Beberapa wilayah di Kota Sampit menyebutnya Gangan Ansem, namun lebih umum disebut Gangan Asam. Masakan tersebut merupakan perpaduan dari kekayaan sungai dan tanah Kalimantan. Di daerah ini, ikan lumrah dimasak berkuah, salah satunya dengan Gangan Ansem tersebut. Kebetulan, yang sedang digunakan ialah Ikan Lais. Masakan ini menggunakan Kembang Patikala yang juga dikenal sebagai Kecombrang dalam bahasa nasional. Etlingera Elatior nama biologi tumbuhan rempah ini. Bunga yang pohonnya mirip lengkuas itu mengandung karbohidrat, lemak, protein, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, dan seng yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Bunga yang juga banyak digunakan di daerah Sumatera, Jawa, dan Sulawesi tersebut memberikan aroma tersendiri dalam gangan. Wanginya seperti lengkuas namun lebih tajam. Saat mengunyahnya, ada sedikit rasa asam. Kelopak luar bunga ini biasanya sulit hancur, menyisakan ampas, tapi masih bisa ditelan. Bumbu-...
Bahan 2 ekor ikan gabus, ukurang sedang 150 gram kacang panjang 4 lembar daun kol 6 buah belimbing wuluh 1,5 liter santan dari 1 butir kelapa Haluskan 8 butir bawang merah 4 siung bawang putih 1 sdt terasi goreng 5 butir kemiri, sangrai 2 cm kunyit, sangrai 1 batang serai, ambil bagian putih, iris 3 sdt garam 1 sdt gula pasir Cara Membuat Bersihkan ikan gabus, potong-potong dan sisihkan. Potong-potong kacang panjang, kol, dan belimbing wuluh menurut selera. Sisihkan. Panaskan santan dan bumbu halus sambil sesekali diaduk sampai mendidih. Masukkan ikan gabus, kacang panjang, kol, dan belimbing wuluh. Masak dengan api kecil sampai ikan matang dan sayuran empuk. Angkat. Untuk 5 orang. Sumber: https://books.google.co.id/books?id=3_ImCpdwxgYC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
Bahan 500 gram ikan gabus segar (+-2 ekor) 1 sdt garam 1 butir jeruk nipis, ambil airnya 200 gram kelapa parut memanjang Haluskan 5 buah cabai merah keriting 8 butir bawang merah 2 cm jahe 2 cm lengkuas 1,5 sdt garam 1 sdt gula pasir Daun pisang untuk membungkus 1 genggam daun singkong rebus 1 daun genggam kenikir rebus empuk Cara Membuat Bersihkan ikan gabus, cuci bersih dan gurat-gurat badannya. Lumuri garam dan air jeruk nipis. Sisihkan. Sangrai kelapa parut sampai kering dan kecokelatan. Angkat, campur dengan bumbu halus. Bagi menjadi dua bagian. Lumuri setiap ikan gabus dengan satu bagian bumbu. Ambil 2 lembar daun pisang. Atur daun singkong, daun kenikir dan ikan gabus berbumbu. Bungkus dengan daun pisang, lalu lipat kedua ujungnya. Kukus selama 1 jam sampai harum dan matang. Angkat. Untuk 4 orang ...
Bahan 350 gram udang ukuran sedang 350 gram tempe 3 sdm minyak untuk menumis Haluskan 8 butir bawang merah 4 siung bawang putih 6 buah cabai merah keriting 2 sdt garam 1/2 sdt gula pasir 2 batang serai, memarkan 2 cm lengkuas, memarkan 750 ml santan dari 1/2 butir kelapa 75 gram daun pakis muda Cara Membuat Bersihkan udang, buang kepalanya. Sisihkan. Potong-potong tempe seukuran dadu. Sisihkan. Panaskan minyak, tumis bumbu halus, serai, dan lengkuas sampai harum dan matang. Masukkan udang, aduk-aduk sampai udang berubah warna. Tambahkan tempe, aduk rata. Tuangkan santan dan daun pakis, masak dengan api kecil sambil sesekali diaduk agar santan tidak pecah. Masak sampai semua bahan matang. Angkat, sajikan. Untuk 6 orang Sumber : https://books.google.co.id/books?id=3_ImCpdwxgYC&printsec=frontcover#v...
Perkataan Manyipet dalam bahasa Dayak Ngaju jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia berarti menyumpit. Dari nama tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan utama permainan ini adalah menyumpit, yakni suatu kepandaian membidikkan anak sumpitan (damek) ke suatu sasaran dengan menggunakan sebuah sumpitan. Permainan menyumpit sebagai suatu permainan guna melatih keterampilan biasanya dilakukan pada waktu siang hari. Latar Belakang sosial budaya Sumpitan adalah alat berburu dan alat perang yang dipunyai oleh orang dayak dari masa ke masa. Dalam lambang daerah kalimantan tengah juga disisipkan gambar sebuah sumpitan. Karna kedudukan yang penting dari sumpitan dalam kehidupan orang-orang dayak zaman dulu. Mandau, tameng, dan sumpitan merupakan seperangkat peralatan perang yang selalu dibawa para pendekar dayak kemanapun mereka pergi. Sumpitan merupakan senjata yang paling ditakuti lawan karna mempunyai kemampuan serang jarak jauh, yaitu bebrapa puluh meter dan d...
Hantu ini juga berasal dari daerah Kalimantan. Perwujudan hantu ini banyak yang bilang sih mirip perpaduan manusia dengan kambing. Jadi, bisa saja berwujud setengah manusia dan setengah kambing tapi bukan sate kambing. Dan ada juga yang bilang kalau pun berbadan manusia, hantu ini berkaki layaknya kambing dan memiliki rambut yang panjang. Selain itu, ia memiliki surai seperti kambing dengan berukuran panjang juga. Sebenarnya, hantu ini tidak mengganggu manusia, melainkan hantu ini suka menyelinap di kumpulan kambing-kambing yang sedang menyusu pada induknya dan ikut meminum susu dari induk kambing tersebut loh. Ah elah, mungkin dia haus cuy.. Sumber: http://www.kejadiananeh.com/2016/03/legenda-hantu-mengerikan-indonesia.html
Tawur dalam masyarakat Dayak Ngaju merupakan sebuah laku spiritual yang dilakukan oleh pemimpin adat dalam bentuk permohonan kepada sang pencipta. Dan karena permohonan atau doa ini dengan harapan dapat terkabulkan maka bahasa yang digunakan dalam ritual ini pun harus dengan menggunakan bahasa yang baku dan yang diyakini memiliki kekuatan tertentu. Maka dari itu bahasa yang digunakan adalah sebuah bahasa Dayak kuno yakni bahasa Sangen yang diyakini masyarakat setempat sebagai bahasa kesanghyangan (bahasa langit). Dengan bahasa yang baku dan memiliki kesakralan tertentu itulah maka diharapkan akan ada pemaknaan yang sama antara sang pemohon dan sang termohon yakni Tuhan selaku pengabul doa. Laku ritual tawur sendiri seperti makna etimologisnya yang berarti tabur atau menabur sesuatu maka pelaksanaannya pun tak jauh berbeda dengan makna etimologisnya yakni sebuah proses menabur sesuatu yang biasanya dengan media beras kuning yang dilakukan bers...
Raden Patah ( Jawa : ꦫꦢꦺꦤê§ê¦¦ê¦ ê¦ ) alias Jin Bun ( Hanzi : 鳿- , Pinyin : Jìn Wén ) bergelar Senapati Jimbun [1] atau Panembahan Jimbun [2] (lahir: Palembang , 1455 ; wafat: Demak , 1518 ) adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518. Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang , ia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat. [3] Nama tersebut identik dengan nama Arabnya "Fatah (Patah)" yang berarti kemenangan. Pada masa pemerintahannya Masjid Demak didirikan, dan kemudian ia dimakamkan di sana. Me...
Dipercaya oleh masyarkat Kalimantan Tengah bahwa di tepi sungai Kahayan dahulu hidup seorang bernama Dandan Kahayan dan istrinya. Pada saat sang istri mengandung anak kedua, seperti juga pada kehamilan pertama, sang istri mengidam babi hutan. Untuk memenuhi permintaan istrinya Dandan Kahayan pergi ke hutan untuk berburu diikuti anjing-anjingnya. Ketika di sampai di tepi lading, anjing-anjingnya mendahuluinya. Tiba-tiba matanya bertatapan dengan “Katungau Rajan Bawui”, yaitu seekor babi hutan yang berukuran besar, yang terbirit-birit lari karena dikejar anjing buruannya. Ilustrasi Dandan Kahayan dan anjingnya ketika berburu Katungau Rajan Bawui Ketika melihatnya, Dandan Kahayan melemparkan tombaknya kea rah babi itu. Babi itu ternyata tidak mati tetapi berlari dengan darah mengucur dari lukanya. Babi yang terluka itu berlari selama satu hari satu malam tanpa istirahat menuju hulu Sungai Kahayan, Malahui, Mambaruh, Saruyan, Katingan, dan akhirnya ke hulu...