Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno dan Prasasti
Prasasti Kuno Jawa Timur Gresik
Prasasti Waharu IV
- 13 Juli 2018
Prasasti Waharu IV berangka tahun 853 Çaka atau 931 M yang terdiri dari enam lempeng tembaga berukuran 36 cm x 10 cm. Setiap lempeng memuat 7 baris tulisan yang ditulis pada kedua sisinya, kecuali lempeng pertama.
 
Prasasti yang ditemukan di daerah Gresik, Jawa Timur, merupakan prasasti dari Raja Pu Sindok yang disalin kembali pada masa Majapahit. Kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta, dengan nomor E 20 a-f. Prasasti ini telah dialihaksarakan oleh A.B. Cohen Stuart (1875) dalam KO, prasasti nomor 7; serta Boechari dan A.S. Wibowo (1985/1986) dalam Prasasti Koleksi Museum Nasional.
 
Prasasti ini menyebutkan “sambandha. gati wargga /II.a.1/ haji an nityasa suṣṭu bhakti mamrihakên ri á¹¡ri mahārāja riÅ‹ samarakāyya makacihna saňjata wargga haji /2/ sarā dhirotsahā saňukasuranya maka rahineng wňi saha doja. tabêtabêhan umiring bala pāduka á¹¡ri mahā /3/ rāja aňrarah umilaňakên sakahananing á¹¡atru kaňkên andhakārāwaṡarira”, yang artinya penduduk Desa Waharu telah mendapat anugerah raja, karena penduduk Desa Waharu di bawah pimpinan Buyut Manggali senantiasa berbakti kepada raja, ikut berusaha agar raja menang dalam peperangan dan mengerahkan senjata, tanpa ingat siang ataupun malam dalam mengikuti bala tentara raja sambil membawa panji-panji dan segala macam bunyi-bunyian, pada waktu raja hendak membinasakan musuh-musuhnya yang dianggap sebagai perwujudan kegelapan.
 
Wanua I waharu atau Desa Waharu diperkirakan adalah Lowok Waru yang terletak di wilayah Kecamatan Lowok Waru, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Secara toponimi, perubahan nama dari waharu atau waru menjadi Lowok Waru kiranya merupakan suatu gejala yang sudah lazim.
 
Selain itu, prasasti Waharu IV juga memuat hukuman berupa kutukan. Kutukan, menurut prasasti ini adalah “yan apara paran umaliwat ing tgal sahutên dening ulâmandhi, ring alas dmakên dening wyâghra … ring wwai sahutên dening wuhaya …”(jika pergi melewati tegalan agar dipatuk oleh ular berbisa, jika pergi ke hutan supaya ditubruk macan … jika pergi ke sungai supaya dimakan buaya …). Malahan ditambahkan “yan hudan sâmbêrên dening glap yan angher ing umah katibana bjrâgni glap tanpa hudan liputên gêsêngana de sang hyang agni …” (jika sedang turun hujan supaya disambar petir, jika sedang di rumah supaya kejatuhan halilintar dan petir tanpa hujan supaya terbakar oleh api). ***
 
Kepustakaan:
Marwati Doened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 2008, Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno, Jakarta: Balai Pustaka
Timbul Haryono, 1999, Sang Hyang Watu Têas dan Sang Hyang Kulumpang: Perlengkapan Ritual Upacara Penetapan Sîma pada Masa Kerajaan Mataram Kuna, dalam Humaniora No. 12 September-Desember 1999

Titi Surti Nastiti, 2003, Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII – XI Masehi, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

 

Sumber: kekunaan.blogspot.com

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline