Berikut ini lirik lagu Rat-rat Gurisat, salah satu lagu anak-anak (kawih murangkalih) dari tanah Sunda. RAT-RAT GURISAT Rat-rat gurisat nini ingrat paéh diselap tiselap kana kuciat dibura ku laja tuhur laja tuhur meunang ngunun meunang ngunun tujuh taun kadalapan diburakeun nyeh prot... nyeh prot... nyeh prot...! (Sumber : Hadi, Ahmad, dkk. 1994. PEPERENIAN : Kandaga, Unak-anik, Rusiah Basa Sunda. Bandung : CV Geger Sunten) #OSKMITB2018
Yen gumanti bajang tanbinaya pucuk nedeng kembang Disubaye layu tan ade ngarungwang ngemasin mekutang Becik melaksana de gumanti dadi kembang bintang Mentik dirurunge makejang mengempok raris kaentungang To I bungan sandat selayu layu layune miik Toya nyandang tulang sauripe melaksana becik Para truna truni mangda saling asah asih asoh Menyama beraya to kukuhin rahayu kepanggih Becik melaksana de gumanti dadi kembang bintang Mentik dirurunge makejang mengempok raris keentungang To I bungan sandat selayu layu layune miik Toya nyandang tulang sauripe melaksana becik Para truna truni mangda saling asah asih asoh Menyama beraya to kukuhin rahayu kepanggih To I bungan sandat selayu layu layune miik Toya nyandang tulang sauripe melaksana becik Para truna truni mangda saling asah asih asoh Menyama beraya to kukuhin rahayu kepanggih...
Bareh Solok adalah lagu khas minang yang liriknya berisikan tentang kenikmatan dan kelezatan beras solok. Memang unik, dan bisa dibilang hampir semua orang minang yang saya kenal, tidak ada yang tidak tahu lagu bareh solok. Bareh solok sendiri diciptakan oleh Nurkan Syarief dan dipopulerkan oleh Elly Kalsim. Berikut liriknya: Bareh Solok tanak didandang Dipagatok ulam pario Bunyi kulek cando badendang Dek ditingkah (hmm) si samba lado Urang Sumpu jalan barampek Di Singkarak singgah dahulu Bareh baru makan jo pangek Indak tampak (ondeh mak) mintuo lalu Bareh Solok bareh tanamo Bareh Solok lamak rasonyo Bareh Solok bareh tanamo Bareh Solok lamak rasonyo Di reff terakhirnya bahkan disebutkan: "Beras solok, beras ternama Beras solok enak rasanya" Lagu ini benar benar unik karena menceritakan tentang kelezatan beras solok jika dimakan dengan pangek, sambalado, serta makanan lain, dan kadang membuat air liur menetes saat menyanyikan liriknya. Sumber: dari orang orang minan...
Lagu ini merupakan lagu yang sering dinyanyikan oleh anak-anak kecil saat bermain dan ada yang bertengkar. Lagu ini diajarkan oleh guru bahasa Sunda saya semasa SMA Berikut liriknya: Tampolong Bahe Belut Ditalian Tong ngomong wae Gelut sakalian Yang dua baris terakhirnya berarti: Jangan berbicara terus Bertengkar sekalian
Lagu ini digunakan untuk memuji Tuhan. Liriknya adalah sebagai berikut: (VERSE 1) Surga katai merising Katai boyo weamea Iminohi yemambe yeidu we yau Nawana surga mahikai Merising pampam tonana Jau ira to surga Mahikai REEF: Katai Merising (2x) Katai Merising Pampam tonana ya Katai Merising (2x) Jau ira to surga Mahikai Yang artinya adalah Surga tempat yang tenang tempat yang Dia janjikan ku tinggal menunggu merinduNya disana tempat yang senang senang kekal selamanya ku pergi ke surga yang tenang tempat yang tenang (2x) tempat yang tenang kekal selamanya tempat yang tenang (2x) ku pergi ke surga yang tenang Bahasa asli dan terjemahannya dua-duanya dapat dinyanyikan. Biasanya digunakan untuk kesaksian di tempat ibadah Kristen. OSKMITB2018
Awal mula atau sejarah bangklung yang ada di wilayah Desa Cisero tidak diketahui pasti sejak kapan. Namun menurut Bapak Adjuk, sesepuh di Desa Cisero, bangklung sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia dan turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Pak Adjuk sendiri diperkenalkan dan diwarisi bangklung oleh kakek beliau. Dari catatan dari Bapak Adjuk, alkisah daerah kampung Babakan Garut dibangun dari orang-orang yang berasal dari daerah Sukapura, yaitu Eyang Jangkung dan Bapak Nurhikam yang awalnya adalah sarana hiburan untuk masyarakat dan media dakwah agama Islam. Pada awalnya, kesenian ini bernama Yami Rudat dengan alat musik rebana dan melantunkan syair-syair sholawat Rasul. Lama kelamaan kesenian ini berubah, terutama alat musiknya, merekan menciptakan alat music yang hamper serupa dengan rebana yang disebut terebang dan berjumlah 5 buah. Lima terebang ini dinamai sesuai dengan ukurannya mulai dari kempring sampai anak. Kata 'bangklung' sendiri...
Tesa’ana nu Madika kaili Nosangaka I Randa Ntovea Nipalili Ritana Njambali ranga Pomperapi Ntodea Rimadika Ala Masalama nu Ngatana Na’asi rara I Randa Ntovea Mbaturusi perapi Ntodea Mbapalaisi totua Mbapotovena Damo doa’na Ritupu Allah Ta’ala Ala Rapaka voe Duana Kuasa Tupu Allah Ta’ala Nipakatukana Bengga Bula Nompaka Voe dua I Randa Ntovea Haimo hai Najadi Niposabana Nombali Nontambai Kagayana Nakarebamo Ritotuana Madika’ta ri Tana Kaili Nituduna bo Nipekipokiona Manjili Rapoviaka Adana Moviaka ada Salamana Manjili Rapoviaka Adana Moviaka ada Salamana Manjili Rapoviaka Adana Moviaka ada Salamana…
Salah satu lagu daerah yang sangat terkenal di kalangan pelajar kabupaten buol adalah lagu daerah yang berjudul "Vuoyo Rlipu Koponuku". Lagu ini sendiri bercerita tentang kecintaan dan kebanggaan kita terhadap daerah sendir. Lirik Lagu : Vuoyo rlipu koponuku, Vuoyo rlipu kosayangu, Rlipu ni Inaku ni amaku, Pino nganakan no kunaku, Sambe maate diila korlipatangu, Vuoyo rlipu koponuku Terjemahan : Kota Buol yg kucinta, Kota Buol yg ku sayang, Kota ibu dan bapakku, tmpat aku dilahirkan, sampai mati tidak akan kulupakan, kota buol yang kucinta
Kalindaqdaq merupakan salah satu tradisi adat yang berasal dari Mandar, Sulawesi Barat. Tradisi ini berupa penyampaian perumpamaan saat hendak menyampaikan keinginannya kepada seseorang, layaknya sebuah pantun. Biasanya penyampaian itu berupa sindiran-sindiran yang bisa membuat lawan bicara tertegun. Kalindaqdaq juga terkadang bernuansa sebuah puisi, rayuan kepada wanita, dan bahkan berisikan motivasi atau semangat kepada pejuang pada masa perjuangan perebutan wilayah kekuasaan para raja di tanah Mandar. Kalindaqdaq sering diperdengarkan pada acara pappatammaq atau lebih dikenal sayyang pattuqdu (acara syukuran bagi yang khatam al-qur’an) yang setiap tahun diadakan secara massal di Sulawesi Barat. Ciri kalindaqdaq, seperti umumnya puisi, adalah keterbatasannya, ketakbebasannya, yang membedakannya dengan toloq, karena toloq, seperti umumnya prosa, lebih bebas, lebih leluasa dalam bentuk dan aturan-aturan pengucapan. Sepe...