Batik khas Bali, motif Merak Byorhokokai :
Asil produksi rumahan penduduk desa Tenganan yang bernilai tinggi adalah kain tenun Gringsing , pengerjaannya menggunakan tehnik ikat ganda atau dobel ikat, memerlukan proses dalam kurun waktu yang cukup lama dari 2-5 tahun. Tenganan sendiri merupakan salah satu desa Bali Age (penduduk Bali asli) yang masih mempertahankan warisan-warisan budaya serta tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya seperti tradisi mekare-kare atau perang pandan dan perang pisang, serta sejumlah aturan adat yang masih lestari sampai sekarang, sehingga membuatnya menjadi salah satu objek wisata di Bali yang memiliki budaya serta tradisi unik, banyak wisatawan lokal maupun asing berkunjung ke sini, untuk bisa menyaksikan lebih dekat keberadaan desa Tenganan. Kain tenun Gringsing memang memiliki nilai seni dan mutu luar biasa. Penamaannya berasal dari bahasa Bali dengan asal kata "Gring" berarti sakit dan "Sing" artinya tidak, sehingga secara utuh menjadi kata "tida...
Kain gringsing adalah satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik teknik dobel ikat dan memerlukan waktu 2-5 tahun. Kain ini berasal dari Desa Tenganan , Bali . Umumnya, masyarakat Tenganan memiliki kain gringsing berusia ratusan tahun yang digunakan dalam upacara khusus. Kata gringsing berasal dari gring yang berarti 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak', sehingga bila digabungkan menjadi 'tidak sakit'. Maksud yang terkandung di dalam kata tersebut adalah seperti penolak bala. Di Bali, berbagai upacara, seperti upacara potong gigi, pernikahan, dan upacara keagamaan lain, dilakukan dengan bersandar pada kekuatan kain gringsing. Berdasarkan mitos, adanya kain tenun gringsing berawal dari Dewa Indra, pelindung dan guru kehidupan bagi masyarakat Tenganan. Dewa Indra kagum dengan keindahan langit di malam hari dan dia memaparkan keindahan tersebut melalui motif tenunan kepada rakyat pilihannya, yaitu rakyat Tenganan. D...
Kain Gringsing berasal dari Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, salah satu desa Bali Aga. Kain gringsing boleh jadi satu-satunya kain tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik dobel ikat. Keseluruhan prosesnya ditenun dengan tangan dan menggunakan pewarna alami. Proses pembuatannya membutuhkan waktu sekitar 2-5 tahun. Sejarah dan asal mula kain gringsing tidak diketahui pasti. Dari bukti Prasasti Ujung, kain gringsing telah dikenal sejak abad ke-11 Masehi. Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, adanya kain gringsing ini berawal dari Dewa Indra yang kagum akan keindahan langit di malam hari. Dewa Indra lalu mengajarkan para wanita Tenganan untuk menguasai teknik menenun kain gringsing yang melukiskan dan mengabadikan keindahan bintang, bulan, matahari, dan hamparan langit lainnya. Mitologi lainnya menyebutkan bahwa ketrampilan menenun gringsing diperoleh dari seorang nenek tua bernama Dadong Bungkut yang setiap hari menenun gringsing di bulan. Pengetahuan orang t...