Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog. Angklung Udjo merupakan angklung inovatif. Menurut pimpinan Saung Angklung Udjo Ngalagena, Taufik Hidayat Udjo, angklung juga bisa mengiringi fashion show ataupun kegiatan lainnya. Hal ini merupakan inovasi yang dimiliki anak negeri sendiri. Supaya bertahan, maka harus mempertahankan inovasi dan menciptakan inovasi-inovasi yang baru dan terbaru. Angklung dalam sentuhan modern, ungkapnya, bisa mengiringi berbagai macam lagu seperti pop ataupun dangdut. Ia juga mengatakan bahwa angklung bukan sekadar musik bambu. Ia penuh dengan nilai-nilai pendidikan. Musik bukan tujuan akhir, justru proses bermain...
Di daerah Urung Galuh Simale ada sepasang suami istri, yaitu Ginting Mergana dan Beru Sembiring. Mereka hidup bertani dan dalam kesusahan. Anak mereka hanya seorang, anak wanita, yang bernama Beru Ginting Sope Mbelin. Untuk memperbaiki kehidupan keluarga maka Ginting Mergana mendirikan perjudian yaitu "judi rampah" dan dia mengutip cukai dari para penjudi untuk mendapatkan uang. Lama kelamaan upayanya ini memang berhasil. Keberhasilan Ginting Mergana ini menimbulkan cemburu adik kandungnya sendiri. Adik kandungnya ini justru meracuni Ginting Mergana sehingga sakit keras. Akhirnya meninggal dunia. Melaratlah hidup Beru Ginting Sope Mbelin bersama Beru Sembiring. Empat hari setelah kematian Ginting Mergana, menyusul pula beru Sembiring meninggal. Maka jadilah Beru Ginting sope Mbelin benar-benar anak yatim piatu, tiada berayah tiada beribu. Beru Ginting Sope Mbelin pun tinggal dan hidup bersama pakcik dan makciknya. Anak ini diperlakukan dengan sangat kejam, selalu di...
Legenda Lau Kawar merupakan sebuah legenda yang berkembang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki wilayah seluas 2.127,25 km2 ini terletak di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan, Sumatera Utara. Oleh karena daerahnya terletak di dataran tinggi, sehingga kabupetan ini dijuluki Taneh Karo Simalem. Kabupaten ini memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17C dan tanah yang subur. Maka tidak heran, jika daerah ini sangat kaya dengan keindahan alamnya. Salah satunya adalah keindahan Danau Lau Kawar, yang terletak di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Air yang bening dan tenang, serta bunga-bunga anggrek yang indah, yang mengelilingi danau ini menjadi pesona alam yang mengagumkan. Menurut masyarakat setempat, sebelum terbentuk menjadi sebuah danau yang indah, Danau Lau Kawar adalah sebuah desa yang bernama ‘Kawar’. Dahulu, daerah tersebut merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Mata pencaharian utama penduduknya...
Deskripsi : Tari ini mennggambarkan suasana kehidupan masyarakat Minahasa yang selalu hidup rukun bekerja secara gotong royong, lincah dan enerjik yang diadaptasi dari kehidupan burung Pisok, yang hidup di Tanah Minahasa. Kontributor Youtube : jimipinangkaan
Kampuang nan jauh di mato Gunuang Sansai Baku Liliang Takana Jo Kawan, Kawan Nan Lamo Sangkek Basu Liang Suliang Panduduknya nan elok nan Suko Bagotong Royong Kok susah samo samo diraso Den Takana Jo Kampuang Takana Jo Kampuang Induk Ayah Adik Sadonyo Raso Mangimbau Ngimbau Den Pulang Den Takana Jo Kampuang
SEJARAH SINGKAT 1. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN KELOMPOK DANA SEHAT Pelaksanaan upaya kesehatan dana sehat masyarakat kelurahan Mawali sebenarnya dilatarbelakangi oleh upaya kegiatan gotong-royong atau mapalus duka yang dikenal dengan istilah mapalus sosial duka, di mana setiap ada anggota masyarakat yang mengalami kedukaan, setiap keluarga secara sukarela memberikan sumbangan uang maupun bahan makanan, berupa beras, gula, bihun (laksa), ubi-ubian, pisang dll. Untuk mengumpulkan sumbangan ini, secara sukarela tanpa diperintah, beberapa lelaki mengambil inisiatif untuk berkeliling dari rumah ke rumah untuk menjemput sumbangan. Kecuali untuk beras, gula dan bihun, biasanya dibawa langsung oleh ibu-ibu ke rumah duka. Kegiatan ini berlangsung terus tanpa dikendalikan oleh siapapun. Kemudian, mapalus sosial duka ini dilanjutkan dengan kegiatan mapalus pembangunan untuk membangun rumah sehat, pagar halaman, jamban sehat dan mapalus kebun. Setelah sukses dengan semua kegiatan m...
Kitab ini merupakan Rujukan Utama falsafah hidup ulun / orang lampung yang secara garis besar membahas 5 (lima) pokok hidup antara lain : Pi'il PesenggikhiMalu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri . Segala sesuatu yangmenyangkut harga diri, prilaku dan sikap hidup yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik danmartabat secara pribadi maupun kelompok yang senantiasa dipertahan Sakai SambaianGotong Royong, Tolong-menolong, bahu membahu, dan saling memberi sesuatu yang diperlukanbagi pihak lain. Nemui NyimahSaling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu. Bermurah hati dan ramahtamah terhadap semua pihak baik terhadap orang dalam kelompoknya maupun terhadap siapa sajayang berhubungan dengan dengan masyarakat lampung Nengah NyampukhTata pergaulan masyarakat Lampung dengan kesediaan membuka diri dalam pergaulan masyarakatumum dan pengetahuan luas. Bejuluk AdokTata ketentuan pokok yang selalu diikuti dan diwa...
Erau berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara adat oleh Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Erau berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara adat oleh Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Terdapat tiga pelaksanaan ERAU adat di lingkup Kesultanan Kutai Kartanegara, yakni : 1. ERAU TEPONG TAWAR yaitu erau adat yang dilaksanakan oleh kerabat keraton pada waktu tertentu berdasarkan keinginan (hajat) terhadap suatu pekerjaan. Dalam pelaksanaan ini Raja bergerak bebas artinya tidak melakukan batsan tertentu yang disebut "TUHING" 2. ERAU PELAS TAHUN...
Bagi masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral (suci) dan profan (duniawi). Artinya, rumah adat Sasak di samping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang (Papuq Baloq) bale (penunggu rumah), dan sebagainya. Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5 x 2 meter dari pemukaan tanah. Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu, hanya mempunyai satu pintu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi menjadi inan bale (ruang induk) yang meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalem berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan. Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tan...