Sebuah Naskah yang menceritakan kisah legendaris AJISAKA, ditulis dalam bahasa Jawa - Macapat, aksara Jawa, file pdf nisa diundhuh di www.sasayota.jimdo.com
Sebuah buku yang berisi tentang Pedoman Penulisan aksara Jawa - Bahasa Jawa Kuna (KAWI) file PDF bisa diundhuh di www.sasayota.jimdo.com
Rumpun bahasa Lampung adalah sekelompok bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Provinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten. Rumpun ini terdiri dari : Bahasa Komering , Bahasa Lampung Api dan Bahasa Lampung Nyo . Kelompok ini merupakan cabang tersendiri dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia . Ada yang membagi rumpun bahasa Lampung dalam dua dilek. Pertama, dialek A yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa, Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering, dan Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, dialek O yang dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun). Dr Van Royen mengklasifikasikan rumpun bahasa Lampung dalam dua subdialek, yaitu dialek Belalau atau dialek Api, dan dialek Abung atau Nyo. A. Di...
Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten adalah dua benda pusaka peninggalan Raja Majapahit . Nagasasra adalah nama salah satu dapur (bentuk) keris luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas, sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya. Bagian gandik keris ini diukir dengan bentuk kepala naga ( biasanya dengan bentuk mahkota raja yang beragam ), sedangkan badannya digambarkan dengan sisik yang halus mengikuti luk pada tengah bilah sampai ke ujung keris. Dengan ciri-ciri antara lain adalah kruwingan , ri pandan dan greneng , dan beberapa empu (berdasarkan zamannya seperti Majapahit , Mataram dan Mataram Nom ) membuat keris ber-dapur nagasasra. Pada keris dapur Nagasasra yang baik, sebagian besar bilahnya diberi kinatah emas, dan pembuatan kinatah emas semacam ini tidak...
Prasasti Batutulis Bogor adalah sebuah prasasti peninggalan abad ke-16 dari jaman kerajaan Pajajaran yang letaknya di tepian Jalan Batutulis, persis di depan Istana Batutulis, Bogor. Prasasti Batutulis Bogor disimpan di dalam sebuah bangunan persegi empat berukuran sekitar 5 x 5 meter di atas tanah seluas 255 meter persegi. Tidak ada kelambu penutup situs, tidak ada harum dupa atau kembang, sehingga tidak ada kesan ‘wingit’ ketika masuk ke dalam ruangan dimana situs Prasasti Batutulis Bogor berada, sebagaimana biasa dijumpai pada situs yang dikeramatkan. Ini bisa dimengerti karena situs Prasasti Batutulis ini berada dalam pengawasan Dinas Purbakala, sehingga pemujaan kepada situs, jika pun ada, tidaklah kentara. Seperti namanya, Prasasti Batutulis ditulis pada sebuah batu Terasit, jenis batu yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Cisadane, Bogor. Prasasti Batutulis Bogor ditulis dengan menggunakan huruf Sunda Kawi (Pallawa) dan memakai bah...
Prasasti ini pertama kali ditemukan oleh seorang Belanda N.W Hovenman di kali Ciarunteun anak sungai Cisadane pada tahun 1683. Dari ditemukannya hingga tahun 1965, prasasti tersebut tetap pada tempatnya, yaitu di sungai Ciarunteun. Di lokasi batu tulis kami bertemu dengan penjaga batu bersejarah ini yaitu pak Atma. Beliau sangat menyambut kedatangan kami. Usianya sekitar 60 tahunan. Dengan perawakannya yang kecil, namun tetap terlihat kuat. Sehari-hari bila ia tak di lokasi batu tulis mengawal para pengunjung, ia berada di ladangnya yang tak jauh dari lokasi. Dengan semangat dan cintanya pada situs ini, ia berkisah pada kami tentang peninggalan-peninggalan kerajaan kuno ini. Proyek Pengangkatan Batu Tulis Ciarunteun Sekitar tahun 1965-1975 banyak murid-murid SR (sekarang sejajar dengan SD) yang ingin melihat batu bersejarah ini. Untuk melihat batu tulis Ciarunteun, para pengunjung dahulu harus menyebrang sungai. Kadangkala bila musim hujan datang, batu tulis tak dapa...
Prasasti Koleangkak terletak ± 24 km sebelah barat dari Kota Bogor, atau ± 10 km dari Kota Leuwiliang atau ± 14 km sebelah selatan Kota Kecamatan Nangung. Prasasti ini termasuk di dalam Kampung Pasir Gintung RT 02/RW 04, Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung. Secara geogrfis terletak pada koordinat 106°32'46"BT dan 06°34'06" LS dengan ketinggian ± 485 m di atas permukaan air laut. Lokasi dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat atau kendaraan roda dua. Dari Kota Bogor menggunakan kendaraan umum Bogor – Leuwiliang, kemudian dilanjutkan anggkutan umum Leuwiliang-Nanggung, berhenti di Parakanmuncang (depan rumah kepala Desa Parakanmuncang). Dari sini berjalan kaki menyusuri jalan setapak sejauh ± 700 m melewati perkampungan, ladang, sawah menuju Bukit Koleangkak. Dahulu daerah itu termasuk tanah perkebunan Jambu sehingga prasasti itu dikenal dengan nama Prasasti Jambu. Sekarang ada yang menyebutnya Prasasti Pas...
Arca Domas berada di kecamatan Ciomas, Bogor yang juga merupakan kaki Gunung Salak Endah. Arca Domas – Cibalay masih dalam wilayah Kecamatan Tenjolaya. Di kaki Gunung Salak, untuk mencapai Arca Domas, kita harus mendaki pegunungan dari jalan aspal sekitar kurang lebih 1,5 Km. Arca Domas sendiri sebenarnya merupakan beberapa batu-batuan yang tersusun rapi, dan dipercaya sudah ada sejak jaman Megalithikum. Luas areal situs tersebut kurang lebih sekitar 1 hektar, hingga saat ini keadaannya masih rapi dan terawat dengan baik. DI pintu gerbang situs tersebut tertulis nama “Bale Kambang”, tempat ini dipercaya dulunya sebagai tempat penasehat-penasehat Pajajaran berunding dan bermusyawarah menyusun strategi. Kata Arca Domas sendiri berasal dari bahasa Sunda Kuno yang berarti “800 Patung”, namun belum ada yang menghitung jumlah batu-batuan yang berada di sekitar situs ini. Diantara batu-batu tersebut ada beberapa batu yang memiliki tulisan-tulisan yang...
Situs Pasir Angin terletak di desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulan, Kabupaten Bogor, menjadi salah satu situs yang dipandang sebagai situs prasejarah yang cukup penting bagi bidang arkeologi di Indonesia yang dibangun pada tahun 1976. Esensi dari kehidupan bercorak Megalithikum adalah adanya pemujaan terhadap arwah para leluhur, merupakan tempat bersemayamnya arwah-arwah tersebut. demikian seperti halnya situs Pasir Angin, Situs ini ditandai dengan adanya satu batu monolit yang memiliki bidang datar dibeberapa sisinya. Orientasi dari monolit setinggi 1.2 meter ini menghadap ke arah Timur Eskavasi dimulai sejak 1970-1975 dilakukan oleh Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional” dibawah pimpinan R.P Soejono menghasilkan artefak-artefak yang dibuat dari batu, besi, perunggu, tanah lat obsidian dan kaca, disamping gerabag-gerabah berupa periuk dll. Benda-benda temuan antara lain berupa kapak perunggu bentuk ekor burung Sriti, candrasa, tongkat perunggu, bandul kalung perungg...