda-beda. Salah satunya Sayyid Abdullah, gelar ini diperoleh setelah beliau meninggal dunia. Tidak ada yang tahu persis dari mana ia berasal, sebagian masyarakat mempercayainya bahwa ia berasal dari Perihal kedatangan ke Pulau Lombok tidak jelas. Berdasarkan penuturan TGH...
Wa'a Mama Dan Sarau merupakan salah satu prosesi dalam pernikahan adat Bima. Wa’a mama artinya mengantar atau membawa bahan untuk makan sirih (mama) seperti nahi ( sirih), u’a ( pinang), tambaku ( tembakau), tagambe dan afu mama ( kapur khusus untuk pemakan sirih). Dalam pelaksanaanya pihak orang tua pemuda bukan hanya mengantar bahan untuk makan sirih ( mama) tetapi juga membawa berbagai jenis makanan dan kue tradisional. Secara harfiah wa’a sarau artinya mengantar atau membawa sarau (Camping) yaitu sejenis topi tradisional Bima-Dompu yang dibuat dari anyaman bambu. Upacara wa’a sarau hampir sama dengan upacara wa’a mama. Dilaksanakan pada musim tanam( oru mura). Barang – barang yang diantar adalah sarau dan berbagai jenis kue tradisional dan umbi – umbian serta buah – buahan dari kebun pemuda