TRIBUNJENEPONTO.COM, BINAMU - Tradisi Sitobo Lalang Lipa (saling tikam dalam sarung) menggunakan senjata tajam jenis badik, sudah jarang Anda temui di Sulawesi Selatan. Tradisi tersebut meruapakan cara mempertahankan Siri' (malu) suku Bugis-Makassar. TribunJeneponto.com , Rabu (20/4/2017), berkesempatan menonton langsung laga seru itu di perhelatan Olimpiade Olahraga Sekolah Nasional (O2SN) di Lapangan Passamaturukang, Jl Pahlawan, Kecamatan Binamu, Jeneponto, Rabu (20/04/2017) sore. Dua orang remaja dari Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) Jeneponto memperagakan aksi menegangkan itu. Keduany bernama Erik Zulkifli dan Ardiansyah. Mula-mula kedua pemuda berseragam serba hitam itu masuk dalam sarung. Musik tradisional suling dan gendang pun mulai ditabuh, pertanda pertarungan segera dimulai. Masing-masing mempersenjatai diri dengan sebilah badik yang diselipkan dalam pinggang. Badik terhunus, keduanya pun...
TEMPO.CO , Maros - Masyarakat Maros hari ini akan menjalani tradisi Katto Bokko alias pesta adat panen raya. Warga yang menjalankan kebiasaan ini adalah keturunan Karaeng Marusu dan masyarakat eks-wilayah pemerintahan Karaeng Marusu di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. "Tradisi panen raya ini terdiri atas 14 tahapan yang dilaksanakan keluarga kekaraengan (kerjaaan) dan pegawai atau masyarakat," kata Abdul Waris Karaeng Sioja di Maros, Selasa, 14 Maret 2017. Menurut keturunan atau anak dari Karaeng Marusu ke-18, Tajuddin Karaeng Masiga ini, tradisi yang dilaksanakan sekali setahun ini ditujukan guna meneguhkan silaturahim. “Selain itu juga menunjukkan kebersamaan tanpa sekat antara bangsawan dan masyarakat.” Pada kegiatan Katto Bokko akan bertemu pemilik sawah, pekerja sawah dan pemuka adat. Mereka akan duduk bersama membahas masalah pertanian. Tradisi panen perdana ini akan dipimpin seorang pinati di lahan Kekar...
TERKINI.id, – Dengka Ase Lolo merupakan ritual perayaan pesta panen masyarakat di Dusun Moncongloe Lappara, Desa Moncongloe, Kabupaten Maros, yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Pesta tani ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, atas keberhasilan menanam padi. Ritualnya diselenggarakan oleh para tetua adat setempat, dan dihadiri oleh masyarakat umum dan pejabat pemerintahan setempat. Ritual budaya ini dilaksanakan di dua tempat, rumah kepala adat kemudian dilanjutkan ke makam karaeng. Masyarakat setempat lebih mengenal dengan ko’bang. Biasanya Komponen utama dalam Dengka Ase Lolo terdiri atas 6 orang perempuan, 4 orang laki-laki, bilik baruga, lesung, alu, dan pakaian tradisional baju bodo. Para perempuan beraksi dalam bilik baruga, disebut pakkindona. Kemudian laki-laki yang menari dan menabur bagian ujung lesung disebut pakkambona. Bilik baruga terbuat dari bambu, serta memiliki pagar dari anyaman bambu yang disebut walasoji. Pe...
BISMILLAHI RAKHMANIR RAKHIM ATTA .............. KARAENG TABE' KIPAMMOPPORANG MAMA' RIDALLEKANG LABBIRITTA RISA'RI KARATUANTA RIEMPOANG MATINGGITA INAKKE MINNE, KARAENG LAMBARA TATASSA'LA'NA GOWA NAKAREPPEKANGI SALLANG, KARAENG PANGNGULU RI BARUGAYA NAKATEPOKANGI SALLANG KARAENG PASORANG ATTANGNGA PARANG INAI- INAIMO SALLANG, KARAENG TAMAPPATTOJENGI TOJENGA TAMAPPIADAKI ADAKA KUSALAGAI SIRINNA KUISARA PARALLAKKENNA BERANGJA KUNIPATEBBA &n...
Era sekarang kebiasaan masyarakat selalu menjadi hal menarik untuk dilihat bahkan dituliskan sekalipun, apalagi jika adat istiadat yang masih terjaga sampai saat ini. Kabupaten Barru memiliki tipe masyarakat yang majemuk dan terbuka dalam kehidupan masyarakat yang memiliki bangunan rumah panggung (rumah kayu) sangat khas juga di Sulawesi Selatan. Sejarah memang tidak pernah terlepas dari kebiasaan masyarakat. Seperti yang diketahui Kabupaten Barru sendiri mempunyai sisi sejarah dan kebudayaan yang sangat kuat dimulai dari sistem kerajaan sampai bentuk kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakatnya. Dari berbagai kerajaan yang menyatu hingga terbentuk Kabupaten Barru sehingga tidak jarang kita lihat rumah yang berbentuk besar seperti dikenal dengan sebutan Sao Raja yang salah salah satunya ada di Lapinceng kecamatan Balusu. Tipe rumah Bugis itu sendiri terbagi dua tipe yaitu rumah Sao Raja ( Salassa ) dan Bola. Saoraja adalah rumah besar yang ditempati oleh keturunan R...
TRIBUN-TIMUR.COM, PAREPARE -Sebagai daerah yang kental akan budayanya, warga Bacukiki , Kota Parepare terus mempertahankan dan masih terjaga hingga saat ini. Salah satu adat Bacukiki yakni Festival Mallipa yang diselenggarakan, Sabtu (9/12/2017), di Kelurahan Wattang Bacukiki . Mallipa’ atau dalam bahasa Indonesianya “memakai sarung” yang merupakan salah satu budaya bugis khususnya masyarakat Bacukiki yang perlu terus dilestarikan dan dijaga keberadaannya sebab sudah menjadi tradisi masyarakat bugis bahkan jauh sebelum agama Islam masuk ke tanah bugis itu sendiri. Camat Bacukiki , Iskandar Nusu mengungkapkan tradisi memakai sarung atau mallipa’ sudah identik dengan kehidupan masyarakat Bugis tanpa terkecuali di Bacukiki , bahkan hampir semua aspek kehidupan dan aktifitas keseharian mereka berkaitan dengan sarung baik pada acara formal maupun tidak r...
Sarung adalah ciri khas masyarakat di Indonesia khususnya muslim. Walau sesungguhnya pemakaian sarung tak menunjuk pada identitas agama tertentu karena sarung juga digunakan oleh berbagai kalangan di berbagai suku yang ada. Menurut catatan sejarah, sarung berasal dari Yaman. Di negeri itu sarung disebut futah. Sarung menjadi tradisi khas hingga ke Oman dan Arab Saudi. Penggunaan sarung telah meluas, tak hanya di Semenanjung Arab, namun juga mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa. Sarung pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat. Dalam perkembangan berikutnya, sarung di Indonesia berkembang sesuai dengan beragam tradisi dan menjadi satu simbol dari nilai-nilai budaya nusantara. Di Sulawesi Selatan, sarung sudah menjadi identifikasi masyarakat dan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban. Penggunaannya disesuaikan dengan berbagai kondisi sehari-sehari bahkan untuk acara-acara bes...
KATASULSEL.COM Sidrap — Musyawarah Tudang Sipulung merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan masyarakat Sidrap. Berbagai kalangan hadir dalam acara ini. Mulai petani, pihak perbankan, BUMN, BUMD dan stake holder lainnya terkait sektor pertanian, termasuk Pallontara. Hadir juga seluruh jajaran Forkopinda Kabupaten Sidrap. Sekretaris Kabupaten Sidrap Sudirman Bungi Selasa (30/1/2018) mengatakan Musyawarah Tudang Sipulung tersebut merupakan tradisi tahunan dimana semua stake holder terutama masyarakat dan pemerintah bertemu merumuskan rencana sektor pertanian ke depannya. Ajang Musyawarah Tudang Sipulung ini lanjut Sudirman hendaknya menjadi ajang untuk terus berupaya mempertahankan prestasi dan predikat yang telah diraih selama ini. “Sidrap adalah lumbung pangan nasional, ini harus terus kita jaga dan pertahankan,”katanya. Sebagai daerah penyumbang pangan nasional, Sidrap didukung oleh lahan persawahan seluas 48.603 hektar atau sebesar 25,8 perse...
Nyuknyak merupakan bakso khas Makassar. Campuran daging dan sagu menghasilkan makanan yang kenyal nan lezat ini. Ditambah dengan kuahnya yang gurih dan segarnya sambal kuning. Nyuknyak biasa disajikan dengan lontong khas Makassar. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/10/9-kuliner-khas-makassar-wajib-dicoba/