Awal mula atau sejarah bangklung yang ada di wilayah Desa Cisero tidak diketahui pasti sejak kapan. Namun menurut Bapak Adjuk, sesepuh di Desa Cisero, bangklung sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia dan turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Pak Adjuk sendiri diperkenalkan dan diwarisi bangklung oleh kakek beliau. Dari catatan dari Bapak Adjuk, alkisah daerah kampung Babakan Garut dibangun dari orang-orang yang berasal dari daerah Sukapura, yaitu Eyang Jangkung dan Bapak Nurhikam yang awalnya adalah sarana hiburan untuk masyarakat dan media dakwah agama Islam. Pada awalnya, kesenian ini bernama Yami Rudat dengan alat musik rebana dan melantunkan syair-syair sholawat Rasul. Lama kelamaan kesenian ini berubah, terutama alat musiknya, merekan menciptakan alat music yang hamper serupa dengan rebana yang disebut terebang dan berjumlah 5 buah. Lima terebang ini dinamai sesuai dengan ukurannya mulai dari kempring sampai anak. Kata 'bangklung' sendiri berasal dari nama alat musik pengiringnya yaitu 'bang' dari kata 'terebang', yaitu alat musik tradisional yang dipukul, dan 'klung' dari kata angklung,y aitu alat musik tradisional khas dari Sunda. Bangklung mulai diakui menjadi kesenian tradisional dari Garut sejak tanggal 1 Desember tahun 1979. Dan menjadi salah satu kesenian di Garut yang menjadi ikon Kabupten Garut serta diikutkan sebagai perwakilan Kabupaten Garut dalam berbagai pentas kesenian. Bangklung memiliki fungsi utama sebagai alat hiburan, media dakwah para ulama dan media pemersatu masyarakat. Pada zaman Belanda, bangklung dipentaskan untuk media dakwah dan sebagai peringatan hari-hari besar, seperti tatkala Ratu dari Belanda melahirkan yang disebut Pesta Raja, maka Bangklung ditampilkan sebagai peringatan dalam hari yang disebut Pesta Raja tersebut. Setelah masa penjajahan Belanda, bangklung dipentaskan pada upacara adat seperti Miceun Runtah, Kawin Cai di Kab. Sumedang, Hajatan, Ngarot di Desa Lelea Kab. Indramayu, dsb. Contoh lainnya adalah sebagai berikut: 1. Pada uppacara sehabis panen (ngangkut jeung ngampih). 2. Pada upacara mengarak anak yang akan dikhitan (ngaleunggeuh). 3. Pada upacara Pesta Raja. 4. Untuk memeriahkan arena permainan laying-layang Zaman sekarang ini, Bangklung dipentaskan pada peringatan hari-hari Nasional, seperi HUT RI dan juga pada perkumpulan pergelaran seni tradisional (saresehan seni tradisional). Bangklung dimainkan oleh 5 pemain terebang (dengan ukuran yang berbeda-beda) dan 20 pemain angklung, dan 1 pemain terompet. Dan semua mengenakan pakaian tradisional Sunda yang berbentuk dan model sama tetapi dengan warna yang berbeda, yaitu baju kampret dan celana sontog dilengkapi dengan Ikat kepala (totopong), pakaian ini adalah hasil penyesuaian dengan zaman sekarang.
Bangklung melantunkan beberapa lagi, diantaranya sebagai berikut: 1. Lagu Maolay (diambil dari kitab berjanji) 2. Lagu Soleang 3. Lagu Anjrog 4. Lagu Buncis 5. Lagu Tokecang Lagu-lagu tersebut dilantunkan sembari para pemain lainnya menari dan sesuai dengan upacara yang diiringinya.
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock ana...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang