Inilah Legenda rakyat yang diawali dengan kisah disembunyikannya selendang milik bidadari jelita bernama Nawangwulan oleh seorang anak manusia bernama Jaka Tarub yang terpikat oleh kemolekan sang bidadari. Berlanjut ke kehidupan perkawinan yang bahagia hingga satu hari Jaka Tarub termakan hasutan lingkungannya dan melanggar janjinya kepada istrinya. Kisah ini berakhir dengan kembalinya sang bidadari ke nirwana yang walaupun terpisahkan oleh jarak, senantiasa menepati janjinya untuk terus memlihara dan mencintai suami dan anaknya.
Pada jaman dahulu kala ada sebuah kerajaan animisme di tanah Jawa. Suatu hari seoranga raja tersebut merasa bosan makanan-makanan yang ada di muka bumi ini, jadi sang raja mengadakan sayembara/perlombaan makanan pertama. Seluruh rakyat disuruh mencarai barang siapa yang dapat menemukan maka sang raja akan memenuhi permintaan, meski belum mengatakan. Tapi tak ada seopranag pun yang dapat menemukan makanan itu. Djoro Soma anak sang raja menjadi resah karena ayahya tidak bersyukur yang diberikan oleh sang Hyang, sang raja memarahi dan membentak makanan yang ada di hadapinya. Lalu Djoro Soma mengikuti perlombaan itu, lalu soma berpamitan ke orang tuanya dan ia pergi dan memperdalam ilmu di padepokan sang guru. Soma 44 hari berlatih di sana. "Hei anak muda apa alasanmu berguru ke pada saya?" tanya guru. "Saya berguru kepada Anda karena saya ingin memuasakan hati ayah saya, ayah saya bosan dengan makanan yang ada di dunia ini" jawab Soma. Lalu guru menunjukan tempat makanan itu, S...
Satu lagi inovasi kuliner karya anak bangsa. Makanan kecil jenis bakpia yang telah lebih dulu populer dikembangkan di kawasan jawa tengah dan yogyakarta kini ternyata memiliki 'saudara kandung' yang tidak kalah menarik. Dikembangkan dengan sangat serius oleh Terminal Argibisnis Repoeblik Telo, mulai dari nama dagang, pemilihan bahan pengisi, kualias kebersihan, sampai aspek pengemasan, menjadikan Bakpia Telo produk yang sangat layak dihadirkan di meja makan disamping kandidat sempurna untuk oleh-oleh.
Damar kurung adalah seni tradisonal yang asli dari kabupaten Gresik. Damar kurung adalah lampion dari kertas dengan kerangka bambu yang disisi-sisinya dipenuhi dengan lukisan yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari. Damar kurung menceritakan kehidupan sehari-hari yang tak sulit dipahami, ada suasana rumah tangga, pasar, jalan, masjid, dan pantai. Tapi yang membuat unik dari karya seni lain adalah cerita dalam damar kurung ini selalu bergerak ke arah kiri, seperti geraknya tulisan Arab. Karya seni lukis lampion dengan design unik, berkarakter polos kekanak-kanakan, berhias warna terang kuning, merah, hijau, dan merah jambu tersebut seakan-akan tidak bisa lepas dari nama besar pencetusnya, yaitu Masmundari. Karyanya banyak dikenal masyarakat luas sejak dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta pada Nopember 1987. Seni tradisi yang menjadi ikon kebanggaan kabupaten Gresik itu ternyata masih terus menggema. Walaupun Masmundari, yang memopulerkan seni lukis damar kurung sudah dipanggi...
Gresik memiliki banyak tradisi Salah satu seni tradisi yang masih dipegang teguh dan dipelihara adalah Kesenian "PENCAK MACAN". Seni tradisi Pencak Macan adalah adalah salah satu kesenian sebagai pengiring dalam arak-arakan pengantin tradisional masyarakat Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Tradisi ini merupakan budaya warisan leluhur yang berusia ratusan tahun yang hingga sekarang masih terjaga kelestariannya. Filosofi dari pada Pencak Macan pada dasarnya adalah kembali kepada jati diri manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lain ciptaan Allah SWT, di dunia yang fana ini. Manusia jika iman dan taqwanya tidak dijaga, dibangun dan ditingkatkan apalagi mulai menipis maka godaan-godaan dalam kehidupan terutama godaan syetan akan mampu mengalahkannya, bisa-bisa manusia itu sendiri akan berubah menjadi makhluk lain seperti : macan, monyet (ketek/kera), bahkan menjadi gondoruwo jika manusia itu terpeleset dan masuk jurang keg...
Satu lagi tradisi warisan Walisongo yang hingga kini masih dilestarikan. Yaitu tradisi menggelar Pasar Bandeng di pusat kota Gresik. Tradisi ini pertama kali diadakan oleh Sunan Giri untuk mengangkat perekonomian rakyat setempat. Dua dari sembilan Walisongo penyebar agama islam yang berada di Gresik sangat berpengaruh dalam membangun tatanan budaya masyarakat Gresik. Keduanya adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Raden Paku atau Sunan Giri. Melalui jalan perdagangan, Ainul Yaqin, nama kecil Sunan Giri melakukan dawah kepada masyarakat. Kala itu, di abad 15 Sunan Giri mulai membantu perekonomian masyarakat dengan cara mengolah dan memasarkan hasil bumi. Hingga kini, masyarakat Gresik masih melestarikan warisan Sunan Giri yaitu dengan membuat dan menjual kue Pudak dan penyelenggaraan Pasar Bandeng. Adanya Pasar Bandeng ini untuk menyambut datangnya hari raya Idul Fitri . Sehingga, pada hari lebaran tiba, hampir seluruh penduduk kota Gresik makan dengan menu utama bandeng dengan ber...
Jaman dahulu kala, tersebutlah sepasang pengantin baru yang dilanda asmara. Di sebuah desa kecil yang damai, dikelilingi hutan yang masih belum banyak dijamah manusia. Hanya suara-suara burung dan binatang hutan, menambah syahdunya dua anak muda yang sedang bercengkrama di bawah pohon bambu yang rindang. Dua anak muda yang sedang dimabuk cinta, tidak menghiraukan keluarga yang lalu lalang sibuk dengan pekerjaan rumah tangga. Bagi pengantin baru, hari ini ibarat bulan madu, seperti cuti sebentar dari penat pekerjaan sawah ladang, atau menggembala ternak. Hari ini canda tawa, kasih mesra tiada bosan. Terdengarlah tawa-tiwi, dan suara lirih namun tapi cukup jelas. Diantara suara burung dan hembusan angin sepoi, berkata sang gadis dengan mesra, "keri Cak" Kata dalam bahasa jawa "keri Cak" berarti "geli abang". Tidak jelas apa yang mereka lakukan, tapi bisa dibayangkan biasanya kalau urusan geli, besar kemungkinan karena ketiak dan telapak kaki. Mungkin mereka bermain siapa yang pali...
Melacak asal usul nama Gresik adalah satu hal yang sangat menarik. Banyak ditemukan penuturan tradisional berupa tradisi lisan, babad, serat, syair (macapat), yang kadang tidak dapat diterima oleh akal sehat, sehingga sulit dikaji secara akurat. Namun sumber tersebut dapat dijadikan studi komparatif dengan sumber lain yang historis. Berikut adalah beberapa sumber sejarah yang berhubungan dengan nama Gresik. Babad Hing Gresik menyebut Gresik dengan nama "Gerwarase". Prasasti Karang Bogem tahun 1387 M memuat nama "Gresik" dalam Bahasa Jawa Kuno. Bangsa Cina yang pernah mendarat di Gresik pada awal abad ke-15 M, mula-mula menyebut "TSe TSun" artinya perkampungan kotor, beberapa tahun kemudian berubah sebutan menjadi "TSin TSun" artinya kota baru. Bangsa Portugis ketika pertama kali mendarat di Gresik tahun 1513 menyebutnya dengan ucapan "Agace" tertulis "Gerwarace". Bangsa Belanda awalnya menyebut "Gerrici" kemudian dalam banyak dokumen tertulis menjadi "Grissee". Sa...
Prasasti Singhasari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah. Ditulis dengan Aksara Jawa. Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.