Ukuran : P. 250 cm L : 115 cm t : 207 cm Bahan terbuat dari kayu berbentuk kotak terbuka,alat berupa palang-palang kayu dan tengahnya terbuka.Sisi kiri kanan dan belakang berupa tiang-tiang dan palang kayu,sisi depan seolah-olah gerbang masuk,gerbang tengah berbentuk lengkung dihiasai terawangan motif bunga,daun dan hiasan pinggir bermotif ular dan spiral.Diantara motif diletakan kayu pipih berhias motif-motif geometris,gerbang kanan dan kiri dibentuk daun pintu tertutup dan tiang berukir motif bunga dan geometris.Diatas gerbang dipasang palang papan berukir motif pilin besar menyapit topeng laki-laki.Ranjang ini berkaki empat berupa balok-balok kayu yang dipasang pada ujung/sudut atas.Dua kaki depan diukir motif pilin-pilin dan awan
Ukuran : P : 0 cm L : 0 cm Tb : 0 cm T : 10 cm B : 0 cm D : 8 cm Asal : Bandung Bahan terbuat dari kayu albasiah, berbentuk bulat meruncing ke bawah diberi pakas besi ( paku sebagai kaki ), pada bagian puncak terdapat hulu ( kepala ) bulat panjang berfungsi untuk melilitkan tali. Hiasan pada badan gasing berupa sogatan dan ban berwarna ungu dan pink yang sudah aus melingkar. Gasing merupakan peralatan permainan tradisional anak laki-laki. Persebaran permainan ini kini sudah langka beredar permainan prodak pabrik dari luar. Gasing termasuk permainan ketangkasan / keterampilan karena dalam permainan ini untuk memutarkan panggal cara memutarkan gasing adalah sebagai berikut: Tali sepanjang 1 meter dililitkan pada bagian hulu panggal dan bagian ujung tali yang tersisa dijepit antara jari telunjuk dan tengah sedangkan bagian badan gasingdalam berada dalam genggaman tangan. Kemudian panggal dilemparkan ke tanah / lantai dengan tetap menahan ujungtali dalam jepitan mak saat...
Beraksara cacarakan, bahasa Jawa.Teks ditulis hanya pada satu muka, sebanyak 4 baris, jarak antara baris 0,6 cm. Teknik penulisan dengan cara digoreskan menggunakan ujung pahat. Berisi pesan yang ditunjukan kepada sembah dalem Adipati Kusumahdinata dan Rd. Rongga Pingitan Adipati dukuh Wanasigra, agar jangan terjadi perang saudara kepada Adipati Kusumahdinata berpesan agar tidak melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan, sedangkan kepada Adipati dukuh Wanasigra berpesan agar mengalah supaya tidak terjadi persengketaan diantara saudara sekandung. Penulis meminta maaf karena telah berani memberi nasehat kepada Adipati Kusumahdinata
Keadaan naskah cukup baik, lengkap, jelas, dan masih dapat dibaca. Naskah ini berukuran 17 x 11 cm dengan ukuran ruang rulisan 13x8 cm, jumlah baris per halaman 11 baris ditulis di atas kertas Eropa berwarna putih kecokelatan. Naskah ini teksnya berbentuk puisi, tembang pupuh yang diawali dengan Pupuh Kinanti, dan ditulis dengan tinta berwarna hitam dan merah. Naskah ini berasal dari Cirebon IsiKandungan Naskah Teks naskah Babulhak Nyimas Gandasari berisi tentang perjuangan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan agama Islam di Jawa Barat sampai mendirikan kerajaan Islam di Cirebon yang dipimpin olehnya. Sunan Gunung Jati adalah raja yang arif dan bijaksana sehingga kuwu-kuwu di wilayah Cirebon tunduk dan patuh kepadanya kecuali Palimanan. Salah satu wilayah Kerajaan Cirebon adalah Panguragan, dipimpin oleh seorang wanita cantik bernama Nyimas Gandasari, meski sudah dikalahkan oleh raja dari Syam dia belum bersedia untuk menikah sehingga Sunan Gunung Jati menyarankan agar m...
Keadaan naskah cukup baik, masih dapat dibaca. Naskah ini berukuran 14 X 20,4 cm dengan ukuran raang tulisan 12,5 x 17,5 cm dan 12 x 19 cm, jumlah bans per halaman 12 baris dan antara 25-28 baris, serta jarak antarbaris 1,3 dan 0,5 cm sehingga berdasarkan ukuran ruang tulisan naskah ini sebagian ditulis rapat dan renggang. Naskah ini teksnya berbentuk puisi, ditulis dengan tinta berwarna hitam penomoran terdapat pada pias atas tengah, dan naskah berasal dari Majalengka. IsiKandungan Naskah Naskah Wawacan Carbon merupakan sebuah naskah yang berisi karya sastra sejarah atau bisa disebut juga babad, karena dilihat dari isi kandungan ceritanya naskah Wawacan Carbon mengisahkan tentang Susuhunan Jati (sejarah tentang Sunan Gunung Jati) dan keturunannya. Amanat beliau, Sunan Gunung Jati, sebelum wafat kepada anak-cucunya agar senantiasa berbuat kebajikan. Selain itu, digambarkan pula hubungan antara tiga kerajaan yang terjalin karena adanya pernikahan di antara ketiga kerajaan terseb...
Kerajaan Dayeuh Manggung Masanggrahan adalah sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh raja bernama Prabu Panggung Keraton. Meski kecil namun kerajaan ini sangat makmur dan rakyatnya terjamin kesejahteraannya. Sang prabu memiliki seorang adik perempuan yang sangat cantik bernama Putri Rarang Purbaratna. Masyarakat Dayeuh Manggung meyakini bahwa Putri mereka adalah titisan bidadari karena Putri Rarang Purbaratna memiliki paras yang sangat jelita. Kecantikannya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Rambutnya sehitam malam dan panjang bak mayang terurai. Tubuhnya tinggi semampai dan dipercantik dengan kulit yang seperti mutiara. Matanya bening dan selalu berbinar seperti bintang. Alisnya hitam melengkung seperti busur. Hidungnya mancung dan bibirnya semerah delima. Kecantikannya semakin sempurna dengan sikap sang putri yang baik hati dan selalu menebar senyumnya yang menawan. Namun prabu Panggung Keraton sangat khawatir karena hingga usianya yang sudah menginjak remaja, putri Raran...
Siapa tidak mengenal Putri Kandita? Masyarakat Jawa Barat mengenal putri Prabu Siliwangi penguasa Kerajaan Pakuan Pajajaran mengenalnya sebagai putri yang berwajah cantik dengan sifat arif dan bijaksana. Sifat-sifat istimewa inilah yang membuat Prabu Siliwangi menyayanginya, bahkan mencalonkannya sebagai penerus takhta kerajaan. Rupanya, perlakuan istimewa Prabu Siliwangi terhadap Putri Kandita memunculkan kecemburuan (iri hati) dari para selir dan para putri Prabu Siliwangi lainnya. Mereka pun bersekongkol menyingkirkan Putri Kandita. Sebagai tokoh yang mempengaruhi sejarah Jawa Barat, tentu banyak cerita rakyat Indonesia yang berkembang dari tokoh Putri Kandita, karena mendasarkan pada tradisi lisan. Cerita rakyat Indonesia ini mengingatkan saya sosok Nyi Roro Kidul, yang bersemayam di Laut Selatan Jawa. Bagaimana nasib Putri Kandita? Ikuti saja dalam cerita rakyat yang berjudul Putri Kandita ini sendiri. ***  ...
Dalam struktur pertunjukan topeng Cirebon “Panca Wanda”, kedok tersebut biasa ditarikan urutan Kedua (hingga disebut juga “Pamindo”). Topeng ini mewakili karakter yang menggambarkan kelincahan anak-anak yang juga berarti rasa ingin tahu dan sikap yang terburu-buru. Kedok, istilah yang dipakai untuk topeng Cirebon, pada umumnya terbuat dari kayu Jaran atau kayu kuda (dolichandrone spathacea). Jenis Kayu ini banyak ditemukan di kebun, sawah, pinggir jalan, hingga kuburan. Kayu jaran bersifat agak lunak namun tahan rayap. Cara memakainya dengan digigit. Di belakang wajah kedok bagian bawah, sejajar dengan bagian bibir bawah kedok, terdapat cangkem (lidah kedok), yang terbuat dari rautan bambu, kayu, atau kulit sepanjang kurang lebih dua centimeter. Bagian inilah yang digigit penari. Kata Samba, berarti “sami’un basirun” yang berarti melihat hanya yang terlihat, boleh mendengar apa yang seharusnya didengar. Pendapat...
Di tengah kehidupan masyarakat Purwagaluh yang hanya menggantungkan sumber makanan dari hasil buruan, kehidupan berubah menjadi neraka ketika hutan tak lagi menyediakan binatang untuk diburu. Tanah kering kerontang dan sungai tidak lagi menyisakan air yang memberi kehidupan pada hewan dan tumbuhan. Purwagaluh adalah satu wilayah yang tengah mengalami bencana kekeringan terparah. Sadana, Adikara, dan Dewi Sri, tiga orang yang ditugaskan mencari jalan keluar untuk membebaskan warga dari kesulitan dan memperbaiki kehidupan Purwagaluh secara keseluruhan. Namun dalam perjalanan tugas yang pertama pun mereka sudah menemukan kesulitan yang datang dari musuh bebuyutan mereka sejak kecil. Demi mendapatkan Adikara yang dicintainya sejak kecil, Nuridami tak pernah berhenti mengejar dan menghalalkan segala cara dengan memanfaatkan kesaktian sang nenek, Nyi Ulo juga kakaknya Sapigumarang dan Singasatru. Dalam satu pertarungan, Dewi Sri yang menyamar...