|
|
|
|
Sejarah dan fungsi bangklung Tanggal 17 Aug 2018 oleh Oskm18_16918089_m_firdaus_fathurrohman_t . |
Awal mula atau sejarah bangklung yang ada di wilayah Desa Cisero tidak diketahui pasti sejak kapan. Namun menurut Bapak Adjuk, sesepuh di Desa Cisero, bangklung sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia dan turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Pak Adjuk sendiri diperkenalkan dan diwarisi bangklung oleh kakek beliau. Dari catatan dari Bapak Adjuk, alkisah daerah kampung Babakan Garut dibangun dari orang-orang yang berasal dari daerah Sukapura, yaitu Eyang Jangkung dan Bapak Nurhikam yang awalnya adalah sarana hiburan untuk masyarakat dan media dakwah agama Islam. Pada awalnya, kesenian ini bernama Yami Rudat dengan alat musik rebana dan melantunkan syair-syair sholawat Rasul. Lama kelamaan kesenian ini berubah, terutama alat musiknya, merekan menciptakan alat music yang hamper serupa dengan rebana yang disebut terebang dan berjumlah 5 buah. Lima terebang ini dinamai sesuai dengan ukurannya mulai dari kempring sampai anak. Kata 'bangklung' sendiri berasal dari nama alat musik pengiringnya yaitu 'bang' dari kata 'terebang', yaitu alat musik tradisional yang dipukul, dan 'klung' dari kata angklung,y aitu alat musik tradisional khas dari Sunda. Bangklung mulai diakui menjadi kesenian tradisional dari Garut sejak tanggal 1 Desember tahun 1979. Dan menjadi salah satu kesenian di Garut yang menjadi ikon Kabupten Garut serta diikutkan sebagai perwakilan Kabupaten Garut dalam berbagai pentas kesenian. Bangklung memiliki fungsi utama sebagai alat hiburan, media dakwah para ulama dan media pemersatu masyarakat. Pada zaman Belanda, bangklung dipentaskan untuk media dakwah dan sebagai peringatan hari-hari besar, seperti tatkala Ratu dari Belanda melahirkan yang disebut Pesta Raja, maka Bangklung ditampilkan sebagai peringatan dalam hari yang disebut Pesta Raja tersebut. Setelah masa penjajahan Belanda, bangklung dipentaskan pada upacara adat seperti Miceun Runtah, Kawin Cai di Kab. Sumedang, Hajatan, Ngarot di Desa Lelea Kab. Indramayu, dsb. Contoh lainnya adalah sebagai berikut: 1. Pada uppacara sehabis panen (ngangkut jeung ngampih). 2. Pada upacara mengarak anak yang akan dikhitan (ngaleunggeuh). 3. Pada upacara Pesta Raja. 4. Untuk memeriahkan arena permainan laying-layang Zaman sekarang ini, Bangklung dipentaskan pada peringatan hari-hari Nasional, seperi HUT RI dan juga pada perkumpulan pergelaran seni tradisional (saresehan seni tradisional). Bangklung dimainkan oleh 5 pemain terebang (dengan ukuran yang berbeda-beda) dan 20 pemain angklung, dan 1 pemain terompet. Dan semua mengenakan pakaian tradisional Sunda yang berbentuk dan model sama tetapi dengan warna yang berbeda, yaitu baju kampret dan celana sontog dilengkapi dengan Ikat kepala (totopong), pakaian ini adalah hasil penyesuaian dengan zaman sekarang.
Bangklung melantunkan beberapa lagi, diantaranya sebagai berikut: 1. Lagu Maolay (diambil dari kitab berjanji) 2. Lagu Soleang 3. Lagu Anjrog 4. Lagu Buncis 5. Lagu Tokecang Lagu-lagu tersebut dilantunkan sembari para pemain lainnya menari dan sesuai dengan upacara yang diiringinya.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |