Seni Didong adalah salah satu jenis kesenian tradisional masyarakat Gayo yang masih bertahan hingga zaman modren ini, mempunyai social interest yang tinggi dari setiap lapisan masyarakatnya. Kesenian Didong merupakan perpaduan antara seni tari dan seni suara dengan unsur sastra berupa syair-syair sebagai unsur utamanya, berkembang dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Salah satu unsur kebudayaan yang sangat berperan dalam kehidupan manusia adalah kesenian. Kebudayaan, oleh Koentjaraningrat diartikan sebagai “budi” atau “akal”,sehingga tidak heran jika kemudian kebudayaan dan kesenian kerap dijadikan salah satu tolok ukur dan menjadi indikator untuk mengetahui tingkat peradaban suatu komunitas. Aktualisasi dan pengungkapan ekspresi kerap menggunakan media yang berbeda-beda, rasa keindahan diekspresikan melalui bentuk kesenian, baik seni tari, seni pahat, seni suara dan lain-...
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Gayo bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah. Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan w...
Pada ujung utara rangkaian Bukit Barisan di Pulau Sumatera, terletak dataran tinggi Gayo yang merupakan tempat orang Gayo bermukim. Selain sebagai nama sebuah etnis, Gayo juga merupakan nama ibukota Kabupetan Aceh Tengah. Di tempat ini orang Gayo terbagi dalam beberapa kelompok yaitu: Gayo Lut, Gayo Deret, dan Gayo Lues. Di kalangan mereka ada sebuah kesenian rakyat yang dikenal dengan nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Kapan kesenian ini bermula, hingga kini belum diketahui secara pasti. Demikian pula arti kata didong yang sesungguhnya 1 . Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam...
Konon, tari Guel berasal daru dua orang putera Sultan Johor, Malaysia, bernama Muria dan adiknya yang bernama Segenda. Alkisah, pada suatu hari kedua kakak-beradik itu disuruh oleh orang tuanya menggembala itik di tepi laut. Sambil menggembala, untuk mengisi kebosanan, mereka bermain layang-layang. Suatu saat, datanglah angin kencang yang membuat layang-layang mereka putus. Secara spontan mereka berusaha sekuat tenaga mengejar layang-layangnya yang putus itu, sehingga lupa pada itik-itik yang harus mereka jaga. Karena kelengahan ini, itik-itik yang harus mereka jaga berenang dan akhirnya hilang di tengah laut. Sebagai catatan, versi lain dari cerita ini yang menyatakan bahwa, akibat hembusan angin yang sangat kencang itu mereka bersama layang-layangnya diterbangkan oleh angin hingga jatuh di Negeri Serule, Aceh Tengah yang dikuasai oleh Raja Cik Serule yang bergelar Muyang Kaya Lanang Bejeye. Setelah lelah mengejar layang-layang yang putus, kembali lagi ke tepi laut u...
Tari Likok Pulo adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari Aceh, Indonesia. "Likok" berarti gerak tari, sementara "Pulo" berarti pulau. Pulo di sini merujuk pada sebuah pulau kecil di ujung utara Pulau Sumatera yang juga disebut Pulau Breuh, atau Pulau Beras. Tarian ini lahir sekitar tahun 1849 , diciptakan oleh seorang ulama tua berasal dari Arab yang hanyut di laut dan terdampar di Pulo Aceh . Tari ini diadakan sesudah menanam padi atau sesudah panen padi, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian dipertandingkan dapat berjalan semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi duduk bersimpuh, berbanjar, atau bahu membahu. Seorang pemain utama yang disebut cèh berada di tengah-tengah pemain. Dua orang penabuh rapa'i berada di belakang atau sisi kiri dan kanan pemain. Sedangkan gerak tari hanya memfungsikan anggota tubuh bagian atas, badan , tangan , dan kepala . Gerakan tari pada prinsipnya ialah ge...
Di sebuah pekarangan rumah di Aceh terdapat ikan tongkol yang sudah tercincang dan sudah mengering dibakar sinar mentari. Ikan yang sudah dijemur ini disebut Ikan Kayu. Ikan Kayu, dalam bahasa Aceh disebut eungkot keumamah, yang berarti ikan tongkol yang diiris kecil-kecil seukuran dua jari sebelum dijemur. Pengeringan secara alami ini bisa dilakukan selama seminggu atau lebih agar ikan menjadi kaku dan kenyal. Agar lebih tahan lama, keumamah dilumuri tepung tapioka atau digoreng, yang kemudian dijadikan lauk nasi. Sejarah makanan ini juga terkait dengan daya tahan yang dimiliki keumamah. Karena mampu bertahan lama, kuliner ini menjadi logistik khusus pasukan Aceh saat berperang melawan Belanda enam abad silam. Keumamah menjadi pengganjal perut pejuang yang bergerilya dari stau lokasi ke lokasi lain.. Bahan : 500 gram ikan tongkol kering ( ikan kayu, eungkot kayee ) 100 gram kentang Bumbu : 50 gram asam sunti 25 gram cabai merah...
Kopi Aceh ini mempunya sejarah tersendiri, yaitu ketika Maklumat Perang Belanda melawan Aceh bermula pada tahun 1873, Perang yang berkecamuk tidak mematahkan semangat Rakyat Aceh untuk melawan Belanda hingga tidak ada kata untuk menyerah, tahun demi tahun terus terjadi peperangan sehingga sebahagian wilayah Aceh mampu di kuasai oleh Belanda. Seorang pengusaha Belanda pada abad XVII melalui Batavia (sekarang Jakarta) masuk ke Aceh dengan membawakan biji atau bibit kopi yang berasal dari Belanda. Pertama sekali Belanda memperkenalkan adalah kopi jenis Arabica yang kemudian berkembang dengan jenis yang makin beragam. Segmen Lahan yang sangat menarik untuk menanam Kopi berjenis Arabica yaitu dataran tinggi Gayo, dengan kelembaban suhu dan tinggi dataran dari permukaan air laut yang sangat cocok untuk jenis Arabica Di dunia, kopi bisa dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenisnya, yaitu kopi Arabica dan kopi Robusta. Di Aceh kedua jenis kopi ini dibudi...
Si Reuboh (daging rebus) bukan sekedar daging rebus biasa. Masakan khas Aceh Besar ini bisa bertahan sebulan lebih, dan tidak akan basi. Masakan berbahan daging sapi, kambing atau kerbau ini telah di wariskan turun-temurun dan wajib ada di meja makan di hari Meugang. Cara membuat Sie Reuboh sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu lama, bumbu yang diperlukan tidak begitu banyak dan sederhana. Yang banyak digunakan adalah cabai, hal ini karena masyarakat Aceh sangat menyukai rasa pedas. Bagi Anda yang ingin membuat sendiri makanan khas Aceh Besar ini dirumah, Loveaceh.com akan membagikan resep Sie Reuboh asli Aceh Besar khusus untuk Anda. Berikut resep Sie Reuboh Aceh Besar dan cara membuat Sie Reuboh khas Aceh Besar. Resep Sie Reuboh Aceh Besar Bahan-bahan yang diperlukan: 250 gr daging, potong² 500 gr usus sapi/gapah, potong² ½ sdt cabai bubuk ½ sdt kunyit bubuk 2 cm lengkuas memarkan ½...
Loveaceh.com – Anda pencinta kuliner khas Nusantara dan suka keliling Indonesia untuk mencoba makanan Khas daerah tersebut? Dan terlebih lagi bila Anda suka masakan pedas dan asam, Anda patut berkunjung ke Aceh. Selain konflik dan Tsunami, Aceh terkenal dengan makanan khasnya yang terasa kuat akan bumbu dan rempahnya. Dan bila iya Anda menyukai masakan pedas dan asam, Aceh memiliki masakan khas yang memiliki rasa pedas dan asam yang berbeda dengan masakan daerah lain, namanya “Asam Keueng” (asam pedas). Sesuai dengan namanya, masakan ini memiliki rasa yang pedas dan asam yang sangat kuat dan kental. Jadi sangat berasa di lidah Anda. Masakan Asam Keueng atau Masam Keueng sangat terkenal di Aceh. Hampir semua rumah makan dan restoran menyajikan masakan khas Aceh ini. Selain itu, di setiap rumah warga, bila ditanya apakah pernah memasak Asam Keueng? Pasti semua ibu-ibu akan mengangguk kepala dan menjawab sering memasa...