Upacara Tanam Sasi atau Ritual Sasi dilakukan dengan tujuan untuk menjaga sumber daya alam di daerah setempat. Sasi merupakan kayu yang dililit dengan janur kelapa . Tanam Sasi dapat dikatakan sebagai bentuk komitmen dan rasa bertanggung jawab Masyarakat Marin Kanume dalam menjaga alam mereka (hidup mengandalkan alam). Masyarakat Marin Kanume melakukan Sasi di wilayah hutan yang mulai gundul. Ketika suatu wilayah sudah di Sasi, artinya mereka tidak boleh memgambil dan tidak boleh berburu diwilayah tersebut selama tiga tahun . Tidak boleh ada aktivitas, baik penebangan atau perburuan secara tradisional maupun modern (termasuk dilarangnya pemakaian senjata api, kendaraan bermotor, dan sebagainya). Bagi setiap yang melanggar, akan diberikan sanksi adat yaitu sejumlah Daun Wati (Daun Adat) dan Babi (akan diserahkan kepada aparat hukum jika pelanggar tidak mampu membayar secara adat). Melakukan Sasi dapat dengan cara menjadikannya anak busur dan kemudian dilemparkan...
lagu E Mambo Simbo menceritakan tentang suka cita pertemuan seorang ayah dengan anaknya. Lagu ini berkisah tentang seorang ayah yang kehilangan anaknya bernama Mambo. Sang ayah keluar masuk kampung mencari sang anak hingga menemukannya di tengah hutan. Pertemuan ini kemudian dirayakan penuh suka cita dengan menari dan bernyanyi. Ketika mendengar lagu E Mambo Simbo, seoalah menarik kita untuk bangkit ikut lebur dalam suasana kegembiraan. Mambo yaya yaya yaya e, e mambo yaya e... Lirik lagu E Mambo Simbo; E Mambo simbo e E Mambo simbo.. Mambo mambo e E Mambo simbo e E Mambo simbo Mambo mambo e Mambo yaya yaya yaya e e Mambo yaya e Mambo yaya yaya yaya e e Mambo yaya e
Wilayah adat La Pago terdiri dari kabupaten-kabupaten yang ada di wilayah pegunungan tengah sisi timur, yaitu Kabupaten Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Lanny Jaya, Tolikara, Nduga, Puncak Jaya, Yalimo, Yahukimo, Membramo Tengah dan Kabupaten Puncak. Secara umum kabupaten yang ada di wilayah La Pago adalah kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten induk yaitu Kabupaten Jayawijaya. Wilayah La Pago membawahi kurang lebih 19 Suku seperti Dani, Dem, Ndugwa, Ngalik, Ngalum, Nimbora, Pesekhem, Pyu, Una, Uria, Himanggona, Karfasia, Korapan, Kupel, Timorini,Wanam, Biksi, Momuna, Murop, Sela Sarmi. Sebagai kabupaten yang berasal dari induk yang sama, maka secara umum kabupaten yang ada di wilayah La Pago ini mempunyai topologi yang sama. Pegunungan Tengah (Central Ranges) Papua merupakan jalur pegunungan lipatan dan sesar paling tinggi di Indonesia dengan gunung-gunungnya menjadi puncak-puncak tertinggi di Indonesia, yaitu: Puncak Jaya 5030 mdpl, Puncak Trikora 4730 mdpl, Puncak Yamin 4595 mdpl,...
Salah satu buah yang tumbuh liar di hutan Papua tapi biasa dimakan oleh Masyarakat. Buah ini dapat dimakan isinya jika warna kulitnya sudah bewarna hitam. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon lengkuas tapi dapat dibedakan dari batangnya. Buah ini dipecay adapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS
aun gatal adalah tumbuhan alam hutan asli Papua dari famili Urticaceae yang memiliki bulu atau duri halus di permukaan daun. Daun gatal adalah obat yang mujarab dan dipercaya dapat menyembuhkan beberapa gangguan kesehatan, seperti pegal-pegal, kurang enak badan, nyeri, sakit perut, sakit kepala, dan masih banyak lagi. Keunikan daun gatal jika digosok akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit, akan tetapi ketika selesai digunakan pada badan maka lelah akan hilang dan badan kembali segar. https://lifestyle.okezone.com/read/2017/12/01/481/1823727/daun-gatal-papua-obat-mujarab-penghilang-pegal-seketika
Alkisah pada masa silam di Papua, hiduplah seorang laki laki bernama Woiram dan istrinya Bonadebu. Mereka penghuni kampung Merem. Woiram tak tinggal serumah dengan istrinya. Hal itu dilakukannya karena tujuan Woiram menikahi Bonadebu hanyalah untuk menjaga harga dirinya sebagai seorang lelaki. Woiram sama sekali tak ingin memiliki anak dari perkawinannya. Rumah tangga yang dilalui Woiram dan Bonadebu yang semula harmonis, lama lama terasa hambar. Sebagai seorang wanita normal, tentu saja Bonadebu ingin memiliki anak. Hari demi hari berlalu, keinginan Bonadebu tak ditanggapi sedikitpun oleh Woiram. Ia tak tergugah sama sekali untuk memenuhi keinginan istrinya. Kejenuhan melakukan kegiatan sehari hari membuat Woiram merasa lelah. Ia ingin sekali mencari suasana baru. Tak disangka keinginan memiliki seorang anak mulai terbersit di hati Woiram. Keinginan itu makin lama makin kuat. Namun demikian Woiram malu untuk mengutarakan keinginannya itu pada Bonadebu. Setiap malam ia hanya b...
Matahari baru saja turun dari peraduannya. Udara pagi menyebarkan kesegaran kepada setiap insan yang baru saja terbangun dari lelap tidur malam. Kicauan beraneka burung di atas pohon matoa menambah semarak pagi yang begitu indah dan damai. Tuhan Yang Mahaagung senantiasa membagikan rahmat tanpa henti-hentinya bagi hamba-Nya. Syahdan, sekelompok manusia sedang mengadakan pelayaran dari Negeri Matahari Terbit (Papua New Guini). Pelayaran ini dipimpin oleh seorang lelaki yang gagah berani. Mereka adalah pelaut-pelaut ulung. Laut adalah rumah kedua baginya. Ketangguhan, keperkasaan, dan keberanian orang-orang ini adalah hasil tempaan alam. Perahu semang yang ditumpangi cukup kokoh untuk membawa para pengembara ini mengarungi lautan. Angin berhembus melajukan perahu mereka dengan lancar. Ikan-ikan di laut kaget dan berloncatan di depan perahu. Burung camar melayang bebas di angkasa. Lima puluh meter dari kapal ikan lumba-lumba berlompatan seolah memberi arah. Para pengembara yang ada d...
Suku Kokoda merupakan usku lokal yang terletak di wilayah Provinsi Papua Barat. Pemukiman Suku Kokoda tersebar di dua lokasi besar, yaitu di Kelurahan Klasabi, Distrik ManKota Sorong dan daerah IMEKO (Inanuatan, Matemani, Kais, dan Kokoda). Suku Kokoda yang tinggal di Kota Sorong umumnya sudah mulai mengenal penggunaan teknologi, mengingat lokasi perkampungan mereka juga bersebalahan dengan lapangan terbang DEO, Kota Sorong. Sementara itu, Suku Kokoda yang tinggal di daerah IMEKO masih hidup dengan cara tradisional, seperti menokok sagu dan mencari ikan di dalam sungai atau kali dengan menggunakan alat berupa tangguh ayang yang dianyam dari pelepah sagu. Letak perkampungan itu sendiri sangat sulit dijangkau, baik dijangkau melalui jalur laut, darat, dan udara. Secara geografis, mereka merasakan dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Ketika musim panas tiba, Suku Kokoda akan mengalami kekurangan air. Namun demikian, mereka akan menggali sumur sedalam mungkin sampai kemudian mene...