Di suatu daerah terpencil di Kalimantan Barat, hidup seorang ibu tua bersama anak gadisnya yang cantik bernama Darmi. Semenjak suaminya meninggal, sang ibu terpaksa bekerja menjadi buruh sawah dengan upah harian kecil. Darmi, anak ibu tersebut adalah anak cantik tapi sangat manja. Meskipun kehidupan mereka susah, namun Darmi tetap saja senang bersolek. Ia senang memamerkan kecantikannya ke seantero kampung. Setiap hari Darmi kerjanya hanya menghabiskan uang ibunya dengan membeli perhiasan dan alat-alat kecantikan. Sering ibunya menasehati Darmi agar mau hidup sederhana sesuai kemampuan, namun Darmi tak menggubrisnya. Darmi justru malah membentak ibunya agar bekerja lebih keras lagi. Darmi tak pernah mau membantu ibunya bekerja di sawah. Selalu saja ada alasan agar tidak ikut ke sawah. Pada saat ibunya bekerja, Darmi akan mulai bersolek kemudian berjalan-jalan di desa untuk memamerkan kecantikannya. Banyak pemuda desa mengagumi kecantikan Darmi. Suatu ketika, saat ibunya hendak p...
Konon ceritanya pada zaman pemerintahan Sultan Syafiuddin I, Kesultanan Sambas pernah didatangi oleh pasukan dari Kerajaan Majapahit, yang tujuannya ingin memerintah Kesultanan Sambas. Tentu saja keinginan itu ditentang oleh Sultan Sambas beserta rakyatnya. Merasa ditentang, pasukan Majapahit menyerang Sambas. Terjadilah peperangan. Bantilan membantu Sambas hingga pasukan dari Majapahit itu dapat dikalahkan. Bantilan itu adalah nama sebuah ilmu putih yang ceritanya dimiliki oleh tujuh bersaudara. Masyarakat Sambas pada umumnya merasa ngeri dan berdiri bulu kuduknya apabila mendengar ilmu bantilan. Lama kelamaan kata bantilan diotak atik menjadi kata bantalan yang artinya jagoan, tahan bacok dan tahan senjata tajam. Hanya saja bagi masyarakat Sambas, ilmu itu tidak pernah digunakan untuk hal-hal yang negatif / berbuat jahat.
Hiduplah seorang anak raja pada zaman dahulu yang bernama Tan Kebal, sesuai dengan namanya ia seorang yang tahan dan kebal terhadap serangan maupun bencana apapun. Ia sangat disayangi orang tuanya dan sangat diharapkan dapat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Hobinya adalah berburu binatang ke hutan. Pada saat usia Tan Kebal sudah menginjak dewasa maka sudah sepatutnya dikhitan, tetapi pada saat di khitan Tan Kebal dipotong atau dikhitan maka alat pengkhitan itu tidak mempan. Tidak ada satupun yang berhasil mengkhitannya. Waktu berjalan terus, tapi Tan Kebal belum dikhitan, seperti biasa Tan Kebal pergi berburu seorang diri dan dia mendengar suara kullup-kullup-kullup dan bagi Tan ini merupakan kata ejeken bagi yang belum di khitan. Dikejarlah burung sampai jauh ke tengah hutan di sutu bukit yang namanya Bukit Piantus. Konon katanya, Tan Kebal tidak kembali lagi ke istana, ia berbaur bersama masyarakat menghabiskan masa tuanya tanpa dikhitan dan tanpa mempunyai istri. Di Buk...
Cerita Rakyat Tanunggal berasal dari Sambas. Diberi nama Tanunggal karena pada saat bayinya ditemukan sudah mempunyai sebuah gigi seperti gigi orang dewasa dan Raja Tanunggal lahir tidak mempunyai ayah dan ibu karena bayinya ditemukan dalam seruas bambu. Raja Tanunggal memerintah dengan tangan besi sehingga rakyatnya sengsara dan hidup dalam ketakutan. Raja Tanunggal mempunyai 2 orang anak yang bernama Bujang Nadi dan Dare Nandung tapi mereka tidak pernah saling bertemu namun entah dari mana sumbernya mengatakan Bujang Nadi dan Dare Nadung bercinta-cinta dan berjanji sehidup semati, mendengar hal tersebut Raja Tanunggal sangat marah dan menghukum anaknya dengan cara di tanam hidup-hidup dalam satu peti mati yang dilengkapi dengan ayam jago dan alat tenun. Akhir dari kisah Tanunggal konon dikatakan bahwa ia dimasukkan dalam sebuah sangkar besi lalu ditenggelamkan di Sungai Sambas Kecil.
Cerita Rakyat Tanunggal berasal dari Sambas. Diberi nama Tanunggal karena pada saat bayinya ditemukan sudah mempunyai sebuah gigi seperti gigi orang dewasa dan Raja Tanunggal lahir tidak mempunyai ayah dan ibu karena bayinya ditemukan dalam seruas bambu. Raja Tanunggal memerintah dengan tangan besi sehingga rakyatnya sengsara dan hidup dalam ketakutan. Raja Tanunggal mempunyai 2 orang anak yang bernama Bujang Nadi dan Dare Nandung tapi mereka tidak pernah saling bertemu namun entah dari mana sumbernya mengatakan Bujang Nadi dan Dare Nadung bercinta-cinta dan berjanji sehidup semati, mendengar hal tersebut Raja Tanunggal sangat marah dan menghukum anaknya dengan cara di tanam hidup-hidup dalam satu peti mati yang dilengkapi dengan ayam jago dan alat tenun. Akhir dari kisah Tanunggal konon dikatakan bahwa ia dimasukkan dalam sebuah sangkar besi lalu ditenggelamkan di Sungai Sambas Kecil.
zaman dahulu di daerah Sambas seorang ibu dengan tiga anaknya. Hidupnya sangat miskin. Untuk menghidupi ketiga anaknya ibunya tak putus asa dalam bekerja keras. Pada suatu hari ibunya berpamitan akan mencari ikan biasanya banyak ikan tembakul yang sangat disukai anak-anaknya ternyata usaha yang susah poayah didapatlah ikan tembakul dan meminta anak yang sulung untuk memasak sementara ibunya pergi mandi ke sungai tetapi sebelum itu ibunya memesan bahwa telur ikan tembakul itu supaya disisakan untuk ibunya. Adiknya makan dengan lahap sehingga lupa untuk meninggalkan telur tembakul sehingga ibunya kesal dan amat kecewa lalu berlari pergi ke tepi sungai, disana lalu naik di atas batu besar yang menganga lebar sepoerti mulut tanpa disadari ia terjepit di batu tersebut. Menurut orang pandai bahwa ibunya telah ditelan batu besar yang angker di tepi sungai. Konon batu tersebut dinamakan Batu Ballah. referensi: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=81
Di gunung Pelajau Sambas, dahulu kala hidup sebuah keluarga dengan seorang anak dan menantunya serta satu orang cucunya. Nek Jaga nama kepala keluarga sedangkan pekerjaan mereka adalah berburu di hutan. Pada suatu hari Nek Jage berburu di hutan langkahnya terhenti ketika melihat cahaya bersinar begitu terang. Kemudian dengan cepatnya cahaya aneh itu lalu menempel di kening Nek Jage. Dengan cahaya itu Nek Jage dengan mudah berjalan di dalam hutan dan memperoleh hewan buruan. Setelah cukup Nek Jage pulang tetapi rumahnya sepi, tiba-tiba Nek Jage mendengar suara cucunya dari dalam lumbung padi tetapi karena rapat dilubangi dindingnya supaya bisa melihat cucunya namun secepat kilat cahaya keningnya mengenai tubuh cucunya dan langsung meninggal. Nek Jage sangat marah dengan cahaya dikeningnya, kemudian ia mengamuk rumah dan lumbung padinya roboh. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya dan terjadilah banjir. Setelah bencana itu usai yang terlihat hanya bongkahan batu dan Nek Jage ikut men...
ada sebuah keluarga yang kaya raya didaerah Sambas, kemudian juga hidup seorang janda miskin dengan seorang anak perempuannya. Orang kaya tersebut mengadakan hajatan perkawinan semua penduduk kampung diundang kecuali janda miskin dan anaknya, meskipun tidak diundang tapi si anak tetap nekat kesana. Tetapi si anak malah diusir dan diperlakukan dengan kasar. Ibunya sangat sedih maka dicari akal untuk membalas, diambillah kucing yang dihiasi mukanya dengan arang kemudian diberi baju dan diperlakukan seolah-olah seperti manusia sehingga yang melihatnya menjadi tertawa semua. Melihat situasi tersebut janda miskin itu mohon kepada Tuhan agar orang-orang yang kejam kepadanya itu dikutuk menjadi batu, tidak lama kemudian terdengar bunyi yang sangat keras menyambar orang-orang tadi, mereka semua tertimbun tarub dan menjadi batu. Atas peristiwa itu, maka batu yang sekarang terletak di tepi sungai itu dinamakan Batu Betarub. Sampai sekarang orang-orang sering melihat batu itu kalau air sungai...
Konon pada zaman dahulu di daerah Kabupaten Sambas, tepatnya di pedalaman benua Bantahan sebelah Timur Kota Sekura Ibukota Kecamatan Teluk Keramat yang dihuni oleh Suku Dayak, telah terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan untuk diketahui dan menarik untuk dikaji, sehingga peristiwa itu diangkat ke permukaan. Menurut informasi orang bahwa di daerah tersebut terdapat sebuah kerajaan yang kecil, letaknya tidak jauh dari Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai. Tidak jauh dari kedua gunung dimaksud terdapatlah sebuah gua yang bernama ”Gua Batu”, di dalamnya terdapat banyak aliran sungai kecil yang di dalamnya terdapat banyak ikan dan gua tersebut dihuni oleh seorang kakek tua renta yang boleh dikatakan ”sakti. Cerita dimulai dengan seorang raja yang memerintah pada kerajaan di atas dan mempunyai tujuh orang putri, raja itu tidak mempunyai istri lagi sejak meninggalnya permaisuri atau ibu dari ketujuh orang putrinya. Di antara ketujuh orang putri tersebut ada satu orang pu...