Aksara Jawa merupakan hasil revolusi bentuk dan tatatulis serta fungsi dari aksara Kawi. Alih pusat budaya dari Majapahit ke Demak berpengaruh juga kepada perubahan yang besar-besaran juga terhadap aksara. Salam Aksara jawa http://www.kaligrafijawa.com http://iqrahanacaraka.com
Wawaton Sriwedari Wawaton Sriwedari atau wewaton merupakan pedoman atau paugeran bagi penulisan aksara jawa baru yang dihasilkan dari putusan Parepatan Komisi Kesusastraan yang diselenggarakan di Sriwedari, Surakarta, tahun 1926. Sampul depan buku Salam Aksara Jawa download-buku-wawaton-sriwedari-1926/
Prasasti Dawangsari merupakan utpala pra Åasti yang terbuat dari batu andesit dengan tinggi 68,5 cm, lebar 34 cm, dan tebal 13 cm. Prasasti ini tidak berangka tahun dengan menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno sebanyak 23 baris. Bentuk Sloka terdiri atas 9 bait. Setiap bait terdiri atas 4 baris dan jumlah suku kata dalam satu baris ada 8 buah, jadi bermetrum anustubh. Secara keseluruhan, aksara masih jelas kecuali pada baris 16, 17, 18, dan 19 ada beberapa aksara yang kabur. Hurufnya bulat dan miring ke kanan besarnya tidak sama yang digolongkan ke dalam aksara Kawi Awal. Prasasti ini ditemukan pada 16 November 1979 oleh Pak Wongsorejo ketika hendak mengolah tanahnya di Dukuh Dawangsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Prasasti Dawangsari kini disimpan di Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta dengan nomor inventaris BG 355. Se...
Prasasti Huwung berangka tahun 744 Saka (822 M) dan bertuliskan bahasa Jawa Kuno. Prasasti yang terpahat dalam sebuah batu ini ditemukan di daerah Nanggulan, sebelah barat Kota Yogyakarta, dan sekarang menjadi koleksi Museum Nasional dengan No. Inventaris D.19. Prasasti ini menyebutkan tentang Sang Watu Walai memberi perintah agar Desa Huwung dijadikan sima . ***
Prasasti Lintakan bertarikh 841 Çaka atau bertepatan dengan 12 Juli 919 M dengan memakai aksara dan berbahasa Jawa Kuno. Prasasti Lintakan dipahatkan pada tiga buah lempeng tembaga masing-masing berukuran 55,5 x 24 cm dengan ketebalan 0,3 cm. Bagian atas terdapat lubang kecil, dan bertuliskan di satu sisi masing-masing berisi 17, 20 dan 22 baris. Prasast ini berasal dari daerah Yogyakarta. Dulunya, prasasti ini dimiliki oleh Pangeran Ngabehi di Yogyakarta lalu diberikan kepada Batavia Society pada tahun 1856, dan sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris E13a dan c. Prasasti ini pernah diterbitkan oleh Cohen Stuart dalam KO I, 1875: 1-6. Damais menerbitkannya dalam EEI IV, 1995: 51. Sarkar menerbitkan dalamnya Corpus vol. II, 1972: 162-182. Boechari bersama A.S. Wibowo menerbitkannya dalam PKMN, 1985/6: 46-52. Prasasti Lintakan berisi tentang peresmian daerah perdikan di Kasugihan, Lintakan, Tunah...
Prasasti Pangumulan ditulis pada tanggal 26 Poça 824 Çaka atau 27 Desember 902 M. Prasasti Pangumulan A dan B terdiri dari tiga lempeng tembaga. Lempeng pertama berukuran 44,3 cm x 18 cm, ditulis pada satu sisi yang berjumlah 16 baris. Lempeng kedua yang berukuran 44 cm x 18,5 cm pun hanya ditulis pada satu sisinya yang berjumlah 18 baris. Lempeng ketiga berukuran 44,5 cm x 18,5 cm, ditulis pada kedua sisinya, sisi A berjumlah 20 baris dan sisi B berjumlah 13 baris. Sisi B terbagi atas dua bagian, baris pertama sampai pertengahan baris ke-8 merupakan sambungan dari lempeng pertama dan kedua yang berasal dari tahun 824 Çaka. Mulai pertengahan baris ke-8 sampai baris ke-13 memuat peristiwa dari tahun 825 Çaka. Prasasti ini ditemukan di Desa Kembang Arum, Kecamatan Klegung, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Prasasti ini berisi tentang penetapan status sima bagi Desa Panggumulan di wilayah Puluwati (sekarang Puluwatu termas...
Prasasti Wukajana tidak berangka tahun. Dalam prasasti ini dituliskan beberapa barang niaga: II.A (9) … tamwaga prakara kawah 1 dyun 1 daÅ 1 buri panliwêttan 1 tarai 1 papañnjutan (10) 1 saragi inuman 3 wsi-wsi prakara waduÅ 1 patuk patuk 1 twak 1 tampilan 1 kris 1 lukai 1 kampi (11) t 1 tatah 1 jara 1 gurumbhagi 1 pamajha 1 nakhaccheda 1 gulumi 1 siku siku 1 lingis 4 landuk 1 (= barang-barang dari tembaga [berupa] 1 cerek, 1 periuk, 1 dandaÅ, 1 buri (bejana), 1 panliwêttan, 1 talam, 1 pelita, seperangkat cepuk. Barang-barang dari perunggu (berupa) seperangkat gamelan, 1 baki, 3 perangkat tempat minuman. Barang-barang dari besi [berupa] 1 kapak, 1 beliung, 1 pedang, 1 tampilan , 1 keris, 1 sabit, 1 kampit , 1 tatah, 1 bor, 1 pisau, 1 ketam, 1 alat pemotong kuku, 1 sekop kecil, 1 siku-siku, 4 linggis, 1 parang). Sekarang prasasti...
Cerita Mytos (sejarah legendaris) mulai dengan kedatangan Ajisaka dari Arab ke tanah Jawa (Mendang Kamulan). Kemudian kematian Dewatacengkar oleh Ajisakayang mengantikannya sebagai raja di Mendhang Kamulan bergelar Prabu Jaka. Teks berahir dengan peperangan para Adipati Bang Wetan (Pesisir Timur) melawan Prabu Banjarsari di Galuh. Menurut kolofon pada h.1r dan 144v, salinan naskah ini dimulai senin pon, 23 besar, Be 1800, “Musna Nir Esti Raja” (=4 Maret 1872) dan selesai jumat wage, 10 SAPAR, Wuwu 1802 (seharusnya 1801) (= 19 april 1872). Untuk cerita yang sama lihat juga pretelan II:90-97. Pupuh 2-46 Pada h.144 terdapat catatan tambahan yang berbunyi “Kagungan Dalem Pangeran Harja.” Dibawahnya terdapat cap yang tidak terbaca. Sebuah ringkasan naskah ini telah dibuat oleh M. Simone Moendisoera pada tahun 1940, beserta daftar gatra-gatra pertama dari tiap pupuh, sebanyak 10 halaman.
Buku ini memuat keterangan keterangan tentang rumah orang jawa, antara lain dari rumah kayuserta bentuk bentuknya, pemilihan kayu jati yang baik warnanya, awet, yang mempunyai angsar baik dan tidak baik, cara menebang, anggebing atau cara menyigar kayu, ukuran balungan,dll. Diurutkan sejak jaman kuno. Ringkasan dari masa Panti Boedja ada dua : buatan R. Tonojo (1 halaman ketikan) dan M. Sinoe Moendisoera ( 3 halaman, tulisan tangan ,huruf jawa). Naskah juga pernah dibuat alihaksara pada jaman Panti Boedja; Lihat LL13. Menurut kolofonnya (h.39), naskah disalin oleh Mangundarma di Surakarta. Penyalinan selesai pada hari 23 Robigulahir, Ehe 1836 (16 Juni 1906). Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1645#prettyPhoto[gallery]/3/