Mahe Tumi adalah istilah dalam bahasa Baham mata (Iha) untuk menyebut tembakau negeri yaitu tembakau lokal yang diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat etnis Baham di Semenanjung Onim, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Cara mengkonsumsi yaitu ; Daun tembakau diiris-iris kemudian dikeringkan dengan cara dijemur, untuk mengkonsumsinya digunakan daun khusus yang dilinting sebagainya layaknya rokok. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=1542
Han adalah makanan tradisional etnis Baham, salah satu etnis yang mendiami semenanjung Onim, wilayah pemerintahan Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Han merupakan nama dari cara pengolahan sagu (makanan pokok lokal penduduk Papua), yaitu pengolahan sagu dengan cara dibakar dengan media daun ofin (sejenis daun pandan yang tumbuh di pantai). Cara Pengolahan: Cara/teknik pengolahan seperti ini sudah lama dilakukan oleh suku bangsa Baham, jauh sebelum penggunaan peralatan memasak dari tanah liat maupun dari logam. Dalam teknik pengolahan ini, tepung sagu yang masih basah/masih baru dibungkus dengan daun ofin kemudian dikaitkan dengan menggunakan lidi dan dibakar pada api, jika daun sudah tampak gosong dan sagu telah matang maka sagu telah dapat dimakan atau disimpan sebagai bekal untuk dimakan bersama lauk ikan atau sayur. Bagi masyarakat suku Bangsa Baham dan pada umumnya masyarakat Papua sagu merupakan makanan tradisional yang banyak dikelola dengan berbagai an...
Bru We adalah makanan tradisional orang Abun, dengan bahan dasar sagu dan pisang. Cara Pembuatan: Siapkan sagu dan pisang. Pisang yang digunakan adalah pisang masak. Kuliti pisang dan hancurkan hingga halus kemudian pulung menjadi bulat-bulat kecil. Siapkan bambu berukuran sedang dengan panjang sekitar satu meter. Sementara itu, siapkan perapian di tungku. Setelah semua bahan siap, masukkan sagu ke dalam bambu dan padatkan dengan cara memukul batang bambu. Masukkan pisang dan selingi lagi dengan sagu, lakukan berulang hingga bambu penuh. Tutup lubang bambu dengan daun pisang. Letakkan bambu diatas perapian, hingga benar-benar masak, sekitar 30 menit hingga satu jam Bru We, selain dikonsumsi untuk penganan sehari-hari juga dihidangkan pada saat pesta adat, sebagai hidangan utama. Fungsi sosial dari makanan tradisional ini adalah untuk mempererat rasa solidaritas, selain itu merupakan bagian dari pengetahuan tradisional dalam memanfaatkan alam sebagai sumber daya untuk me...
Brube adalah makanan tradisional masyarakat Abun yang berbahan dasar sagu. Cara membuat: Siapkan sagu / tepung sagu dan bambu. Buat api dalam tungku dan buatlah para-para di atas tungku tersebut. Masukkan sagu dalam bamboo sampai padat dan penuh. Bakar diatas para-para hingga bambu berubah warna kecoklatan. Setelah itu angkat dan dinginkan. Setelah dingin belah bambu dan brube siap untuk disantap. Brube biasanya dihidangkan pada saat pesta adat maupun konsumsi sendiri. Seperti makanan tradisional lainnya, brube terbuat dari sagu. Namun brube tidak mendapat tambahan apapun seperti daging atau pisang. Brube dikonsumsi sehari-hari dan juga disajikan pada saat ritual adat. Membuat brube dan makanan tradisional lain merupakan keahlian yang harus dimiliki kaum perempuan, untuk itu diajarkan sejak dini. Keahlian memasak dan mengolah makanan menjadi syarat khusus bagi perempuan yang hendak menikah. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newd...
Bambu diambil yang muda dan besar. Lalu dipotong, dibagi lagi 1 ruas untuk melihat luas ruang di dalam lubang bambu. Lalu bambu tersebut diisi dengan sayur dan ditutup dengan menggunakan sayur-sayuran yang tidak terpakai atau daun yang sudah tua. Selanjutnya bambu dibakar sampai berwarna hitam dan susut, tanda makanan sudah masak. Sayur yang sudah masak tersebut kemudian dikeluarkan dan dihidangkan Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3202
Niah Awiah adalah bahasa maybrat yang artinya masak keladi. Sebelum memasak keladi, masyarakat mengambil kulit pohon Aku atau gaharu, Panjang kulit Aku/gaharu yang dibutuhkan adalah 1 meter dan lebar 30 cm. Kulit kayu selanjutnya dilipat kedua sisinya hingga membentuk wadah empat persegi panjang dan dijepit dengan menggunakan bambu yang dibelah dua. Wadah yang sudah jadi itu, selanjutnya diisi air dan keladi.lalu ditaruh diatas para-para. Api harus tetap dijaga, agar keladi cepat matang dan siap dihidangkan. Dimasa lampau kegiatan memasak keladi (Niah Awiah ini) dilakukan ketika ada acara-acara kumpul keluarga, sehingga menambah keakraban keluarga dan lingkungan lainnya Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3203
Aof adalah makanan tradisional orang Maybrat yang disebut Papeda. Proses pembuatan papeda dimulai dengan membersihkan sagu, Sagu diberi air dan disaring. Sambil menunggu sagu mengendap, masak air panas. Setelah sagu mengendap, buang airnya dan tuangkan air panas ke dalam wadah tempat sagu, sambil di aduk, hingga mengental dan bening menjadi papeda. Di Papua, papeda menjadi makanan wajib, sekalipun pada acara-acara besar dan resmi, papeda tetap dihidangkan dengan ikan kuah, kangkung tumis dan lain sebagainya. Papeda membuat suasana menjadi akrab. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3204
Keladi yang sudah dicabut, kemudian di bersihkan. Setelah itu disiapkan tungku api untuk membakar keladi (keladi bete atau keladi isi satu). Selanjutnya keladi dirau ( dipanaskan dengan cara ditaruh diatas bara api hingga kering). Bila sudah kering, keladi lalu diisi dibawah abu panas kurang lebih setengah jam hingga satu jam. Bila keladi sudah masak, maka segera semua keladi dikeluarkan dari abu panas dan dibersihkan dengan cara dikikis hingga bersih lalu dihidangkan. Keladi bakar ini, biasa dihidangkan untuk acara pengucapan syukur dan acara-acara besar lainnya seperti peresmian gereja dan lain sebagainya, dengan menggunakan Pakul atau keranjang (Surah). Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3205
Sebelum memasak, terlebih dahulu harus disiapkan bambu sebagai wadah memasak. Bambu yang digunakan adalah bambu yang cukup umur, artinya tidak muda dan tidak terlalu tua agar bila dipakai memasak bambu tidak mudah rusak dan makanan matang dengan baik. Bambu yang telah dibersihkan dan dicuci kemudian dipotong salah satu ujungnya di bawah ruas/sekat bambu, sehingga ada lubang yang menjadi bagian atas wadah masak untuk memasukkan bahan yang akan dimasak. Lalu pada beberapa ruas dipotong dibawah sekatnya lagi sehingga menjadi dasar/alas tempat menaruh bahan makanan. Setelah bambu siap, daun keladi dimasukkan ke dalamnya kemudian ditutupi atau disumbat dengan daun-daun yang tersisa di bagian atasnya. Bambu kemudian diletakkan atau disandarkan miring diatas api dengan jarak kurang lebih 70 cm yang disanggah dengan kayu. Bila bambu sudah terlihat menyusut dan berwarna sedikit kecoklatan serta air tidak lagi keluar dari bagian atas bambu, itu berarti daun keladi yang dimasak dirasa telah cu...