Prasasti Sipater di temukan di Masjid Tiban Jenar Kidul yang terletak di Desa Jenar Kidul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Prasasti ini ditemukan warga pada 28 Oktober 1980 di salah satu tembok bagian atas sebelah selatan masjid, yang semula untuk ganjal antara kayu atap dan tembok. Dibuat dari batu andesit dengan ukuran panjang 64 cm, lebar 38 cm, dan memiliki ketebalan 9 cm. Pada saat ini prasasti disimpan di Museum Tosan Aji Purworejo dengan nomor inventaris 432.2/IB.15. Prasasti Sipater memakai bahasa dan aksara Jawa Kuna, dan diperkirakan prasasti ini dibuat pada zaman pemerintahan Rakai Watukura Dyah Balitung pada sekitar abad 8 – 9 Masehi. Prasasti ini mengisahkan tentang pembuatan tanggul dan bendungan untuk meningkatkan hasil pertanian di tanah sima Desa Sipater. *** Sumber: kekunaan.blogspot.com
Prasasti Srngga/Biri dipahatkan dalam sebuah batu, dan ditemukan di daerah Kediri, Jawa Timur. Prasasti ini saat ini menjadi koleksi Museum Nasional dengan No. Inventaris D.1. Prasasti ini berisi tentang presmian desa perdikan Biri oleh Raja Srngga//Kertajaya pada tanggal 29 Agustus 1202. *** Sumber: kekunaan.blogspot.com
Prasasti Tempuran berangka tahun 1388 Çaka atau 1466 M dengan ditulis dalam aksrara dan berbahasa Jawa Kuno. Aksara tersebut dipahatkan di semua sisi dengan jumlah 7 baris pada sisi depan, 7 baris di sisi kiri, 10 baris di sisi belakang, dan 11 baris di sisi kana, dengan kondisi huruf yang cukup baik pada sisi depan, sisi kiri, dan sisi kanan, akan tetapi kuran jelas pada sisi belakang. Pada bagian puncak prasasti terdapat angka tahu 1388 yang ditulis dengan menggunakan aksara kuadrat tipe Majapahit. Prasasti ini terbuat dari batuan andesit ( upala pra Åasti ) dengan bentuk blok berpuncak kurawal, yang memiliki ukuran tinggi 101 cm, lebar 33 cm, dan tebal 19 cm. Sedangkan pada bagian kaki prasasti terpendam sekitar 15 cm. Prasasti ini dtemukan di halaman Padepokan Telasih Mpu Supoh di Dusun Sumber Tempur (Tempuran), Desa Sumber Girang, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Padepokan Telasih Mpu Sup...
sti batu yang masih in situ ditemukan di Dukuh Watugodeg, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Daerah Turen, yang merupakan penyesuaian bunyi dari Turyyan. Tampaknya, inilah salah toponimi pada masa Mataram Kuno yang masih lestari. Prasasti ini berukuran: tinggi 130 cm, lebar 118 cm, dan tebal 21 cm. Bertulisan pada kedua sisinya, sisi depan berjumlah 43 baris dan sisi belakang berjumlah 32 baris. Prasasti Turyyan telah dialihaksarakan dan dibahas secara ringkas oleh J.G. de Casparis (1988) dalam tulisannya yang berjudul “ Where Was Pu Sindok’s Capital Situated? ”, Studies in South and Southeast Asian Archaeology No. 2:39-52. Menurut de Casparis, di dalam prasasti Turyyan disebutkan mengenai pengelompokan para pejabat pemerintahan berdasarkan strata tingkatan jabatan dan kepangkatan, seperti Rakai, Rakryan, Samgat, Pu, Sang Dyah, Si, dan lain-lain.  ...
Prasasti Waharu IV berangka tahun 853 Çaka atau 931 M yang terdiri dari enam lempeng tembaga berukuran 36 cm x 10 cm. Setiap lempeng memuat 7 baris tulisan yang ditulis pada kedua sisinya, kecuali lempeng pertama. Prasasti yang ditemukan di daerah Gresik, Jawa Timur, merupakan prasasti dari Raja Pu Sindok yang disalin kembali pada masa Majapahit. Kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta, dengan nomor E 20 a-f. Prasasti ini telah dialihaksarakan oleh A.B. Cohen Stuart (1875) dalam KO, prasasti nomor 7; serta Boechari dan A.S. Wibowo (1985/1986) dalam Prasasti Koleksi Museum Nasional. Prasasti ini menyebutkan “sambandha. gati wargga /II.a.1/ haji an nityasa su á¹£á¹u bhakti mamrihak ên ri ṡri mah Är Äja ri Å samarak Äyya makacihna sa Åjata wargga haji /2/ sar Ä dhirotsah...
Dhandhanggula (1)Makritya ring agnya narpasiwi,nular pralampitaning Sang Wusman,Ing Surakarta wedhare, tata tri gora ratu ,Ri sangkala witning winarti, Nitisastra inaran,winarnaeng kidung,kadi kadanging sarjawa,limaksana sasananing kang janmadi,adi yang kadriyana.(cuplikan tembang Dhandhanggula bait 1) Yang artinya: akan mengerjakan perintah raja putra,meniru lambang-lambang sang wusman, di Surakarta terbabarnya, tahun 1735 dibuatnya, dinamakan Nitisastra , tergubah dalam kidung, kawi yang karib kepada jarwa, lalu ditempat manusia luhur, itu kalau (boleh) mendapat perhatian. Isi teks: cuplikan di atas menggambarkan pembuatan serat Panitisastra,atau asal muasalnya serat Panitisastra. (6) Arsa tumut sarwa nora bangkit, mukanira kadya lenging gua, kewala melongo bae, mangkana ing tumuwuh, wruhing wisa sakiki-siki, wisaning wong anembah, ing Ywang Maha Gung , yen carobo ing tyasira, dadya rege...
Sinom (1) Muwus arum ing pareman, wiyosing sabda minta sih , den amanis manohara, den alus den ngarih-arih, prihen lunturing kang sih, ywa kongsi rengat ing kalbu, yen sira lulungguhan, lan para pandhita sami, atanyaa sagung ujaring kang sastra. (cuplikan tembang sinom bait 1) Artinya: Berbicara dengan sangat pelan dan halus dalam percakapan, perkataan yang keluar sangatlah manis, semanis manohara, yang halus dan menasehati secara halus, jangan sampai rasa sayangnya hilang, jangan samapi hilang dari hati, dan jika kamu sedang duduk, dengan para pendeta juga, tanyakanlah semuannya tentang ucapan-ucapan yang mengandung sastra. (7) yeku cih naning anyata, jati kula araneki, tandhaning janma utama, ing panengran tan ngendrani, iwire tan cidreng jangji, ring antara wus tinemu, yekang aran pandhita , sastra genyang ta lirneki, tar angendhak sagung patanyan, kang prapta. (cuplikan tembang Sinom pupuh 7) ...
Pocung (5)Wuwusipun, Bathara Sramba sireksu, heh Naga iya, sira apa arsa urip, iya ingsun kang tutulung marang sira. (cuplikan tembang pocung bait 5) (6) aturipun Sang Naga inggih kalangkung, kawularsa gesang, nuhun itulung sayekti ing Bethara dadya manggih raharjo. (cuplikan Tembang pocung bait 6) Artinya : (5) ujarnya, Bethara Sramba kepadanya, heh kamu Naga, apa kamu ingin hidup, aku yang akan menolong mu. (6) Sang Naga menjawab, saya ingin hidup, terima kasih atas pertolongan dari Bethara semoga menjadi raharja. Isi teks: dari ulasan di atas berisikan percakapan antara Bethara Sramba yang ingin membantu Naga untuk menajalani hidupnya. sumber: sulistiyowatiss.blogspot.com
Dhandhanggula (1) Sampun sampat neg manusya sami, barang katon sanepa sadaya, saniskara surahsane, sayogyanya sang wiku , awan esah denya mabeki, den kukuh tapabrata, nira supayantuk, pakoleh mulyaken praja, lamun tuhu pangestuning para resi , praja anut raharja. (3)marang wadyatantranta sakyehing, miwah sekul ulam den aumrah, palane kedhep niitine, saparentahe tinut , ajrihira pan ajrih asih, kukuh prajane karta, tekeng tepis dhusun, kawengan dana sang nata , lau mungguh ing wanudya yen alaki, olehe anak lanang. (cuplikan tembang dhandhanggula bait 1 dan 3) Artinya : (1) sudah tersedia untuk semua manusia, semua yang terlihat hanyalah sebuah perumpamaan, semua artinya, bagaimana seharusnya sang pendeta pertapa, jangan mengeluh jika ingin berbakti, bertapa bratalah dengan kukuh, supaya mendapat apa yang kamu inginkan, mendapatkan kemulyaan dari rakyat, dan mendapatkan res...