SEJARAH SINGKAT
1. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN KELOMPOK DANA SEHAT
Pelaksanaan upaya kesehatan dana sehat masyarakat kelurahan Mawali sebenarnya dilatarbelakangi oleh upaya kegiatan gotong-royong atau mapalus duka yang dikenal dengan istilah mapalus sosial duka, di mana setiap ada anggota masyarakat yang mengalami kedukaan, setiap keluarga secara sukarela memberikan sumbangan uang maupun bahan makanan, berupa beras, gula, bihun (laksa), ubi-ubian, pisang dll. Untuk mengumpulkan sumbangan ini, secara sukarela tanpa diperintah, beberapa lelaki mengambil inisiatif untuk berkeliling dari rumah ke rumah untuk menjemput sumbangan. Kecuali untuk beras, gula dan bihun, biasanya dibawa langsung oleh ibu-ibu ke rumah duka. Kegiatan ini berlangsung terus tanpa dikendalikan oleh siapapun.
Kemudian, mapalus sosial duka ini dilanjutkan dengan kegiatan mapalus pembangunan untuk membangun rumah sehat, pagar halaman, jamban sehat dan mapalus kebun. Setelah sukses dengan semua kegiatan mapalus ini, beberapa tokoh mulai berpikir, bahwa kegiatan mapalus sosial duka perlu diubah agar tidak selalu berpikir tentang kematian, tetapi berpikir bagaimana caranya untuk mengatasi orang yang tidak mampu ketika sakit dan harus berobat ke dokter atau rumah sakit. Maka beberapa pengurus organisasi rukun mensponsori kegiatan ini.
Sebagai perintis usaha ini adalah Rukun Keluarga Bulude Talaud (Rukelbut) yakni rukun keluarga yang beranggotakan 13 keluarga. Anggotanya adalah warga masyarakat yang berasal dari desa Bulude kecamatan Mangaran kabupaten Kepulauan Talaud. Dimulai tahun 1982, rukun ini memulai usaha dana sehat. Setiap keluarga anggota wajib membayar iuran dana sehat setiap bulannya. Ketika ada yang sakit, pengurus rukun mengeluarkan dana dari iuran dana sehat untuk membiayai anggota yang sakit, mulai biaya rawat jalan di Puskesmas, hingga rawat inap di rumah sakit.
Pada tahun 1983, Rukelbut berubah nama menjadi Rukun Porodisa dan memperluas keanggotaannya menjadi seluruh keluarga yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Talaud dengan jumlah anggota 17 keluarga.
Usaha Rukelbut ini kemudian diikuti oleh beberapa rukun keluarga lain yang ada di kelurahan Mawali. Rukun-rukun tersebut masing-masing Rukun Keluarga Mamile (tahun 1983 - 16 KK), Rukun Keluarga Siau-Talgulandang (tahun 1984 - 18 KK), Rukun Keluarga Manuwo (tahun 1985 - 46 KK), Rukun keluarga Mala Siau (1986 - 25 KK), Rukun Keluarga Sumenang (tahun 1988 25 KK), Rukun Keluarga Tagulandang (Tahun 1989 50 KK), Rukun keluarga GMIM Kolom VII 31 KK), Rukun Keluarga GMIM Kolom XII 30 KK), rukun keluarga Tatahulending (tahun 1990 22 KK), rukun keluarga Siloam (tahun 1992 37 KK), rukun keluarga Papehe (tahun 1993 7 KK). Pada tahun 1995, beberapa pemuda gereja GMIM berinisiatif juga membentuk usaha dana sehat dengan anggota 20 orang.
2. PELAKSANAAN DANA SEHAT
Kegiatan dana sehat yang dilakukan oleh organisasi rukun-rukun keluarga ini, kemudian mendapat pantauan dari Dinas Kesehatan Kota Bitung melalui Puskesmas Kecamatan Bitung Selatan. Karena aktivitasnya sangat positif dari baru pertama ada di kota Bitung, bahkan mungkin seluruh dunia, maka pihak Dinas Kesehatan Kota Bitung terus melakukan pemantauan dan pembinaan secara berkelanjutan, sehingga terjalin kerja sama dengan pihak Rumah Sakit Budi Mulia Bitung dalam hal penanganan pasien. Karena itu pula, dibentuklah pengurus Dana Usaha Kesehatan Masyarakat (DUKM) Kelurahan Mawali yang fungsinya menjadi perantara bagi pihak Rumah Sakit Budi Mulia dengan rukun-rukun keluarga yang ada.
Dengan demikian, siapapun anggota rukun keluarga yang dirawat di rumah sakit Budi Mulia Bitung, mendapat perlakuan khusus di mana biaya perawatan dibayarkan kemudian setelah diajukan surat penagihan kepada pengurus rukun keluarga melalui pengurus DUKM.
3. PENGHARGAAN BADAN KESEHATAN DUNIA (WHO)
Penyelenggara usaha dana sehat yang ada di kelurahan Mawali tidak pernah berpikir untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa dari kegiatannya. Namun, bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Bitung, ada hal yang luar biasa dari kegiatan ini. Karena itu, kegiatan dana sehat ini terus dipantau dan dibuatkan laporan secara berjenjang hingga ke pihak Departemen Kesehatan RI.
Pihak Dinas Kesehatan Kota Bitung ketika itu menginformasikan, bahwa usaha dana sehat kelurahan Mawali merupakan yang pertama di dunia. Kegiatannya pun dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, tanpa campur tangan maupun dorongan dari pemerintah dari semua tingkatan. Yang ada, hanyalah pemantauan dan pembinaan agar pengelolaannya menjadi lebih baik lagi.
Laporan pihak Dinas Kesehatan Kota Bitung ini, agaknya terus berlanjut hingga ke Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization WHO). Karena itu, pada tahun 1993, tanpa disangka pihak Pemerintah Kota Bitung dalam hal ini Walikota saat itu, Drs. S.H. Sarundayang diundang ke Markas WHO, sekaligus menerima penghargaan berupa prasasti penghargaan dari Direktur Jendral WHO, Hiroshi Nakajima, MD, PhD serta uang tunai sebenar $5.000.
4. PENGELOLAAN HADIAH WHO
Pemberian penghargaan WHO kepada kelurahan Mawali merupakan sebuah kejutan luar biasa bagi masyarakat. Sebab, tidak pernah dibayangkan kalau desa (kelurahan) Mawali yang terletak pulau Lembeh, akan mendapat sorotan dunia melalui WHO karena kegiatan usaha dana sehatnya.
Untuk mengabadikan keberhasilan dan penghargaan WHO atas usaha masyarakat, maka walikota Bitung , Drs. S.H. Sarundayang memerintahkan kepada camat dan lurah untuk membuatkan monumen guna memajang prasasti Direktur Jendral WHO. Sedangkan dana $5.000 diserahkan kepada pengurus DUKM untuk dibahas bersama pengurus rukun, untuk apa dana tersebut.
Dari hasil rapat DUKM bersama pengurus 11 rukun pengelola dana sehat, disepakti dana tersebut dibagi sama untuk seluruh rukun pengelola dana sehat, sebagai dana perangsang. Dana $5.000 tersebut kemudian dirupiahkan dengan kurs ketika itu menjadi sebesar lebih Rp8.000.000. Lalu dibagikan secara merata kepada masing-masing rukun sebesar.
Sedangkan prasasti penghargaan, berhasil dibuatkan monumen dengan biaya sebagian bantuan pemerintah kota Bitung dan sebagian lagi partisipasi anggota rukun keluarga pengelola dana sehat.
Demikian sejarah singkat penghargaan WHO atas usaha rintisan dana sehat kelurahan Mawali.
======
ISI PRASASTI PENGHARGAAN ORGANISASI KESEHATAN DUNIA
THE CONTENT OF WORLD HEALTH ORGANISATION (WHO) AWARD INSCRIPTION
World Health Organization
Award For
Healthy Education in
Primary Health Care
For the Year 1991 is awarded to the Project
Mutual Help For Development and Health
Mawali Village Lembeh Islan, Bitung District
Province of North Sulawesi, Indonesia
THIS AWARD RECOMMENDED & COMBINATION OF
INNOVATIVE APPROACHES EMPLOYED BY THE PROJECT
HEALTH CADRES TO EDUCATE PEOPLE
TELEVISION AND RADIO PROGRAMMES TO REACH THEM
RELIGIOUS LEADER TO COMMUNICATE HEALT MESSAGES
INTERSECTORAL COMMUNITY GROUPS TAKING RESPONSIBILITY
FOR PLANNING AND IMPLEMENTING AND FINANCING ACTIVITIES
TOGETHER LEADING TO A SIGNIFICANT IMPROVEMENT IN HEALT INDICES
HIROSHI NAKAJIMA M D.Ph.D
DIRECTOR GENERAL
WORLD HEALTH ORGANIZATION
TUGU PENGHARGAAN WHO TERHADAP
KEBERHASILAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
(DANA SEHAT MAWALI)
tanya untuk sodara Sem
Bukankah data ini lebih bersifat laporan dibanding ramuan ataupun resep yang sifatnya tradisional?
tanya untuk umum
sebelum kerajaan tarumanegara dan kutai berdiri di nusantara, apakah masyarakat penghuni bumi pertiwi ini sudah berketuhanan?
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja