Permainan ini di lakukan hampir mirip dengan pak tekong, tapi beda media. Bedanya dengan pak tekong, di beberapa daerah ada yang gak kenal permainan ini, dan beberapa daerah lainnya juga ada yang hanya kenal pak tekong, bahkan ada yang tidak kenal keduanya, karena menggunakan media yang berbeda. Permainan ini dimainkan dengan melempar sendal ke 3 balok kayu/ tangkai ranting yang di berdiri. Dan sama kayak pak tekong rule nya, setelah ranting roboh langsung cari tempat persembunyian.
Permainan cakbur ini juga di kenal dengan Galah Panjang. Tapi kita biasa nya pasti menyebut permainan ini cakbur, karena sebelum memulai permainan ini kita harus menyebut cakbur menjelaskan bahwa kita siap, ready. Pasti dulu siapa yang merasa paling jago dan lari paling ngebut jadi jaga garis paling depan alias "induak", dan kalo jumlah pemain ganjil, pasti teman yang kurang jago di jadiin anak bawang. Kalo dulu berasa kesenggol dikit aja udah langsung bilang kena, efek dramatisir nya yang berlebihan, jadi entah iya kena apa gak hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Ntah apa namanya di setiap daerah kamu, tapi yang pasti main kejaran ini siapa yang jadi pasti bakalan "kanai asek" (aduhh, penulis gak tau bahasa Indonesia nya kanai asek, kena asap gak pas, terjemahin sendiri aja yaa), soalnya permainan ini kayak never ending game, yang pernah main ini dulu pasti bakalan ngerti perasaan never ending game dan kanai asek. Pasti salah satu dari pembaca punya bekas luka di lutut atau siku nya akibat dari main kejaran ini kan?
Permainan tradisional sangatlah populer sebelum masuknya teknologi ke Indonesia. Dahulu, anak-anak biasanya bermain dengan menggunakan alat yang seadanya. Namun saat ini, mereka telah bermain dengan permainan berbasis teknologi yang berasal dari luar negeri dan juga mulai meninggalkan mainan tradisional. Seiring dari perubahan zaman, permainan tradisional perlahan-lahan mulai dilupakan oleh anak-anak Indonesia. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang sama sekali tidak mengenal permainan tradisional. Meskipun permainan tradisional telah jarang ditemukan, masih terdapat beberapa anak-anak Indonesia yang ada di daerah-daerah terpencil yang memainkan permainan tradisional ini. Bahkan, permainan tradisional juga digunakan oleh para psikolog untuk terapi pengembangan kecerdasan anak. Melihat banyaknya manfaat yang terdapat di dalam permainan tradisional, tidak ada salahnya jika kita melestarikan dan juga memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada para generasi muda Indonesia dan...
Pacu Anjiang ini adalah olahraga balapan anjing. Pacu Anjiang merupakan olahraga yang di gemari masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota. Pacu Anjiang dilaksanakan biasanya pada 17 Agustus atau lomba yang diadakan oleh perkumpulan masyarakat. Pacu Anjiang merupakan adu balapan untuk Anjing yang sampai garis finis duluan, di garis finis ada babi (ciliang /kondiak) sebagai pemacu anjing untuk berlari kencang. Panjang arena balapan untuk anjing nya berlari sekitar kurang lebih 50 m. Olahraga masyarakat yang satu ini masih kurang di kenal oleh masyarakat luas, terutama generasi muda baik itu di dalam maupun di luar Kab. 50 Kota dan Payakumbuh. Sumber: https://www.infosumbar.net/artikel/5-olahraga-tradisional-minangkabau-yang-masih-ada-sampai-sekarang/
Baburu adalah olahraga yang ada di seluruh daerah di Sumatera Barat, termasuk Mentawai. Baburu biasanya dilakukan di perbukitan yang memiliki hutan yang masih lebat. Konon olahraga baburu awalnya di lakukan memenuhi kebutuhan makan, dan untuk mencari hama perusak yang merusak pertanian masyarakat, tapi saat sekarang ini baburu sudah di jadikan olahraga bahkan juga sudah ada di lombakan. Baburu yang masih ada sampai sekarang biasa nya baburu babi (ciliang/kondiak). Baburu merupakan suatu olahraga yang melambangkan gotong royong masyarakat Sumbar, karena biasa nya di daerah lain orang berburu dengan menggunakan senapan atau senjata tajam, sedangkan di Sumbar dengan bekerja sama dan di bantu oleh anjing untuk menangkap buruan. Menurut beberapa laki-laki Minangkabau, baburu merupakan ajang eksistensi diri bagi sebagian laki-laki. Sumber: https://www.infosumbar.net/artikel/5-olahraga-tradisional-minangkabau-yang-masih-ada-sampai-sekarang/
Selaju sampan (Balap Dayung Sampan) adalah salah satu budaya khas Pesisir Minangkabau, olahraga ini biasa nya di adakan di daerah Padang, dan Pesisir Selatan, tapi saat sekarang ini sudah banyak daerah darek juga mengadakan Selaju Sampan yang sesuai dengan tradisi daerah masing-masing. Selaju Sampan di Sumatera Barat memiliki sampan yang berbeda-beda, baik itu dari corak atau teknik nya, seperti di Padang, terkenal dengan Sampan Naga dan genderang gendang nya, dan daerah Pesisir Selatan dengan 12 pemainnya. Selaju sampan biasa nya di adakan sebagai pada kegiatan pasca lebaran atau 17 agustusan, bahkan di peringatan hari jadi daerah tersebut. Sumber: https://www.infosumbar.net/artikel/5-olahraga-tradisional-minangkabau-yang-masih-ada-sampai-sekarang/
Pacu itiak adalah olahraga tradisional asli Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat yang sudah dijadikan tradisi sejak tahun 1028. Pacu itiak diklaim sebagai satu - satunya di dunia. Olahraga ini bermula dari masyarakat di kanagarian Aur Kuning, Sicincin, dan Padang Panjang yang memelihara itiak sambil bertani. Itiak tidak hidup di kandang saja melainkan di gembala di sawah-sawah mereka. Saat menghalau itiak dari arah atas ke bawah, maka ada kecenderungan itiak untuk tidak semata berjalan atau berlari, mereka terbang laying ke arah bawah. Dari sinilah muncul ide untuk melangsungkan pacu itiak . Masyarakat Limapuluh Kota mulai melatih para itiak untuk dapat terbang tinggi dan kemudian diikutsertakan dalam ajang lomba pacu itiak yang diselenggarakan guna menghilangkan kejemuan dan kepenatan para petani. Dari waktu ke waktu berbagai cara dilakukan guna membuat itiak dapat terbang di daerah dataran, bukan dari daerah yang tinggi ke daerah rendah....
Oto Oto Galuek merupakan mainan mobil-mobilan dari Sumatera Barat. Oto Oto Galuek sendiri mempunyai arti mobil-mobilan dari batok kelapa. Oto Oto Galuek dapat dibuat sendiri dengan perkiraan waktu sekitar dua jam. Oto Oto Galuek dibuat dari kelapa yang telah dimakan oleh tupai sehingga dalam keadaan yang sudah tidak bagus dan juga dari kayu. Tempat duduk dibuat dari papan kayu dan sumbunya dari kayu atau pohon lamtoro gung. Rodanya terbuat dari batok kelapa yang sudah tua tapi cukup utuh walaupun isinya sedikit berlubang karena sudah dimakan tupai. OSKMITB2018 (Sumber:Fitri Yenti,5 Agustus 2018)