|
|
|
|
Pasar Bandeng Tanggal 27 Feb 2012 oleh Muhammad Khusnul Khuluk. |
Satu lagi tradisi warisan Walisongo yang hingga kini masih dilestarikan. Yaitu tradisi menggelar Pasar Bandeng di pusat kota Gresik. Tradisi ini pertama kali diadakan oleh Sunan Giri untuk mengangkat perekonomian rakyat setempat. Dua dari sembilan Walisongo penyebar agama islam yang berada di Gresik sangat berpengaruh dalam membangun tatanan budaya masyarakat Gresik. Keduanya adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Raden Paku atau Sunan Giri. Melalui jalan perdagangan, Ainul Yaqin, nama kecil Sunan Giri melakukan dawah kepada masyarakat. Kala itu, di abad 15 Sunan Giri mulai membantu perekonomian masyarakat dengan cara mengolah dan memasarkan hasil bumi. Hingga kini, masyarakat Gresik masih melestarikan warisan Sunan Giri yaitu dengan membuat dan menjual kue Pudak dan penyelenggaraan Pasar Bandeng.
Adanya Pasar Bandeng ini untuk menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Sehingga, pada hari lebaran tiba, hampir seluruh penduduk kota Gresik makan dengan menu utama bandeng dengan berbagai macam olahan. Dengan demikian, para petambak bandeng terus bisa membudiadayakan tambak bandengnya. Dan di sisi lain, masyarakat Gresik bisa menikmati hasil bumi kekayaan daerahnya. Penyelenggaraan Pasar Bandeng oleh Pemerintah Gresik ini selain untuk melestarikan tradisi, juga untuk mendukung kemandirian ekonomi masyarakat Gresik. Seperti kita ketahui bahwa, Kabupaten Gresik berada di daerah pesisir pantai utara berbatasan dengan Lamongan, dan sebagian wilayah berdekatan dengan Mojokerto, Sidoarjo, dan Surabaya . Letak geografis ini menjadikan daerah Gresik sebagai daerah yang baik untuk budidaya tambak bandeng dan udang. Budidaya tambak bandeng dan udang ini sudah menjadi penghidupan sebagian besar warga Gresik, utamanya yang berada di daerah dekat pantai utara. Sehingga, apabila kita menyisir jalur pantura dari Gresik hingga Lamongan, sejauh mata memandang adalah tambak bandengan dan udang yang kita lihat.
Pasar Bandeng digelar pada dua malam terakhir sebelum malam takbiran. Berbagai ukuran bandeng dengan berat dari ukuran beberapa ons hingga seberat 9Kg/ekor lebih dijual di sini. Untuk lebih menyemarakkan suasana pasar dan memberi semangat kepada petambak bandeng, diadakan lelang bandeng terbesar. Lelang ini diadakan pada saat pembukaan Pasar Bandeng di hari pertama. Mengenai pemenang lelang tahun ini, Haidar, salah seorang penjual bandeng mengatakan, "Bandeng terbesar seberat 9Kg dibeli oleh Gus Ipul seharga Rp.5 juta milik orang Mengare, Bungah". Menurut warga setempat, diakui bahwa bandeng yang enak berasal dari Mengare, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Karena lokasi Mengare yang berdekatan dengan pantai sehingga bandeng tidak mengandung bau tanah, dengan kata lain lebih gurih.
Tidak semua bandeng dijual dengan harga sama, pembeli harus pintar dan sedikit cerewet menawar harga. Harga bandeng dibiarkan bersaing sesuai dengan ketentuan pasar, ada yang menjual dengan harga murah dibolehkan, menjual lebih mahal dibanding penjual yang lain pun disilahkan. Semakin besar ukuran bandeng, semakin mahal pula harga perkilonya. Misalnya, bandeng yang dibeli oleh Halimah, pengunjung yang jauh-jauh datang dari tempat tinggalnya di Mojokerto. Halimah membeli 7 ekor bandeng, 5 di antaranya dibeli dengan harga Rp.30.000/Kg karena bobot bandeng 1,2 Kg maka harga bandeng adalah Rp.35.000/ekor. Lain dengan 2 ekor bandeng yang lainnya, harga Rp.75.000/Kg karena bobot bandeng 2 Kg maka harga bandeng adalah Rp.150.000/ekor. Jadi, tidaklah sama harga bandeng perkilo, tergantung pada bobot per ekor bandeng. Demikian karena semakin besar bandeng semakin enak dan gurih rasanya. Untuk mengolah bandeng ukuran besar tersebut, Halimah biasanya hanya merebus bandeng dengan bumbu bawang putih, garam, dan kunyit, lalu dimakan dengan dicocol sambal terasi.
Ada prestise tersendiri bagi penduduk Kota Gresik yang merayakan lebaran dengan suguhan menu bandeng ukuran besar. Ibaratnya, tidaklah merayakan lebaran kalau tidak ada suguhan bandeng di rumah. Ukuran besarnya bandeng seolah juga menentukan gengsi tersendiri bagi sebuah keluarga. Namun hal ini tidak menimbulkan kesenjangan yang berarti di antara warga setempat, hanya bila mampu membeli bandeng dengan ukuran besar apa salahnya. Tetapi bila mampu membeli bandeng dengan ukuran kecil pun tidak mengapa, yang penting hidangan bandeng tersedia di hari merayakan kemenangan umat muslim ini.
Bisa dipastikan bahwa arus perputaran uang pada malam Pasar Bandeng ini mencapai ratusan juta rupiah. Karena pada malam menjelang lebaran ini seluruh masyarakat Gresik dan daerah di sekitarnya tumpah ruah di pasar untuk belanja berbagai macam kebutuhan lebaran. Selain ada 80 lapak yang disediakan khusus untuk penjual bandeng, beberapa lapak yang lain disediakan untuk penjual barang umum. Sehingga, orang-orang juga bisa membeli sayuran, pakaian, sendal maupun sepatu, alat mainan anak-anak, dan berbagai kebutuhan lainnya. Dan yang tidak boleh dilupakan saat mengunjungi Pasar Bandeng Gresik adala mampir ke warung nasi krawu, masakan khas Gresik yang terkenal dengan sambel pedasnya. Setelah jalan-jalan dan mendapatkan bandeng besar dengan harga murah, maka dituntaskan dengan menikmati hidangan nasi krawu dengan lauk daging sapi dan jerohan. Lalu pulang dengan perut kenyang dan hati girang menyambut gema takbir kemenangan berkumandang.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |