Jika Anda sedang mengunjungi Kalimantan Timur, mungkin kain sulaman yang satu ini bisa dijadikan pilihan untuk buah tangan keluarga Anda di rumah. Kain sulaman khas Kalimantan Timur ini memiliki corak yang beragam dengan warna-warna yang cerah. Inilah sulam tumpar, kerajinan tangan kebanggaan masyarakat provinsi yang memiliki ibukota di Samarinda ini. Tidak hanya dalam bentuk kain sulaman, sulam tumpar juga banyak diaplikasikan ke berbagai barang seperti tas, pakaian, hingga ke hiasan dinding. Aneka ragam corak seperti flora dan fauna menambah cantik kain sulaman yang banyak memikat hati para wisatawan yang berkunjung ke Kota Samarinda ini. Kain sulam tumpar sendiri dibuat dari hasil alam yaitu pohon ulap doyo. Pohon yang banyak tumbuh di wilayah Kalimantan ini memang digunakan untuk bahan beberapa kerajinan. Selain sulam tumpar, tenun badong tancep dan tenun ulap doyo juga menggunakan pohon ini sebagai bahannya. Tidak sulit untuk menemukan Kain sulaman sulam tumpa...
Sepertinya halnya batik di Jawa, songket di Sumatera Selatan, dan ulos di Sumatera Utara, di Sulawesi Utara khususnya Etnis Minahasa mengenal kain tenun tradisional yang popular disebut kain Bentenan. Keberadaan kain ini cukup kontroversi karena pernah menghilang sekitar 200 tahun lamanya dari tanah Minahasa. Bentenan sejatinya merujuk pada sebuah pulau dan teluk di pantai di Kabupaten Minahasan Tenggara. Dahulu, sekitar abad ke-15 hingga 17 perairan ini merupakan kawasan pelabuhan dagang dan transit para pelaut sebelum mereka menuju Ternate. Dan sekitar tahun 1900-an kain Bentenan ditemukan untuk yang pertama kali dikawasan tersebut, tepatnya di Desa Bentenan, Ratahan, Minahasa Tenggara. Keberadaan kain Bentenan tidak terlepas dari aktivitas budaya dan sejarah suku Minahasa. Sekitar abad 7 Masehi masyarakat Minahasa telah mengenal kain dari kulit kayu bernama Fuya , yang berasal dari kulit pohon Lahendong dan kulit pohon Sawukkuow. Selain itu mereka juga mengenal serat...
Suku Kajang adalah salah satu suku yang tinggal di pedalaman Makassar, Sulawesi Selatan. Secara turun temurun, mereka tinggal di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi mereka, daerah itu dianggap sebagai tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya, Tana Toa.Tanah Toa adalah desa dikecamatan Kajang,Kabupaten Bulukumba,SulawesiSelatan,Indonesia . Desa ini dihuni oleh suku kajang. Secara administratif Desa Tana Toa adalah satu dari sembilan belas desa yang ada dalam lokasi kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa Tana Toa adalah desa tempat komunitas masyarakat adat Kajang yang masih erat dalam menjaga dan melindungi peradaban mereka sampai yang sampai hari ini masih di pertahankan.Secara keseluruhan Luas lokasi desa Tana Toa ini yaitu 331,17 ha, baik yang terhitung lokasi Kajang dalam ataupun Kajang luar. Serta dari 331,17 ha tersebut, kurang lebih 90 ha dipakai untuk area pertanian. Tanaman yang dibudidayakan diatas area seluas itu cukup bermacam, salah sat...
Kebiasaan mengerjakan tenun di Kabupaten Ende tidak merata karena sebagian besar orang Lio dilarang adat untuk menenun. Hanya dua suku yang diperbolehkan bertenun yaitu suku Mbuli dan suku Nggela yang kemudiam bertugas untuk menghasilkan tenunan untuk semua suku di Lio. Semua suku di Ende di perbolehkan menenun namun sebagian penduduknya tidak dibiasakan menenun sehingga tenunan suku Ende lebih terpusat pada tenunan Ende Ndona. Sehingga sebutan tenunan Ende dan tenunan Lio itu sebenarnya hanyalah sebuah generalisasi karena tenunannya dapat dipersempit menjadi tenunan Mbuli Nggela dan Ende Ndona. Setiap sarung Ende dan Lio biasanya berwarna dasar merah tua kecoklatan, ditenun dua kali dan dijahit dengan memisahkan bagian tengah (one) dan bagian kaki (ai). Bagian tengah mempunyai ikatan sebagai pola khusus, sedangkan bagian kaki senantiasa diperkecil sehingga setiap jalur itu mempunyai nama masing-masing sampe jalur yang paling kecil. Tenunan pria Ende dan Li...
Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki bagi penduduk asli Papua. Koteka terbuat dari kulit labu air. Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur lalu digunakan. Secara harfiah, koteka bermakna pakaian, bahasa ini diambil dari salah satu suku di Paniai.
Motif batik betawi antara lain: Motif Topeng melambangkan tari betawi Motif Kembang api melambangkan hajatan Karakterdari motif batik betawi adalah warna yang mencolok Batik itu misteri, batik itu cerita, batik itu alat komunikasi Menyampaikan pesan pesan lewat motif 4 proses dalam pembuatan batik 1. Pembuatan motif di atas kain, menambah Isen-isen (motif dasar batik) 2. Merekatkan malam / menyanting fungsinya perintang; tujuannnya merintangi bagian yg tdk ingin terkena warna 3. Teknik celup warna; ditutup malam yg kena warna awal supaya tdk terkena warna kedua -warna sintesis (kimia) 1 kali celup -warna alam (tumbuhan) bisa 10-20 kali celup karena pigmen warnanya tipis Warna klasik (original) Ramah lingkungan Teknik warna colet; spt melukis pake kuas, cotton bud Mencuci batik dgn lerak Jangan kena air sebelum fiksasi 4. Ngelorot (melepaskan malam); utk melepaskan /menghilangkan malam yg ada di kain; celup kain dalam air yg mendidih...
Kata “Sasirangan” berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kalau di Jawa disebut jumputan. Kain sasirangan sekarang dibuat dengan memakai berbagai macam bahan kain yang dijahit dengan tangan . Kemudian disapu dengan bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif yang menawan. Kain sasirangan yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) menurut para tetua masyarakat setempat, dulunya digunakan sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk dipakai kaum lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum wanita. Kain ini juga sebagai pakaian adat dipakai pada upacara-upacara adat, bahkan digunakan pada pengobatan orang sakit. Tapi saat ini,...
Songket Palembang sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang. Songket telah ada di Palembang sejak ratusan tahun silam dan diyakini sejak zaman Sriwijaya. Pada waktu itu kerajinan songket merupakan suatu usaha sambilan bagi penduduk asli Palembang. Songket telah ada bersamaan munculnya Kesultanan Palembang Darussalam (1659-1823). Berdasarkan catatan sejarah yang berhak dan pantas memakai songket pada waktu itu adalah raja atau sultan dan kerabat keraton. Songket yang dipakai oleh para sultan di Palembang merupakan pelengkap pakaian kebesaran.
Perkembangan Tenun Siak bermula ketika Siak diperintah Sultan Said Syarif Ali, sekitar tahun 1800, ketika usaha kerajinan tenun ini mulai dikenal luas. Pada masa lalu ada seorang bernama Encik Siti binti E. Wan Karim yang berasal dari Trengganu, yang tenunannya menggunakan benang sutera, katun dan emas. Tenunan itu sangat disenangi oleh kalangan istana. Ia mengembangkan motif tradisional dan ciptaan baru sehingga dikenal dan disukai kembali setelah agak terlupakan. Hingga kini, penenun Siak dianggap lebih teguh mengembangkan corak asli Melayu, yaitu pucuk rebung, awan larat, bunga cengkih, tampuk manggis, semut beriring, siku keluang, dan itik pulang petang.