Anak
217 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
KENDURI APEM
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

TRADISI KENDURI APEM Kenduri biasanya diadakan saat seseorang atau sebuah keluarga memiliki sebuah hajatan. Kenduri sendiri dapat diartikan sebuah perwujudan rasa syukur terhadap Allah atas dilaksanakannya hajat yang diinginkan dengan membagikan makanan pada sanak keluarga dan tetangga atau kerabat. Namun ada satu kenduri yang berbeda dari kenduri pada biasanya. Jika kenduri pada biasanya menggunakan nasi dan lauk pauk, kenduri yang satu ini hanya menggunakan apem. Bagi masyarakat Bantul khususnya yang masih tinggal di pedesaan tentunya kenal dengan istilah kenduri apem, atau dalam bahasa jawa disebut juga 'genduren apem'. Kenduri apem ini biasanya dilakukan pada bulan Ruwah (penanggalan Jawa) atau bulan Syaban (penanggalan Islam). Kenduri ini dilakukan di tempat Bapak Dukuh setempat dengan diisi dengan acara pengajian. Pengajian itu sendiri untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan.Di samping menyambut Bulan Ramadhan, tradisi ini juga untuk menghormati dan me...

avatar
OSKM18_16318247_FITB Aqila Ayu Prasetyaningrum
Gambar Entri
Budaya Berbahasa Pasemon dalam Sehari-hari
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Hidup tanpa ada yang menasehati dijamin akan terasa kurang akan sesuatu, hidup ini tidaklah selalu berada diatas, tidak selalu benar dan tanpa kesalahan atau kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk memperbaiki hal tersebut orang terdekat dari kita biasa menasehati kita agar kesalahan tersebut tidak diulangi kedepannya dan dapat merubah kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.  Menurut pengalaman pribadi, orang yang biasa menasehati kita ialah sang ibu. Ibu bagaikan seorang guru yang dapat menasehati kita dengan cara-cara yang tak menyakiti hati namun tetap dapat tercapai tujuannya. Ibu penulis merupakan seorang wanita yang tumbuh besar di keluarga dengan adat jawa yang kental akan budaya menasehati dengan sindiran halus yang dinamai oleh pasemon.  Pasemon merupakan istilah yang digunakan dalam masyarakat jawa untuk menasehati ataupun menyindir seseorang untuk mengingatkannya jika ia dirasa sudah bertindak diluar etika. Bahasa pasemon biasa digunakan sejak jaman d...

avatar
OSKM18_ 16618390_Rifqi Asyraf Wardono
Gambar Entri
Bale Sigala-gala
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Daerah Istimewa Yogyakarta

Raden Pinten dan Raden Tangsen adalah ksatria kembar. Kembar rupa, suara, maupun pakaian. Itulah sebabnya mereka sering dipanggil dengan sebutan “Kembar”. Keduanya putra Prabu Pandudewanata (Raja Hastina) dengan Dewi Madrim, putri dari Negeri Mandaraka (adik Raden Narasoma/Prabu Salya). Raden Pinten dan Raden Tangsen merupakan bagian dari Pandawa, menempati urutan keempat dan kelima. Urutan selengkapnya sebagai berikut Raden Dwijakangka, Raden Bratasena, Raden Premadi, Raden Pinten, Raden Tangsen. Pandawa dari akar kata Pandu + Hawa, artinya Putra Pandu. Dalam lakon Bale Sigala-gala, usia Pinten dan Tangsen masih kanak-kanak. Mereka telah ditinggal wafat ayah dan ibunya. Selanjutnya mereka dalam asuhan Dewi Kuntitalibrata. Meskipun bukan anak kandungnya, namun Dewi Kunti sangat menyayangi mereka seperti menyayangi anak sendiri. Sepeninggal Prabu Pandu, negara Hastina diperintah oleh Prabu Destarata. Prabu Destarata ini berputra seratus orang yang disebut Kurawa....

avatar
OSKM18_16418025_Fredericus
Gambar Entri
Upacara Bekti Pertiwi dan Pisungsung Jaladri
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Upacara Bekti Pertiwi dan Pisungsung Jaladri Bagi masyarakat Parangtritis dan sekitarnya di Kabupaten Bantul, Yogyakarta pasti sudah akrab dengan yang namanya Upacara Jaladri. Yakni upacara yang setiap tahun selalu dilaksanakan oleh masyarakat khususnya yang tinggal di daerah Mancingan, Parangtritis. Adat upacara ini sudah rutin dilakukan oleh masyarakat warga Dusun Mancingan sejak tahun 1989. Acara atau upacara ini selalu rutin diadakan sekali dalam setahun, namun untuk bulannya bisa berubah setiap tahunnya. Tujuan dari upacara ini tidak lain adalah untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat Parangtritis kepada Allah SWT. Upacara ritual ini juga biasa disebut dengan sedekah laut. Arti dari upacara ini tidak lain yaitu, bekti yang berarti berbakti, pertiwi yang dapat diartikan sebagai bumi, pisungsung yang memiliki arti persembahan dan jaladri yang artinya laut atau samudra. Jadi jika digabungkan arti dari upacara ini yaitu wujud dari kebaktian masyarakat terhadap bumi dengan pe...

avatar
OSKM18_16318247_FITB Aqila Ayu Prasetyaningrum
Gambar Entri
Wayang Kulit Wahyu Makutharama
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Prabu Druyudhana ( Suyudhana ) Raja Hastinapura sedang mengadakan siniwakan agung ( rapat paripurna ) yang juga dihadiri guru besar kerajaan, Resi Druna ( Durna ) dan Senapati Agung dari Awangga Narpati Basukarna ( Adipati Karna ), Patih Sengkuni dan para Kurawa, membicarakan tentang wangsit yang diterima Dewa melalui mimpinya akan turun wahyu Makhutarama di Kutharunggu. Kerajaan yang mendapat wahyu Makhutarama, akan menjadi negara yang adil dan makmur, gemah ripah loh jinawi, rakyatnya tidak akan menderita kekurangan apapun dan memperoleh perlindungan dari Hyang Maha Kuasa, demikianlah petunjuk dari Resi Druna ( Durna ). Sebagai murid dan sekaligus sebagai Raja, Prabu Druyudhana/Suyudhana, setelah mendengar petunjuk dari Guru Besarnya kemudian memerintahkan Senapati Agungnya Narpati Baskarna ( Adipati Karna ) untuk berangkat dan mendapatkan Wahyu Makhutarama di Pertapaan Kutharunggu. Narpati Basukarna ( Adipati Karna ) berangkat ke Pertapaan Kutharunggu disertai Sabregada (sepasuk...

avatar
Oskm18_16418018_gregorius
Gambar Entri
Padang Bulan
Musik dan Lagu Musik dan Lagu
Daerah Istimewa Yogyakarta

"Yo, poro konco dolanan ning jobo Padang mbulan, padange koyo rino Rembulane sing ngawe-awe Ngelingake ojo podo turu sore"   Puluhan tahun yang lalu, kata-kata diatas selalu dinyanyikan anak-anak kecil di daerah Jogja setiap bulan purnama. Arti dari lirik lagu tersebut secara harfiah adalah hal-hal yang ingin disampaikan oleh anak-anak tersebut. Anak-anak itu mengajak teman-temannya untuk bermain pada malam purnama (padang bulan) karena malam terasa sangat terang seperti ada matahari. Mereka girang karena akhirnya malam pun tak terlalu gelap, tak lagi gelap karena belum adanya listrik yang mengalir di kampung mereka sehingga bisa bermain berlarian di lapangan luas bersama teman-teman pada malam hari. Mereka berkata pada teman-teman mereka, 'Bulannya manggil tuh, jadi jangan pada tidur sore!' agar teman-teman mereka bisa bermain pada malam itu.   Sumber: Wawancara kepada Safuroh, ibu 51 tahun yang sempat merasakan permaina...

avatar
Sekaradinia
Gambar Entri
Rebo Pungkasan
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

          Rebo Pungkasan adalah tradisi masyarakat desa Wonokromo yang diselenggarakan pada hari rabu terahir bulan sapar (Nama bulan kedua dalam kalender jawa) dengan simbol utama Lemper ( Makanan tradisional ) raksasa dengan panjang 2,5 meter dan diameter 90 cm yang diarak setelah pembacaan doa oleh bupati Bantul menuju Balai Desa Wonokromo yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer.Lemper raksasa tersebut diangkat oleh 4 orang menggunakan tandu dan diiringi oleh prajurit Bregade Lombok Abang ( prajurit kraton yogyakarta, namun dalam perayaan ini hanya masyarakat yang menyerupai bregade lombok abang ), kemudian dibelakangnya disusul oleh pasukan oncor ( orang yang membawa obor tradisional ), lalu dibelakangnya ada gunungan yang berisi hasil bumi masyarakat, dan paling belakang ada iring-iringan kesenian tradisional dari masyarakat seperti drum band prajurit kraton, drum band masyarakat, hadroh, dan lain-lain.Setelah Lemper Raksasa sampai di Balai Desa Wonokrom...

avatar
OSKM_1661818267_fatikhul ikhsan
Gambar Entri
Asal Mula Tradisi Klothekan
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tradisi Klotekan ini berasal dari Tanah Jawa dan Bali yang dilakukan dengan memukul lesung, kentongan dan/atau batang pohon kelapa pada saat gerhana bulan atau Matahari. Tradisi ini sudah mulai luntur, namun masih dilakukan di Gunungkidul, Jogjakarta. Seperti yang dituturkan oleh sesepuh dari Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Mbah Jo, "Masyarakat disini percaya tentang fenomena gerhana matahari dan bulan ialah adanya raksasa yang memakan matahari,". "Kami mempersiapkan teropong dan kentongan untuk melestarikan tradisi dari nenek moyang ini. Tradisi ini dapat dimaknai dari sisi budaya, bahwa nenek moyang memiliki budaya yang kaya. Salah satunya tradisi kentongan ini," ujar Mbah Jo. Diceritakan bahwa pada zaman dahulu terdapat sesosok raksasa atau masyarakat Jawa biasa menyebutnya dengan sebutan 'Buto' yang bernama Kala Rahu. Kala Rahu merupakan anak dari Dewi Sinhika dan Maharsi Kasyapa. Rahu dengan Bathara Wisnu adalah satu ayah beda ibu sehing...

avatar
OSKM18_16418158_VIGO DENIS RADESTIAN
Gambar Entri
Jamu Gandring, Sebuah Legenda Jogjakarta
Makanan Minuman Makanan Minuman
Daerah Istimewa Yogyakarta

Cerita mengenai Jamu Gandring ini sangat terkenal di kalangan orang-orang Jogja tempo doeloe, tepatnya sekitar tahun 70an. Jamu Gandring ini adalah sebuah makanan seperti permen yang berbentuk seperti kelereng, yang terbuat dari jahe, tepung, kayu manis, dan cengkeh. Disebut jamu gandring karena makanan ini dijual oleh seorang yang bernama  Mbah Gandring dan hanya ada satu di Jogjakarta. Mbah Gandring menjual Jamu Gandring ini dengan memikulnya di bahu berkeliling kota Jogjakarta. Dan dahulu, harga yang dipatok oleh mbah gandring hanyalah 2,5 rupiah untuk 20 biji jamu gandring. Hal yang paling khas adalah teriakan mbah gandring ketika berkeliling menjual jamu. Dengan nada rendah yang lantang simbah akan berteriak "Jaa....muu...ja..muuuu...jamuu..nee...jamu... gandringggg...", sehingga menghasilkan suara yang konon cukup menyeramkan. Selain itu juga, simbah memikul jamu gandring ini dengan membawa semacam wayang orang di kedua sisinya. Konon, cerita tentang Mbah...

avatar
Oskm18_16518339_fabianus