Pada suatu hari datanglah Bikuku menemui Bita Nahak dengan maksud mengajaknya untuk pergi melihat tarian tebe chere, tebe kailaku. Mendengar hal ini Bita Nahak bertanya, "Di mana tempatnya yang akan mereka tuju. Dijawab oleh Bikaku, -“Di istana raja Lakuleik”. Bita Nahak bertanya lagi “Apakah di sana akan ada banyak tarian dan lagu yang akan disuguhkanl”. "Banyak’’, jawab Bikuku. Karena di sana sedang lagi mengadakan pesta. “Baiklah”, kata Bita Nahak. “Sekarang marilah kita berangkat”. Setelah berjalan beberapa saat tibalah mereka di sebuah istana. Tiba-tiba mereka mendengar kokok ayam hutan diikuti dengan bunyi suara yang berkata, “Bita Nahak, nona Bita Nahak engkau akan pergi jauh meninggalkan ibumu dan ayahmu”. Mendengar ini Bita Nahak bersern kepada Bikuku, katanya, “Adakah engkau mendengar kokok ayam hutan dengan diiukti bunyi suara, Bita Nahak - Bita Nahak, engkau akan pergi jauh meninggalkan ibumu dan ayahmu?”. Jawab Bikuku, “Ah tidak usah engkau menghiraukan atau p...
Ada tujuh orang bersaudara pergi menjaga Fahi Brutu Ratak (babi yang bernama Brutu Ratak) di kebun. Babi itu biasa merusakkan tanaman-tanaman di kebun. Mereka tidak berangkat bersama-sama. Keenam orang yang berangkat lebih dahulu tidak dadapat membunuh babi itu. Barulah Mane ikun yang pergi kemudian berhasil membunuh babi tersebut. Karena dilukai babi itu mulai melarikan diri bersama kedua anaknya. Anaknya yang pertama lari menuju arah matahari terbenam dan yang lain melarikan diri ke arah matahari terbit bersama dengan induknya. Selama pelarian itu Brutu Ratak melewati beberapa tempat antara lain: Maubesi-we kto, Tahan-ama-nan falus, Metamauk Weluli dan terus ke Dabus. Di Debus ia masuk debum (kubang) sehingga tempat ini orang namakan Debus hingga saat ini. Di Debut ia terus melarikan diri menuju Ramea. Di sini darahnya semakin banyak keluar dan tersiram sehingga tempat ini disebut orang Ramea hingga sekarang. Dari Ramea ia lari menuju Fahi dan meninggal di tempat ini, sehi...
PERS WARISAN BUDAYA NUSANTARA – REDAKSI NTT Oleh : Aurelius Do’o – Mengenang Pesan Ayahanda Tercinta, Alm. Fransiskus Lando. Nida adalah Nama dari sebuah Suku besar yang hidup dalam Wilayah Kecamatan Detukeli, di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kilas rangkuman ini membatasi penguraian tulisan tentang apa dan siapa itu Nida. Ini hanya menukik sebuah kisah. Manusia Menjelma Menjadi Padi dalam Tradisi Kepercayaan Adat Budaya Nida yang hidup di Pulau Flores sampai saat ini dan selama-lama nya. Tulisan ini dimuat sebagai rangkuman wawancara tunggal nara sumber salah satu Tokoh Adat Nida, Fransiskus Lando, guna diteruskan kepada segenap generasi, untuk Poestaka Baca Budaya – Bagi satu generasi ke generasi lain. Semasa hidup, Franssiskus Lando mengungkapkan, rangkuman INE PARE NIDA dalam perjalanan penggalian oleh dirinya selaku generasi adat, mulai serius digarap sejak Tahun 1963. Sejumlah Tokoh Adat dan beberapa Mosalaki Besar di wilayah Lio Utara diak...
Mitos lahirnya Nua Ende dapat ditelusur melalui unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende “ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende. Walaupun cerita ini tidak terperinci namun setidaknya dapat menjadi gambaran awal untuk mengkaji asal-usul orang Nua Ende di Flores, NTT. Diceritakan tahun 1872, kira-kira sepuluh turunan lalu, sudah turun dua orang dari langit yang bernama Ambu Roru (lelaki) dan Ambu Mo` do (wanita). Mereka kemudian kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita dan dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi sementara empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do di Ende. Pada suatu hari, para nelayan asing yakni Borokanda, Rako Madange dan Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena untuk menangkap ikan. Mereka mendapat banyak ikan yang separuhnya mereka makan ditempat dan yang sisanya akan dibawa ke rum...
Permainan Rangku Alu merupakan salah satu dari banyaknya permainan tradisional yang ada di Indonesia. Permainan Rangku Alu ini adalah permainan tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Timur atau NTT. Masyarakat Manggarai dahulu memainkan permainan ini untuk merayakan hasil panen baik perkebunan maupun pertanian yang merupakan sebuah bentuk rasa syukur (Ajim, 2016). Permainan ini tidak hanya dimainkan oleh anak-anak saja namun juga segala kalangan usia. Permainan Rangku Alu ialah bentuk permainan yang sudah diwariskan secara turun temurun dan sudah ada sejak zaman dahulu, permainan ini dapat mengasah kemampuan otak agar dapat berkonsentrasi dengan baik, mengatur strategi dan kelincahan, meningkatkan sikap sportivitas, dan melatih ketangkasan jasmani. Alat yang dibutuhkan untuk memainkan permainan Rangku Alu ini sangatlah sederhana yaitu hanya membutuhkan 4 buah bambu dengan panjang kurang lebih 2 meter. Cara bermain permainan Rangku Alu ialah sebagai berikut : Permainan mem...
Ternyata Kuntilanak tidak hanya terkenal di Pulau Jawa saja, Kuntilanak juga ada di luar Pulau Jawa, yaitu di NTT (Nusa Tenggara Timur) tepatnya di Kota Kupang, namun berbeda nama. Jika di tanah Jawa disebut Kuntilanak, di Kupang disebut Buntianak atau Kuturui. Menurut mitos di Kupang, Buntianak ada jika ada ibu hamil yang meninggal. Jadi sang Ibu belum melahirkan anaknya, biasanya untuk mencegah munculnya Buntianak, sebelum makam ibu hamil itu ditutup, diberilah sebuah telur yang diletakkan di ketiak mayat. Hal ini dipercaya untuk mencegah mayat menjadi Buntianak, karena jika ada telur yang diletakkan di sana, bisa membuat Buntianak takut untuk terbang dan menakut-nakuti orang, jika Ia terbang maka telur itu akan pecah. Berdasarkan kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa, Kuntilanak tidak akan mengganggu wanita hamil bila wanita tersebut selalu membawa paku, pisau, dan gunting bila bepergian ke mana saja. Hal ini menyebabkan seringnya ditemui kebiasaan meletakkan gunting, jarum, atau...
Oras Loro Malirin Oras loro malirin, Teu tanis Lakateu tanis, tanis naak nian ina, ro sina sa'e ro sina. Taka sela ba kuda, lun turu Bete lun turu, Bete keta lun turu, mai kikar ba mai kikar. Ohin kalan sei rani, ai ida mutu ai ida, awan emi ain tasi, ain tasi ami ain foho. Artinya: Waktu surya terbenam, anak merpati menangis, menangisi induknya yang pergi dengan kapal. Pasang pelana kuda, air mata putri bercucuran, janganlah putri menangis, ku pergi akan kembali. Malam ini masih hinggap, bersama di satu dahan, besok kalian ke laut, kami akan ke gunung.
Benteng Kota Mutin Benteng Kota Mutin merupakan sebuah benteng tua yang terletak dilereng gunung Lakaan, tepatnya di kawasan desa Lakanmau Kecamatan Lasiolat Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur. Benteng tersebut diperkirakan dibangun pada masa penjajahan Belanda atau Portugis, namun hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Menurut tulisan dalam blogger milik Pater Publius Meinrad Buru Berek, SVD seorang pastor asal Fatubesi, Lahurus Kecamatan Lasiolat Kabupaten Belu, yang berjudul Informasi Mengenai Benteng Kota Mutin di Lereng Gunung Lakaan , yaitu: INFORMASI` MENGENAI BENTENG KOTA MUTIN DI LERENG GUNUNG LAKAAN(di dekat Lahurus, Kabupaten Belu, Timor Barat-Indonesia) Di atas bukit Kota Mutin (di lereng Gunung Lakaan) masih terdapat sisa-sisa dari satu benteng dengan dua buah meriam. Penduduk di sekitar daerah itu mengenalnya dengan nama „benteng Kota Mutin“. Bukit itu juga disebut „kota Mutin Ren“ dalam bahasa tetun, yang berarti „bukit tempat perkampungan orang kulit putih“....
Tari Likurai Tari Likurai merupakan tarian tradisonal Masyarakat Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka Tari likurai digunakan sebagai simbol penghormatan kepada tamu Negara atau Turis yang datang ke Belu dan Malaka atau menyambut para pejuang yang pulang dari medan peperangan. Tari Likurai biasa dilaksanakan pada saat panen raya sebagai wujud rasa syukur. Penari harus menggunakan kain tenun ikat khas Kabupaten Belu dan Malaka dengan membunyikan alat musik sejenis kendang. Yang terdaftar resmi sebagai Warisan Budaya Takbenda adalah "Tarian Likurai", bukan "Tari Likurai".Tahun 2017 menjadi tahun perdana diadakan tarian likurai masal dengan peserta 6500 penari dan dihadiri Kementerian Dalam Negeri, bahkan peserta penari ada yang berasal dari Negara Timor Leste. Untuk bisa mengetahui lebih lengkap tentang Tari Likurai bapak/ibu saudara/i dapat mengakses pada skripsi yang ditulis oleh saudara Fideli Pakalis Klau mahasiswa Universitas Sanata Dharma Tahun 2020 dengan judu...