Lojo-lojo merupakan bentuk permainan kejar-kejaran antara satu anak yang menjadi maskotnya dan mengejar lainnya. Sama seperti pak polisi tunggal dengan banyak penjahat.Polisi berusaha mengejar penjahat-penjahat tersebut, kemudian yang tersentuh oleh polisi akan menjadi polisi berikutnya dan polisi pertama yang berhasil menyentuh penjahat secara otomatis akan menjadi penjahat berikutnya. Tentu saja kata polisi dan penjahat dalam hal ini bukan arti dan makna yang sesungguhnya, sebagai analogi untuk mempermudah penceritaan. Di awal, penentuan siapa yang menjadi polisi tunggal dan bayak penjahat dilakukan dengan permainan adu ketangkasan. Adu ketangkasan inilah yang dalam hal ini disebut sebagai Lojo-lojo. Setiap anak atau pemain membentuk posisi melingkar kemudian beberapa tangan pemain dijulurkan ke depan dengan posisi jari membuka dan telapaknya menghadap ke bawah. Beberapa pemain lain mengacungkan satu jari dan ditaruh di bawah tangan pemain lain yang telapaknya menghadap ke baw...
Istilah Macingklak berasal dari kata Cangklak mengandung pengertian: menahan dengan tapak tangan sesuatu yang jatuh dari atas (jambu, mangga, mata uang logam, bola kecil dan sebagainya yang dilontarkan ke atas). Dan untuk daerah lain sering disebut "mencet". Menurut penuturan orang-orang yang sudah lanjut usia, permainan ini sudah begitu saja mereka temui di di tengah-tengah masyarakat. Jangankan mereka, angkatan yang lebih dulupun tidak mengetahui siapa penciptanya. Untuk melangsungkan permainan macingklak ini memerlukan peserta minimum 2 (dua) pemain, namun pada umumnya tidak lebih dari 4 (empat) atau lima orang. Apabila kebetulan berkumpul anak-anak pada suatu tempat, mereka akan menyelenggarakan sendiri di tempat lain yang berdekatan. Dengan demikian dalam suatu halaman atau lantai rumah kita saksikan sampai tiga atau empat kelompok bertanding. Maksud memisahkan diri membuat kelompok lain hanya mempercepat giliran sesuai dengan salah satu sifat anak-anak untuk secepat...
Permainan Keriang Bandong merupakan salah satu dari sekian banyak permainan rakyat yang unik dan mempunyai kekhasan tersendiri yang berasal dari Kalimantan Barat. Pada mulanya permainan rakyat yang satu ini menggunakan media obor atau bamboo namun pada perkembangannya permainan keriang banding ini mengalami perubahan. Permainan keriang bandong awalnya hanya mempergunakan obor bambu kemudian berubah menjadi lampion-lampion yang berbentuk unik dan menarik. Perubahan ini terjadi karena mungkin menggunakan media obor bambu sangat tidak praktis sama sekali dibandingkan dengan lampion. Lampion sendiri terbuat dari bilah bambu atau lidi daun kelapa yang dibentuk berupa rangka binatang. Anak-anak kecil atau remaja yang bermain keriang bandong ini biasanya mengarak keriang bandongnya disekitar lingkungan rumah atau di dalam gang dimana mereka tinggal. Keriang bandong ini hanya dimainkan di bulan Ramadhan saja yang dimulai pada hari ke 21 hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri. Budaya perm...
Nini Towong terdiri dari kata Nini dan Towong. Nini dalam bahasa Jawa artinya Embah Wedok yaitu orang perempuan yang sudah lanjut usia atau sudah nenek sementara Towong di artikan kosong atau lowong. Dengan demikian dapat di katakana bahwa Nini Towong adalah perempuan tua dan menempati tempat yang masih kosong. Perempuan tua juga di maksud adalah roh halus dari orang yang sudah meninggal dunia. Permaianan ini selalu di lakukan pada malam hari terutama saat Terang Bulan. Hal ini tentunya berkaitan dengan kondisi masa lalu di mana lampu penerangan saat itu masih terbatas. Pada waktu dulu jika malam terang bulan banyak orang bermain di luar rumah, salah satu permainan yang mereka lakukan adalah Nini Towong. Alat permainan : Gayung Tempurang yang tangkainya di masukkan ke dalam Icir/Bubu. Persyaratan utama dalam permainan ini berupa Gayung harus hasil curian, kalau mungkin Gayung yang di curi dari orang yang galak. Makna Nini Towong sebenarnya merupakan penggambaran sederhana manusia hi...
Permainan loncat tali yang dimainkan oleh anak-anak perempuan. Kedua ujung tali dipegang masing-masing oleh seorang anak, kemudian diputar-putar dan beberapa anak meloncat-loncat pada putaran tali tersebut.
Permainan ini menggunakan alat dan sarana berupa parang, 3 buah tombak kayu, tombak nibung, roda yang terbuat dari rotan (asya), dan lapangan. Para pemain berusaha untuk mengenai sasaran yang berupa roda rotan yang digelindingkan.
Pomafu adalah jenis permainan tradisional anak-anak di kabupaten Muna pada masa lalu. Istilah ini berasal dari bahasa Muna yang terdiri dari perkataan Po dan mafu. Mafu adalah nama jenis ubi yang dapat dimakan isi atau buahnya. Batangnya biasanya melilit pada pohon atau tiang yang sengaja dipanjangkan oleh orang yang menanamnya. Seperti duri yang menjaga ketat pohon yang dililitnya. Awalan po pada kata pomafu, menyatakan pekerjaan berbalasan atau berkompetisi dalam hal menjaga ketat tiang yang dipanjangkan di tengah garis lingkaran pertahanan. Dalam setiap kelompok pemain berjumlah antara 3 sampai 5 orang. Peralatan yang digunakan adalah sebatang tongkat dari kayu atau bambu yang panjangnya antara 1 sampai 1,5 meter. Sayangnya, pada masa sekarang permainan ini sudah tidak dilaksanakan lagi.
Permainan Pokibo lahir ditengah kehidupan para nelayan yang setiap harinya mengadu hidup ditengah laut. Pokibo dalam bahasa Buton berarti permainan telungkup-telungkupan. Waktu pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu. Pesertanya 4-6 orang anak Alat permainan terdiri beberapa kulit kerang laut. Lapangan permainan di halaman rumah atau dilapangan terbuka. Proses permainan masing-masing pemain meletakan kulit kerang mereka diatas kepalan atau genggaman tangan mereka kemudian didempetkan satu sama lain. Mereka bersiap-siap secara serentak, apabila kulit kerangnya menengadah keatas maka dia dianggap sebagai pihak yang kalah. Menurut Djohan Mekuo bahwa sejak beberapa abad yang lalu permainan ini telah dikenal oleh sebagian masyarakat di daerah Buton. Diperkirakan permainan ini berasal dari Desa Melai kecamatan Polia. Kemudian menyebar keseluruh wilayah kabupaten Buton. Permainan ini lahir ditengah kehidupan para nelayan yang setiapharinya mengadu hidup ditengah laut.
Permainan Posangkaulele biasa dilakukan oleh anak-anak petani atau nelayan di Kabupaten Muna. Pongsakaulele adalah nama suatu permainan anak-anak yang dalam penampilannya mereka saling menepuk lawan dengan tangan, sambil melarikan diri lewat suatu batas daerah tertentu. Dulu pada tahun 1970-an permainan ini masih ramai dilakukan oelh anak-anak di Kabupaten Muna, namun sayang seiring berkembangnya jaman permainan ini sudah tidak dimainkan lagi.