Jaman dahulu kala, tersebutlah sepasang pengantin baru yang dilanda asmara. Di sebuah desa kecil yang damai, dikelilingi hutan yang masih belum banyak dijamah manusia. Hanya suara-suara burung dan binatang hutan, menambah syahdunya dua anak muda yang sedang bercengkrama di bawah pohon bambu yang rindang.
Dua anak muda yang sedang dimabuk cinta, tidak menghiraukan keluarga yang lalu lalang sibuk dengan pekerjaan rumah tangga. Bagi pengantin baru, hari ini ibarat bulan madu, seperti cuti sebentar dari penat pekerjaan sawah ladang, atau menggembala ternak. Hari ini canda tawa, kasih mesra tiada bosan.
Terdengarlah tawa-tiwi, dan suara lirih namun tapi cukup jelas. Diantara suara burung dan hembusan angin sepoi, berkata sang gadis dengan mesra, "keri Cak" Kata dalam bahasa jawa "keri Cak" berarti "geli abang". Tidak jelas apa yang mereka lakukan, tapi bisa dibayangkan biasanya kalau urusan geli, besar kemungkinan karena ketiak dan telapak kaki. Mungkin mereka bermain siapa yang paling kuat tahan geli, ketika ketiak atau telapak kaki saling digelitik.
Gabungan dua kata, etimologi, "keri dan cak", lambat laun menjadi Kricak. Akhirnya kondanglah desa kecil ini dengan sebutan Kricak. Dusun Kricak sendiri termasuk dalam pememrintahan Desa Karangankidul Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Sedangkan asal-usul sejarah nama Kricak dengan versi pengantin baru, adalah salah satu cerita rakyat yang berkembang di desa ini.
Versi lain dari asal-usul nama Kricak, adalah gabungan dari dua kata "keri nang incak". Artinya "geli di telapak kaki". Anda tahu sendiri jaman dahulu belum ada sandal, apalagi sepatu kets dan fantovel. Karena sering "nyeker" ndak pakai alas kaki, telapak kaki mereka tebal, sampai "kapalen".
Desa ini banyak tanaman berduri, seperti bambu, klampis, dan lom. Dan jika rantingnya yang banyak duri tadi mengering dan patah, jatuh ke tanah, maka berserakanlah duri di mana-mana. Selain itu Mungkin juga dulu banyak batu kerikil kecil yang lancip.
Nah, bagi orang jaman dahulu, yang sudah biasa keluar masuk hutan, dengan kaki nyeker tanpa alas kaki, hingga telapak kaki tebal kapalen, maka ketika berjalan di atas tanah yang banyak durinya, tidak ada rasa sakit. Waktu berjalan, di telapak yang ada hanya rasa geli. Mungkin juga karena ilmu kanuragan orang jaman dahulu sangat hebat, sehingga duri tajam bagi mereka hanya Kricak, "keri nang incak"
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.