Sejak dahulu kala, menelisik keunikan tradisi mandar, salah satunya tercermin pada kegemaran penduduknya yang bila berinteraksi dengan sesama, senang menggunakan perumpamaan ketika hendak menyampaikan keinginannya dan bahkan sering juga di lantunkan dalam acara kegiatan mappatammaq/to messawe. Yang dimana berupa sindiran – sindiran yang bisa membuat para setiap to messawe tersipu malu dengan mendengar lantunan kalindaqdaq. Kalindaqdaq ini terkadang bernuansa sebuah puisi, rayuan kepada wanita, dan bahkan terkadang juga berisikan motivasi atau semangat kepada pejuang ketika dalam masa masa perjuangan di jaman perebutan kekuasaan atau wilayah kerajaan para raja – raja di mandar. Sumber:https://orauros.blogspot.co.id/2016/05/tradisi-yang-ada-di-suku-mandar.html
Tradisi Sayyang Pattu'du atau "kuda menari" adalah tradisi syukuran terhadap anak-anak yang berhasil mengkhatamkan Alquran sebanyak 30 juz. Syukuran itu dilakukan dalam bentuk arakan keliling kampung dengan menggunakan seekor kuda yang menari di bawah lantunan irama para pengiringnya. Tradisi ini selain dipakai dalam rangkah khataman Alquran, juga bisa dijumpai pada acara pernikahan ( tokaweng ). Masyarakat Mandar meyakini khataman Alquran dan prosesi adat Sayyang Pattu’du punya pertalian erat. Bahkan, tidak sedikit orang Mandar yang berdiam di luar Sulawesi Barat rela datang kembali ke kampung halamannya demi mengikuti tradisi Sayyang Pattu'du . Sumber: https://news.okezone.com/read/2016/02/18/340/1315004/mengenal-lima-tradisi-unik-suku-mandar-di-sulawesi-barat?page=1
Perahu Sandeq merupakan simbol kehebatan maritim orang Mandar. Kehebatan para pelaut ulung tanah Mandar dibuktikan melalui pelayaran yang menggunakan perahu bercadik tersebut. Sandeq kerap digunakan untuk mencari nafkah sehari-hari di tengah luasnya lautan, bahkan laut terdalam sekalipun. Sejarah mencatat, Perahu Sandeq sanggup berlayar hingga ke Malaysia, Singapura, Jepang, Australia, Amerika Serikat bahkan hingga ke Madagaskar, Afrika Selatan. Sumber: https://news.okezone.com/read/2016/02/18/340/1315004/mengenal-lima-tradisi-unik-suku-mandar-di-sulawesi-barat?page=1
Manggasing adalah permainan yang menggunakan kayu yang telah dibentuk dengan model tertentu, dan kemudian diputar dengan menggunakan " kararrang (tali)", kemudian para pemain saling melempar gasing. Gasing sendiri adalah mainan yang terbuat dari kayu yang kuat serta halus, dibentuk sedemikian rupa dengan bagian atas permukaan rata dan bagian bawahnya memiliki permukaan runcing, hal ini agar gasing tersebut dapat dengan mudah berputar pada porosnya. Bahan favorit yang digunakan oleh orang-orang Mandar, biasanya adalah kayu yang diambil di hutan yang dikenal dengan nama "asambi" jenis kayu kuat dan sangat baik digunakan sebagai bahan untuk membuat gasing yang berkualitas. Ada berbagai macam bentuk gasing yang dibuat dan dimainkan di Majene atau di kalangan orang-orang Mandar, mulai dari yang berbentuk lonjong, bentuk oval seperti telur, atau gasing dengan bentuk biasa dengan ukuran yang lebih besar. Gasing diputar dengan bantuan tali yang disebut "arra-arrang" bahanny...
Mattingkoq adalah permainan sejenis petak umpet yang umumnya dimainkan di malam hari. Source: http://kompadansamandar.blogspot.co.id/2015/05/permainan-tradisional-gasing-masih.html
Makkalacang adalah permainan yang menggunakan kayu panjang ( berdiameter sekitar 20 cm) yang dilubangi (Kebanyakan 12 lubang) dan Batu (setiap lubang berisi 3 batu). kemudian setiap pemain bergantian mengisi lubang sampai mereka mendapatkan lubang yang berisi 4 biji batu. Maccangke adalah permainan dengan menggunakan tangkai kayu yang kira2 berdiameter 1 Cm (1 panjangnya sekitar 70 cm, dan satunya berukuran 15 cm). Source: http://kompadansamandar.blogspot.co.id/2015/05/permainan-tradisional-gasing-masih.html
Zaman Prasejarah Permulaan Generasi Pertama Manusia. Tersebutlah dalam kitab-kitab suci bangsa Timur Tengah bahwa Adam, yang dianggap sebagai manusia pertama dan Nabi pertama, mulai mengembangkan generasinya bersama Siti Hawa, Nenek Moyang Manusia yang ditemukan kembali setelah didamparkan di daerah India dari Surga. Generasi berikutnya mulai melahirkan beberapa kelompok Bangsa. Bangsa Semetik kemudian menurunkan Bangsa Arab dan Israel yang selalu berperang. Kabarnya perpecahan kedua bangsa ini dimulai sejak Nabi Ibrahim. Bangsa Syam yang kemudian dikenal sebagai ras Aryan, menurunkan Bangsa Yunani dan Roma yang menjadi cikal bakal Eropa (Hitler merupakan tokoh ras ini yang ingin memurnikan bangsa Aryan di samping Bangsa Braminik yang chauvinistic dan menjadi penguasa kasta tinggi di agama Hindu), Nordik, Patan, Kaukasian, Slavia, Persia (Iran) dan India Utara (semisal Punjabi, Kashmir dan Gujarat) berkulit putih serta bule-bule lain sebangsanya. Bangsa Negroid menurunkan bang...
"Allamungang Batu Di Luyo" adalah satu situs sejarah bentuk perjanjian yang saat ini masih dapat ditemui. Menurut sejarah dahulu dibuat oleh federasi 14 Kerajaan lokal di daerah Mandar pada sekitar abad XVII, yang terdiri dari dua bagian besar kelompok kerajaan yaitu, kerajaan di "Pitu Ulunna Salu" Tujuh Hulu Sungai dan "Pitu Baqbana Binanga" Tujuh Muara Sungai. Keempatbelas kerajaan ini (Pitu Baqbana Binanga) : Balanipa, Sendana, Banggae, Pamboang, Mamuju, Tappalang, dan Binuang dengan diwakili oleh "Tomepayung" Raja kerajaan Balanipa yang kedua (putra I Manyambungi "Todilaling"). (Pitu Ulunna Salu) : Tabulahan, Rantebulahan, Mambi, Aralle, Bambang, Matangnga, Tabang dan diwakili oleh "Londong Dehata". Berikut ini adalah isi perjanjian "Allamungan Batu Di Luyo" : Tallemi mannurunna pineneang (Jelaslah garis keturunan) Upasambulo-bulo ana appona di Pitu Ulunna Salu, Pitu Babana Binanga (Aku satukan anak cucu di Pitu Ulunna Salu, Pitu Babana Binanga) Nasa&rsqu...
Sayoang, daerah pegunungan yang berada dalam wilayah kecamatan Alu kabupaten Polewali Mandar, saat ini menjadi salah satu desa di kecamatan Alu bersama-sama dengan desa Alu, desa Kalumammang, desa Puppuring, desa Mombi dan kelurahan Petoosang. Wilayahnya yang berada jauh dari ibukota kecamatan dan letaknya yang cukup sulit dijangkau membuat Sayoang jarang disebutkan. Warga di desa Sayoang terkenal dengan komoditas penghasil gula aren terbaik di kecamatan Alu. Jika berbicara mengenai Sayoang zaman dahulu kala maka wilayah ini juga cukup terkenal dan berbatasan dengan wilayah kerajaan Alu. Sayoang memiliki Tomakaka, yang biasa disebut “Tomakaka Sayoang”, jauh sebelum munculnya istilah Maraqdia di wilayah Mandar maka sebelumnya dikenal Tomakaka, Tomakaka sendiri adalah orang yang dituakan dan dianggap sebagai pemimpin di wilayah tersebut. Entah mengapa tidak pernah didengar tentang “Maraqdia Sayoang” mungkin ini ada kaitannya dengan penaklukan kerajaan...