198 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
PRASASTI CIKAPUNDUNG
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Prasasti Cikapundung ditemukan warga di sekitar sungai Cikapundung Bandung hari Jumat (8 Oktober 2010). Batu prasasti bertuliskan huruf Sunda kuno tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-14. Selain huruf Sunda kuno, pada prasasti itu juga terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Hingga kini para peneliti dari Balai Arkeologi masih meneliti batu prasasti tersebut. Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran panjang 178 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 55 cm. Pada prasasti itu terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan dua baris huruf Sunda kuno bertuliskan  “unggal jagat jalmah hendap” , yang artinya semua manusia di dunia akan mengalami sesuatu. Prasasti Cikapundung ini merupakan termasuk satu temuan baru di kawasan Bandung dari masa klasik, terutama ini juga terkait dengan (kerajaan) Padjadjaran. Beberapa ahli juga menemukan beberapa arca di sekitar Cikapundung yang berbeda dengan arca-arca klasik yang lainnya, dan disebut de...

avatar
Miftah Faris
Gambar Entri
Bujangga Manik
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Bujangga Manik merupakan naskah yang sangat penting dan sangat berharga. Naskah ini ditulis dalam aksara dan bahasa Sunda. Naskah ini ditulis dalam bentuk puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, di atas daun nipah yang saat ini disimpan di Perpustakaan Bodleian di Oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 lembar daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata. Naskah ini menggambarkan keadaan pulo Jawa dan lautnya pada saat perdagangan laut dikuasai oleh Kesultanan Malaka. Yang menjadi tokoh dalam naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu Sunda yang, walaupun merupakan seorang prabu pada keraton Pakuan Pajajaran (ibu kota Kerajaan Sunda, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi kota Bogor), lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Sebagai seorang resi, dia melakukan...

avatar
hallowulandari
Gambar Entri
Sanghyang Siksakanda ng Karesian
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Sanghyang Siksakanda ng Karesian merupakan naskah didaktik, yang memberikan aturan, resep serta ajaran agama dan moralitas kepada pembacanya.Sanghyang Siksakanda ng Karesia merupakan "Buku berisi aturan untuk menjadi resi (orang bijaksana atau suci)". Naskah ini disimpan di Perpustakaan Nasional di Jakarta dan ditandai dengan nama kropak 630. Naskah ini terdiri dari 30 lembar daun nipah. Naskah ini bertanggal "nora catur sagara wulan (0-4-4-1)", yaitu tahun 1440 Saka atau 1518 Masehi. Naskah ini telah menjadi rujukan dalam publikasi yang diterbitkan oleh Holle dan Noorduyn. (1987:73-118).[3] Naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesian berasal dari Galuh (salah satu ibukota Kerajaan Sunda).

avatar
hallowulandari
Gambar Entri
Kakawin Arjunawiwaha
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Naskah 16 L 641 atau Kropak 641 disimpan di PNRI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia). Naskah ini adalah naskah nipah tertua yang berasal dari tahun 1344 berisikan kakawin Arjunawiwaha dalam bahasa Jawa Kuno. Naskah ini sebelumnya milik bupati Bandung dan berasal dari Jawa Barat.

avatar
hallowulandari
Gambar Entri
2_Serat Sulut Kutub
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Suluk Kutub ini tidak diketahui penulisnya, namun ditemukan dalam Suluk Acih Ranggasasmito. Jika apa yang tertulis di naskah ini merupakan pemikiran lazim di era Islam Demak, mungkin juga akan diberangus seperti Syeh Siti Jenar yang menyatakan, “Ora Ana Pengeran, Sing Ana ya Ingsun”. Suluk Kutub adalah dialog yang antara Maulana Rum Amir Khaji dengan Syeh Sangsu Tabaris yang diklaim wali kutub dari tanah Jawa. Pertanyaan yang diajukan oleh Syeh Sangsu Tabaris memang nakal,”siapa sebenarnya yang kau sembah?”, ketika dijawab Maualan Rum bahwa yang disembah adalah Allah, Tuhan Yangesa, menurut dalil-dalil. Maka dijawab oleh Syeh Sangsu Tabariz, shalatnya hanya sia-sia. Jawaban mengejutkan oleh Syeh Sangsu Tabaris bahwa yang disembah sebenarnya adalah Ingsun. Sisi lain dari suluk ini, nampaknya klaim bahwa Syeh Sangsu Tabariz ini orang Jawa apakah dimaksudkan untuk mendekatkan kepada orang Jawa (proximity) atau klaim Jawa yang tidak mau ketinggalan dalam...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
2_Serat Sastra Gending
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Naskah Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung merupakan salah satu naskah Jawa yang berisi ajaran panduan moral agar manusia mengenal sang pencipta dan mengerjakan perbuatan yang bermanfaat terhadap sesama umat manusia yang didasari dengan ilmu pengetahuan. Secara substantif serat ini merupakan karya monumental Sultan Agung yang menerangkan dua disiplin dalam ilmu keislaman, yakni ilmu teologi dan ilmu mistik. Ilmu teologi merupakan disiplin ilmu yang menerangkan tentang ke-esaan Tuhan, sedangkan ilmu mistik adalah disiplin ilmu yang menjelaskan tentang pola komunikasi manusia dengan Tuhannya bahkan sampai menguraikan bagaimana manusia dapat menyatu denganNya. Dalam ajaran Islam, mistik Islam dikenal dengan nama ilmu tashawwuf. Corak mistik yang diuraikan dalam serat ini meliputi tashawwuf amali dan tashawwuf falsafi. Tashawwuf amali bersentuhan dengan ajaran tentang bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan tanpa meninggalkan ilmu syari’at dengan mengerjakan amal k...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
2_Serat Sasmita Rasa
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Serat Sasmita Rasa  adalah serat yang ditulis oleh Ngesthi Gati Slira Ngudi di Surakarta pada 1858. Kemudian diterbitkan ulang pada 1927 di Solo oleh penerbit Belanda. Di sampul  Serat Sasmita Rasa  tertulis tentang  Tegesipun : Pralambanging rasa, medharaken ébah osiking pangraos ingkang badhé mahanani begja cilakaning manungsa, tumraping lalampahan, titikanipun para bijaksana ing cipta sasmita, duking jaman kina.  (Artinya: Simbol rasa, menguraikan pengajaran terhadap bahagia dan celakanya manusia, terhadap tindakan yang dimulai oleh para bijaksana dalam cipta sasmita, hingga jaman kuno). Di halaman kedua, tertulis 10 isi dari Sasmita Rasa, yakni:  Ha: Pénget Tumanggaping Budi  (Ha: pengingat tanggapnya budi),  Na: Panengeran Wong Kang Bakal Nemu Bebenduning Sukma  (Na: keinginan orang yang akan menemukan masalah jiwa),  Ca: Panengerané Wong Kang Bakal Nemu Susah Pitulungané Sukma ...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
2_Brahmandapurana
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Brahmandapurana  adalah sebuah karya sastra jawa kuno berbentuk prosa. Karya sastra ini tidak memuat penanggalan kapan ditulis dan oleh perintah siapa. Tetapi dilihat dari gaya bahasa kemungkinan berasal dari masa yang sama dengan Sang Hyang Kamahayanikan. Namun ada perbedaan utama, yaitu Sang Hyang Kamahayanikan adalah kitab kaum penganut agama Buddha Mahayana sedangkan Brahmandapurana ditulis untuk dan oleh penganut agama (Hindu) siwa. Brahmandapurana adalah kitab  Purana  yang pertama disusun di antara delapan belas kitab  Purana  atau  Mahapurana . Kitab ini mengandung legenda dan mitologi Hindu mengenai penciptaan alam semesta ( sarga ); proses penghancuran dan penciptaan kembali alam semesta secara periodik ( pratisarga ); sejarah Dinasti Surya dan Candra; kisah para dewa orang suci dan para raja kuno. Naskah asli kitab  Brahmapurana  ini tidak utuh lagi; naskah Brahmapurana yang ada sekarang ini merupak...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
Naskah Kuno Cerita Parahyangan
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

I. Ndéh nihan Carita Parahiyangan. Énya kieu Carita Parahiyangan téh. Sang Resi Guru mangyuga Rajaputra. Rajaputra miseuweukeun Sang Kandiawan lawan Sang Kandiawati, sida sapilanceukan. Ngangaranan manéh Rahiyangta Déwaraja. Basa lumaku ngarajaresi ngangaranan manéh Rahiyangta ri Medangjati, inya Sang Layuwatang, nya nu nyieun Sanghiyang Watang Ageung. Sang Resi Guru boga anak Rajaputra. Rajaputra boga anak Sang Kandiawan jeung Sang Kandiawati, duaan adi lanceuk. Sang Kandiawan téh nyebut dirina Rahiyangta Déwaradja. Basa ngajalankeun kahirupan sacara rajaresi, ngalandi dirina Rahiangta di Medangjati, ogé katelah Sang Lajuwatang, nya mantenna nu nyieun Sanghiang Watangageung.   Basana angkat sabumi jadi manik sakurungan, nu miseuweukeun pancaputra; Sang Apatiyan Sang Kusika, Sang Garga Sang Mestri, Sang Purusa, Sang Putanjala inya Sang Mangukuhan, Sang Karungkalah, Sang Katungmaralah, Sang Sanda...

avatar
Yeni27naibaho