Pura Agung Jagatnatha merupakan pura yang paling besar di Kota Denpasar. Pura ini selain sebagai tempat sembahyang umat Hindu yang merupakan mayoritas di Bali, juga menjadi objek wisata sejarah-keagamaan para pengunjung. Pura Jagatnatha sendiri dibangun pada tahun 1953 dengan posisi menghadap ke barat, ke Gunung Agung, yang dipercaya sebagai istananya para Dewa. Pura Agung Jagatnatha merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Dilihat dari bentuknya pura ini berjenis Pura Penyungsungan Jagat dengan rancangan bangunan yang sangat indah dipenuhi dengan berbagai ornamen etnik dan relijius. Tepat di tengah pura ini ada menara yang menjulang tinggi yang dinamakan Padmasana. Padmasana sendiri merupakan bentuk bangunan yang bertingkat dibuat untuk singgasana atau istananya para Dewa. Padmasana pada pura ini terbuat dari batu karang putih, pada bagian menara terdapat ukiran wajah dan tangan Bhoma (anak bumi) yang dipercay...
Puri merupakan tempat istirahat atau tempat bermainnya para istri, selir maupun anak raja. Bangunan yang indah, unik dan membetahkan tentu akan selalu menjadi ciri khas dari puri-puri itu. Salah satu puri di Bali yang hingga saat ini masih lestari ialah Puri Jro Kuta. Puri ini merupakan peninggalan kerajaan kecil di Bali yang hebatnya sampai sekarang masih tetap terawat dan bersih. Puri Jro Kuta merupakan salah satu objek wisata budya di Bali yang didalamnya memiliki beberapa bangunan unik seperti ancak saji, semanggon, ranggu, sareng kangen, paeban, pemerajaan agung, dan pewaregan daren raja. Pura ini juga dilindungi oleh tembok yang tinggi yang dinamai denan Pekandelan sehingga dari luar sukar untuk melihat puri ini secara langsung. Puri Jro Kuta sendiri dibangun sekitar tahun 1808 dimana kala itu pemerintahan dipegang oleh Raja Ida Jro Kuta Kahuningan yang juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan sekaligus tempat tinggal keluarga raja. Masyarakat ya...
Tak seperti namanya Pura Gaduh yang berarti ramai, riang, jauh dari kesan sunyi, pura ini sebenarnya berada di kawasan Bali yang tenang dan hening meskipun keberadaannya tepat ada di sisi jalan utama. Pura Gaduh ini merupakan tempat ibadat warisan nenek moyang yang sampai kapanpun patut dilestarikan keberadaannya. Dalam setiap pura tentu tersimpan benda-benda bersejarah seperti arca, pelinggih, juga tentunya bangunan puranya itu sendiri. Pura Gaduh merupakan bagian dari Pura Kahyangan Jagat. Pura ini merupakan bagian dari satu kesatuan dari beberapa pura yang ada di lingkungan tersebut. Ada beberapa pura lainnya yang mendampingi diantaranya Gedong Puseh, Kuru Baya dan juga Pura Batur Sari. Letak Pura Gaduh sendiri berada di halaman barat Pura Puseh dan sebelah timurnya Kuru Bayu. Keunikan Pura Gaduh terletak pada keberadaan sebuah arca yang menyeramkan. Arca itu bernama Kepal Kebo Iwa yang memiliki perupaan mata yang melotot, kuping lebar, rambut yang g...
Arca itu bernama Kepal Kebo Iwa yang memiliki perupaan mata yang melotot, kuping lebar, rambut yang gimbal dan gigi taring yang menyembul keluar persis seperti buto ijo. Arca tersebut dipercaya oleh masyarakat sebagai perwujudan dari wajah Kebo Iwa yang memiliki nilai filosofi yang tinggi yakni perbuatan baik dan buruk selalu berasal dari kepala. Sumber: http://bali.panduanwisata.id/pura-hindu-bali/pura-gaduh-yang-tenang-dan-hening/
Pura Beji ini, konon, merupakan sebuah pura yang jarang terlewatkan dalam rute perjalanan wisata para wisatawan yang datang ke daerah ini. Pura ini dilihat dari sisi bangungannya, sebenarnya termasuk pura yang sederhana. Namun banyak yang mengakui bahwa keunikannya serta ciri yang khas hanya ditemui di Pura Beji ini. Pura ini adalah pura buat memuja Dewi Sri, Dewi Kesuburan. Tapi yang paling menonjol disini adalah ukirannya. Bisa dibilang hampir tidak ada ruang atau tempat yang lolos dari ukiran yang notabene adalah ukiran khas Buleleng. Apa Daya Tariknya? Sebagaimana diatas, lingkungan pura ini merupakan tempat untuk penyembahan Dewi Sri yang diyakni sebagai Dewa Kemakmuran. Bahkan nama Dewi Sri sangat erat kaitannya dengan dunia pertanian, khususnya tanaman padi sampai-sampai ada yang menyebut padi merupakan “penjelmaan” Dewi Sri. Lingkungan pura ini juga dikenal sebagai lingkungan Pura Subak untuk Desa Adat Sangsit, dimana seluruh bagian...
Ada tempat wisata yang menarik dan unik, serta berdaya magis, yakni Relief Yeh Pulu. Relief Yeh Pulu yang merupakan objek wisata sejarah berupa pahatan-pahatan kuno pada dinding bukit cadas. Relief ini memiliki panjang lebih kurang 25 meter dengan ketinggian sekitar 2 meter dan diperkirakan dibangun pada abad ke-14 atau ke-15. Pertama kali ditemukan oleh seorang punggawa Kerajaan Ubud pada tahun 1925. Asal-usul Nama Nama Yeh Pulu berasal dari dua kosakata yakni “Yeh” yang memiliki makna air dan “Pulu” yang bermakna gentong. Namun demikian, jika diamati antara nama Yeh Pulu dengan pahatan reliefnya sungguh tak ada kaitannya karena pahatan yang tercetak tersebut tidak sama sekali berbentuk gentong ataupun semacamnya. Diteliti lebih jauh lagi, nama Yeh Pulu diambil dari gentong yang berdiri tepat di tengah sumber air yang disucikan yang berada di sebelah barat relief. Relief Yeh Pulu paling tidak memiliki lima fragmen...
Di Bali banyak sekali terdapat pura tempat orang Hindu bersembahyang dan mendekatkan diri ke Sanghyang Widhi Wasa. Kini, di era modern sebuah pura tak lagi dianggap hanya sebagai lokasi peribadatan namun telah mengalami perluasan fungsi yang cukup signifikan: yang digunakan sebagai lokasi wisata juga. Masing-masing pura ini memiliki berbagai keunikannya tersendiri. Salah satunya ialah Pura Pengerobokan Kesiman yang memiliki konsepTri Mandala yakni Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Berbeda dengan pura lainnya, di Pengerobokan Kesiman ini diantara ketiga Nistanya tersebut tak ada tembok pemisah atau penyengker. Ketiganya tampak “akur” saling berdampingan. Balai Begongan Ada beberapa bangunan seperti Balai Begongan dan Bale Panjang yang biasanya ditempatkan di Madya Mandala, sementara di pura ini terlihat menyatu dengan Nista Mandala. Pada Utama Mandala terdapat tiga bangunan yakni Gedong Dalem, Gedong Pangerod, da...
Salah satu daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Gianyar adalah wisata budaya berwujud situs-situs peninggalan yang sudah berusia sampai belasan abad. Satu diantaranya adalah Gua Gajah yang berada di Banjar Gua, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh. Di kawasan ini, bisa ditemukan 2 (dua) kompleks peribadatan dari 2 (dua) agama. Letak 2 (dua) kompleks peribadatan ini saling berdampingan. Keberadaan dari keduanya menjadi bukti bahwa kerukunan di dalam beragama sudah ada di Nusantara sejak berabad-abad yang lalu. Gua Gajah sendiri merupakan kawasan yang menyimpan peninggalan arkeologi dari masa perkembangan agama Hindu dan Buddha di pulau Bali. Keberadaan situs ini pertama kali diketahui oleh seorang pejabat dari pemerintah Hindia – Belanda, yaitu L.C. Heyting, pada tahun 1923. Heyting di dalam laporannya menyebutkan adanya sebuah gua dengan dinding luarnya yang penuh ornamen pahatan. Gua berornamen inilah yang menjadi sumber penamaannya, yaitu Goa Gajah. Gua Gajah mempun...
Khazanah seni tari Bali memang tidak pernah sepi dari kreasi baru para senimannya. Kreasi-kreasi kontemporer ini berdampingan dengan tari-tari klasik yang tetap lestari dalam tradisi masyarakat Bali. Sebagian di antaranya menghilang seiring perjalanan waktu, tapi ada pula yang tetap lestari dan diterima masyarakat sebagai salah satu kekayaan budaya yang harus dipertahankan. Tari cilinaya merupakan satu dari sedikit tari kreasi tersebut yang tetap bertahan dalam jangka waktu hampir dua puluh tahun. Tari cilinaya diciptakan oleh I Wayan Dibia, salah seorang maestro tari tradisional Bali pada tahun 1986. Tari ini awalnya diciptakan untuk dipentaskan oleh Sekaa Gong Patra Kencana Singapadu, Gianyar. Gagasan lahirnya tari ini terinspirasi dari ornamen cili. Cili merupakan salah satu ornamen khas dalam busana para penari ini. Cili berupa sehelai kain panjang dengan ujung yang melancip dengan motif yang berwarna-warni. Cili yang menjadi bagian busana para penari melambangkan k...